29 C
Jakarta
Monday, April 14, 2025

Badai 148 Km/Jam Landa Tiongkok, 800 Penerbangan Batal, Warga Diminta Tetap di Rumah

PROKALTENG.CO-Angin kencang mirip topan melanda wilayah utara Tiongkok dan menyebabkan kekacauan luas, mulai dari pembatalan ratusan penerbangan hingga penutupan situs bersejarah serta peringatan kepada jutaan warga agar tetap di dalam rumahSabtu (12/4).

Pemerintah Kota Beijing mengeluarkan peringatan badai level kedua—peringatan tertinggi dalam satu dekade terakhir—seraya mengimbau hampir 22 juta penduduknya menghindari perjalanan yang tidak mendesak.

Peringatan ini dikeluarkan setelah Badan Meteorologi memperkirakan kecepatan angin bisa melampaui rekor bulan April sejak tahun 1951.

Dua bandara internasional utama di Beijing, yaitu Bandara Internasional Ibu Kota Beijing dan Bandara Daxing, membatalkan hampir 800 penerbangan karena cuaca ekstrem.

Kencangnya angin menyebabkan jendela bergetar dan pohon-pohon tumbang menimpa trotoar serta kendaraan.

Baca Juga :  Frekuensi Penerbangan di Kalteng Alami Kenaikan 2,41 Persen pada Desember Lalu

Tak hanya di ibu kota, pembatalan layanan penerbangan dan kereta api juga terjadi di sejumlah wilayah lain.

Media pemerintah melaporkan, delapan provinsi mengalami lumpuhnya transportasi darat akibat badai pasir yang menyapu dari Mongolia Dalam hingga wilayah Sungai Yangtze.

Beberapa daerah mencatat kecepatan angin tertinggi dalam hampir 75 tahun, mencapai hingga 148 km/jam.

Fenomena ini dipicu oleh pusaran udara dingin yang berasal dari Mongolia, yang juga menyebabkan penurunan suhu drastis lebih dari 12 derajat Celsius serta hujan es dan salju di beberapa lokasi.

Kondisi cuaca ekstrem ini juga memaksa pembatalan acara setengah maraton yang dijadwalkan pada Minggu, yang semestinya menampilkan lomba antara robot humanoid dan manusia sebagai bagian dari pertunjukan kemajuan teknologi Tiongkok.

Baca Juga :  Perusahaan India Borong 500 Pesawat, Nilai Transaksi Capai Rp 825 Triliun

Situasi ini menambah daftar panjang tantangan iklim yang dihadapi Tiongkok dalam beberapa tahun terakhir, dengan meningkatnya frekuensi cuaca ekstrem akibat perubahan iklim global. (jpg)

 

 

PROKALTENG.CO-Angin kencang mirip topan melanda wilayah utara Tiongkok dan menyebabkan kekacauan luas, mulai dari pembatalan ratusan penerbangan hingga penutupan situs bersejarah serta peringatan kepada jutaan warga agar tetap di dalam rumahSabtu (12/4).

Pemerintah Kota Beijing mengeluarkan peringatan badai level kedua—peringatan tertinggi dalam satu dekade terakhir—seraya mengimbau hampir 22 juta penduduknya menghindari perjalanan yang tidak mendesak.

Peringatan ini dikeluarkan setelah Badan Meteorologi memperkirakan kecepatan angin bisa melampaui rekor bulan April sejak tahun 1951.

Dua bandara internasional utama di Beijing, yaitu Bandara Internasional Ibu Kota Beijing dan Bandara Daxing, membatalkan hampir 800 penerbangan karena cuaca ekstrem.

Kencangnya angin menyebabkan jendela bergetar dan pohon-pohon tumbang menimpa trotoar serta kendaraan.

Baca Juga :  Frekuensi Penerbangan di Kalteng Alami Kenaikan 2,41 Persen pada Desember Lalu

Tak hanya di ibu kota, pembatalan layanan penerbangan dan kereta api juga terjadi di sejumlah wilayah lain.

Media pemerintah melaporkan, delapan provinsi mengalami lumpuhnya transportasi darat akibat badai pasir yang menyapu dari Mongolia Dalam hingga wilayah Sungai Yangtze.

Beberapa daerah mencatat kecepatan angin tertinggi dalam hampir 75 tahun, mencapai hingga 148 km/jam.

Fenomena ini dipicu oleh pusaran udara dingin yang berasal dari Mongolia, yang juga menyebabkan penurunan suhu drastis lebih dari 12 derajat Celsius serta hujan es dan salju di beberapa lokasi.

Kondisi cuaca ekstrem ini juga memaksa pembatalan acara setengah maraton yang dijadwalkan pada Minggu, yang semestinya menampilkan lomba antara robot humanoid dan manusia sebagai bagian dari pertunjukan kemajuan teknologi Tiongkok.

Baca Juga :  Perusahaan India Borong 500 Pesawat, Nilai Transaksi Capai Rp 825 Triliun

Situasi ini menambah daftar panjang tantangan iklim yang dihadapi Tiongkok dalam beberapa tahun terakhir, dengan meningkatnya frekuensi cuaca ekstrem akibat perubahan iklim global. (jpg)

 

 

Terpopuler

Artikel Terbaru