24.7 C
Jakarta
Sunday, November 10, 2024

Perjuangan Korban Kecelakaan Pesawat

Bertahan Hidup selama 40 Hari di Belantara Amazon

MEREKA bukan Mowgli, bocah yang dibesarkan serigala di rimba India dalam kisah guritan Rudyard Kipling. Mereka juga bukan Tarzan, anak bangsawan Inggris yang diasuh monyet di hutan Afrika dalam karya Edgar Rice Burroughs.

Empat bersaudara kakak-adik, melampaui karakter-karakter fiksional itu. Tak ada yang mengasuh mereka. Lesly Mucutuy, 13; Soleiny Mucutuy, 9; Tien Noriel Ronoque Mucutuy, 4; dan Cristin Neriman Ranoque Mucutuy, 1; berjuang sendiri untuk bertahan hidup di belantara Amazon di sisi Kolombia selama 40 hari setelah pesawat yang mereka tumpangi bersama sang ibu jatuh.

Dan, mereka berhasil. Hanya ada bekas gigitan serangga di tubuh empat bocah itu saat tim penolong yang berisi 150 orang menemukan mereka pada Jumat (9/6). Padahal, belantara Amazon penuh dengan puma, jaguar, ular, dan beragam predator lain. Juga, sarang gembong narkotika dan pembalak hutan.

Padahal, si bungsu, Cristin, belum genap 1 tahun ketika pesawat Cessna yang mereka tumpangi bersama sang ibu, Magdalena Mucutuy Valencia, jatuh pada 1 Mei lalu. Tiga penumpang dewasa di pesawat tersebut tewas.

Tapi, Cristin yang masih ngedot dan ke mana-mana harus digendong itu selamat. “Keajaiban” ganda mereka alami karena tidak hanya selamat dari kecelakaan maut, tapi juga mampu bertahan lebih dari sebulan di belantara penuh predator ganas.

Baca Juga :  Gegara Tulisan di Celana, DJ Soda Dikeluarkan dari Pesawat America Airlines
Cristin, si bungsu yang berusia 1 tahun saaat dirawat di Bogota. (AFP)

Tak heran jika kemudian sang kakek, Fidencio Valencia, menjuluki keempat cucunya sebagai Anak-Anak Semak. ’’Mereka sangat lemah, tapi senang bisa bertemu lagi dengan keluarganya,’’ ujar Fidencio Valencia, seperti dikutip BBC.

Kini, Mucutuy bersaudara masih terbaring lemah di Rumah Sakit Militer Bogota. Tubuh mereka kurus kering, tanda mengalami malanutrisi. Tulang pipinya terlihat menonjol. Beberapa luka tampak di tubuh, utamanya bagian kaki. Itu karena mereka berjalan di dalam hutan tanpa alas kaki.

Mereka harus bertahan tanpa persediaan air bersih, obat-obatan, maupun makanan yang memadai. Lesly menjadi salah satu kunci keselamatan mereka. Sebagai anak sulung, dia terbiasa menjaga tiga adiknya ketika ibu mereka sedang bekerja.

Awalnya, anak-anak itu bertahan dengan memakan tepung yucca yang mereka temukan di reruntuhan pesawat. Mereka juga makan biji-bijian, buah-buahan, akar-akaran, dan tumbuhan apa pun yang mereka anggap bisa dimakan. Selain itu, mereka mengais bantuan yang diberikan tim pencari dari udara. ’’Mereka tahu apa yang harus dikonsumsi,’’ ucap Fatima Valencia, sang nenek.

Baca Juga :  Pesawat Susi Air Ditemukan Hangus di Papua

Anak-anak tersebut memang mengenal hutan dengan baik. Mereka adalah anggota suku pedalaman Huitoto alias Witoto. Anak-anak dari suku itu diajari kemampuan bertahan hidup di hutan sejak dini. Mulai dari memancing, berburu, hingga mencari tumbuhan yang layak dikonsumsi. Namun, tetap saja, berada di pedalaman hutan Amazon selama 40 hari untuk ukuran anak-anak dalam kondisi sedarurat itu adalah hal luar biasa.

Militer Kolombia mengungkapkan, saat ditemukan, kondisi empat anak tersebut cukup mengenaskan. Tenaga yang mereka miliki hanya cukup untuk bernapas dan mengambil buah dalam jangkauan tangan.

Selama pencarian, pemerintah Kolombia tak hanya melibatkan tim militer, tapi juga puluhan orang dari suku pedalaman yang memang ahli dalam pelacakan. Helikopter juga memutar suara sang nenek, Fatima Valencia, secara berulang. Tujuannya agar anak-anak itu mendengar dan moral mereka naik lagi.

Paket makan dan air dijatuhkan dari atas di lokasi yang kira-kira bakal dilewati anak-anak tersebut. Sebagian paket memang ditemukan anak-anak itu dan mereka konsumsi. (sha/c18/ttg/jpc/hnd)

MEREKA bukan Mowgli, bocah yang dibesarkan serigala di rimba India dalam kisah guritan Rudyard Kipling. Mereka juga bukan Tarzan, anak bangsawan Inggris yang diasuh monyet di hutan Afrika dalam karya Edgar Rice Burroughs.

Empat bersaudara kakak-adik, melampaui karakter-karakter fiksional itu. Tak ada yang mengasuh mereka. Lesly Mucutuy, 13; Soleiny Mucutuy, 9; Tien Noriel Ronoque Mucutuy, 4; dan Cristin Neriman Ranoque Mucutuy, 1; berjuang sendiri untuk bertahan hidup di belantara Amazon di sisi Kolombia selama 40 hari setelah pesawat yang mereka tumpangi bersama sang ibu jatuh.

Dan, mereka berhasil. Hanya ada bekas gigitan serangga di tubuh empat bocah itu saat tim penolong yang berisi 150 orang menemukan mereka pada Jumat (9/6). Padahal, belantara Amazon penuh dengan puma, jaguar, ular, dan beragam predator lain. Juga, sarang gembong narkotika dan pembalak hutan.

Padahal, si bungsu, Cristin, belum genap 1 tahun ketika pesawat Cessna yang mereka tumpangi bersama sang ibu, Magdalena Mucutuy Valencia, jatuh pada 1 Mei lalu. Tiga penumpang dewasa di pesawat tersebut tewas.

Tapi, Cristin yang masih ngedot dan ke mana-mana harus digendong itu selamat. “Keajaiban” ganda mereka alami karena tidak hanya selamat dari kecelakaan maut, tapi juga mampu bertahan lebih dari sebulan di belantara penuh predator ganas.

Baca Juga :  Gegara Tulisan di Celana, DJ Soda Dikeluarkan dari Pesawat America Airlines
Cristin, si bungsu yang berusia 1 tahun saaat dirawat di Bogota. (AFP)

Tak heran jika kemudian sang kakek, Fidencio Valencia, menjuluki keempat cucunya sebagai Anak-Anak Semak. ’’Mereka sangat lemah, tapi senang bisa bertemu lagi dengan keluarganya,’’ ujar Fidencio Valencia, seperti dikutip BBC.

Kini, Mucutuy bersaudara masih terbaring lemah di Rumah Sakit Militer Bogota. Tubuh mereka kurus kering, tanda mengalami malanutrisi. Tulang pipinya terlihat menonjol. Beberapa luka tampak di tubuh, utamanya bagian kaki. Itu karena mereka berjalan di dalam hutan tanpa alas kaki.

Mereka harus bertahan tanpa persediaan air bersih, obat-obatan, maupun makanan yang memadai. Lesly menjadi salah satu kunci keselamatan mereka. Sebagai anak sulung, dia terbiasa menjaga tiga adiknya ketika ibu mereka sedang bekerja.

Awalnya, anak-anak itu bertahan dengan memakan tepung yucca yang mereka temukan di reruntuhan pesawat. Mereka juga makan biji-bijian, buah-buahan, akar-akaran, dan tumbuhan apa pun yang mereka anggap bisa dimakan. Selain itu, mereka mengais bantuan yang diberikan tim pencari dari udara. ’’Mereka tahu apa yang harus dikonsumsi,’’ ucap Fatima Valencia, sang nenek.

Baca Juga :  Pesawat Susi Air Ditemukan Hangus di Papua

Anak-anak tersebut memang mengenal hutan dengan baik. Mereka adalah anggota suku pedalaman Huitoto alias Witoto. Anak-anak dari suku itu diajari kemampuan bertahan hidup di hutan sejak dini. Mulai dari memancing, berburu, hingga mencari tumbuhan yang layak dikonsumsi. Namun, tetap saja, berada di pedalaman hutan Amazon selama 40 hari untuk ukuran anak-anak dalam kondisi sedarurat itu adalah hal luar biasa.

Militer Kolombia mengungkapkan, saat ditemukan, kondisi empat anak tersebut cukup mengenaskan. Tenaga yang mereka miliki hanya cukup untuk bernapas dan mengambil buah dalam jangkauan tangan.

Selama pencarian, pemerintah Kolombia tak hanya melibatkan tim militer, tapi juga puluhan orang dari suku pedalaman yang memang ahli dalam pelacakan. Helikopter juga memutar suara sang nenek, Fatima Valencia, secara berulang. Tujuannya agar anak-anak itu mendengar dan moral mereka naik lagi.

Paket makan dan air dijatuhkan dari atas di lokasi yang kira-kira bakal dilewati anak-anak tersebut. Sebagian paket memang ditemukan anak-anak itu dan mereka konsumsi. (sha/c18/ttg/jpc/hnd)

Terpopuler

Artikel Terbaru