PROKALTENG.CO – Pasca konflik Israel Hamas meletus, harga minyak mentah global mengalami kenaikan dari yang semula terjadi penurunan konsisten. Imbas konflik Israel Hamas, diakui membuat kenaikan harga minyak mentah global berkisar hingga 5 persen.
Pemberitaan media internasional menyebut harga minyak di pasaran saat ini mencapai $88,39 per barel dari West Texas Intermediate (WTI). Sedangkan minyak mentah brent berada di angka $88,65 per barel.
Kedua wilayah yang berkonflik memang bukan sumber penghasil minyak. Israel hanya ada dua kilang minyak dengan produksi 300.000 barel per hari dan Palestina tidak menghasilkan minyak.
Namun kedua tempat itu merupakan fitur penting jalur perdagangan global dan mempertautkan ke lokus strategis wilayah penghasil minyak di Timur Tengah.
Kawasan Timur Tengah sendiri, beberapa negaranya merupakan wilayah penghasil minyak atau sepertiga dari total pasokan minyak dunia berasal dari Timur Tengah, selain itu juga merupakan jalur penting lalu lintas energi global dan perdagangan internasional.
Fitur yang berdekatan dengan kawasan Palestina adalah Terusan Suez dan Selat Hormuz. Terusan Suez merupakan perairan internasional tersibuk di dunia dan selat Hormuz merupakan jalur vital pengiriman energi global yang meliputi seperenam produksi minyak dan seperti gas alam cair. Dan Iran adalah negara yang memiliki power di selat Hormuz yang dicurigai memiliki andil dalam serangan Hamas Sabtu (07/10).
Seorang analis industri dari Tiongkok, We Chenhui dilansir Global Times mengatakan, “Harga minyak dan komoditas lain yang terkena dampaknya di Tiongkok dan dunia mungkin naik, namun mungkin hanya bersifat sementara.”
Namun kekhawatiran harga minyak terus naik dan berdampak signifikan jika konflik menyebar ke beberapa negara di kawasan. Dua kelompok yang kemungkinan terseret dalam pusaran konflik adalah Hizbullah yang berbasis di Lebanon dan Iran.
Hizbullah pada hari Senin kemarin telah menembakkan roket ke Israel setelah 3 personilnya tewas dalam pemboman Israel. Sementara Iran membantah keterlibatannya dalam serangan Hamas.
Militer Israel dan AS sendiri mengatakan tidak melihat bukti yang mendukung keterlibatan Iran dalam serangan tersebut.
Alan Gelder, seorang analis di Wood Mackenzie dilansir dari Al Jazeera mengatakan, “Lonjakan harga minyak baru-baru ini mencerminkan kekhawatiran pasar minyak terhadap konflik yang akan menjadi konflik yang lebih luas, yang dapat melibatkan aktor regional di Timur Tengah untuk terlibat melalui agen proksi mereka.”
Wu turut menyoroti kemungkinan konflik yang meluas dalam peristiwa ini dan dampaknya terhadap harga minyak global. “Jika konflik melibatkan negara-negara penghasil minyak dan jalur transportasi minyak mentah yang penting, kenaikan harga minyak bisa bersifat jangka panjang.”
“Seperti krisis Rusia-Ukraina, karena Rusia adalah penghasil minyak dan gas utama dan krisis ini berdampak pada jalur transportasi penting, harga minyak telah berfluktuasi pada posisi yang lebih tinggi dalam dua tahun terakhir.” Tambah Wu Chenhui. (pri/jawapos.com)