27.3 C
Jakarta
Friday, September 20, 2024

52 Jurnalis Ditahan sejak Awal Agresi Israel 7 Oktober di Jalur Gaza

PERKUMPULAN Tahanan Palestina (PPS) menyebutkan bahwa jumlah jurnalis yang ditahan di penjara Israel sudah mencapai 61 orang, dengan 52 di antaranya ditahan sejak awal agresi 7 Oktober 2023.

Melalui sebuah pernyataan pada Senin (2/9) PPS mengatakan, sejak agresi massal pendudukan terhadap rakyat Palestina 7 Oktober, tentara pendudukan Israel telah menangkap 98 jurnalis, dengan 52 orang ditahan. Termasuk 15 di antaranya di bawah penahanan administratif.

Yang terakhir adalah jurnalis foto Hazim Nasser dari Tulkarem yang ditempatkan di bawah penahanan administratif selama lima bulan, selain enam jurnalis, termasuk jurnalis WAFA Rasha Hirzallah. Selain itu, sedikitnya 17 jurnalis dari Jalur Gaza juga ditahan, dengan dua di antaranya menjadi target kejahatan penghilangan paksa. Yakni Nidal al-Wahidi dan Haytham Abdul Wahid.

PPS menambahkan, setidaknya 12 jurnalis saat ini menghadapi tuntutan atas tuduhan penghasutan dari otoritas pendudukan. Menurut lembaga tahanan dan pengacara yang membela tahanan di penjara wilayah pendudukan, hasutan adalah tuduhan yang tidak berdasar dan rentan terhadap distorsi dan sudah menjadi alat yang digunakan otoritas pendudukan untuk menindas warga Palestina, terutama jurnalis.

Baca Juga :  Stok Langka, Donor Sperma di China Dapat Rp10 Juta

Sementara itu, Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini mengungkapkan, lebih dari 70 persen sekolah di Gaza hancur atau rusak. Sebagian besar sudah menjadi tempat pengungsian yang penuh sesak, dengan ratusan ribu keluarga mengungsi, serta tidak dapat digunakan untuk pendidikan.

Lewat unggahan di X, Lazzarini menambahkan, lebih dari 600.000 anak mengalami trauma berat dan tinggal di reruntuhan. Mereka kehilangan kesempatan untuk belajar dan bersekolah. Setengah dari mereka dulu bersekolah di UNRWA. Semakin lama anak-anak tidak bersekolah, semakin tinggi risiko kehilangan generasi, yang memicu kebencian dan ekstremisme.

”Di Gaza, lebih dari 70 persen sekolah kami hancur atau rusak. Mayoritas kini menjadi tempat penampungan yang penuh sesak, dengan ratusan ribu keluarga mengungsi. Sekolah-sekolah itu tidak dapat digunakan untuk belajar,” kata Lazzarini.

Baca Juga :  Suhu Capai 40 Derajat, Libur Sekolah Diperpanjang

”Tanpa gencatan senjata, anak-anak kemungkinan besar dapat menjadi korban eksploitasi, termasuk menjadi pekerja anak dan perekrutan untuk kelompok bersenjata. Kita kerap melihat hal ini terjadi dalam konflik di seluruh dunia, jangan sampai kita mengulanginya di Gaza,” ucap Lazzarini.

Lebih lanjut Lazzarini mengatakan, gencatan senjata adalah kemenangan bagi semua. Sebab, gencatan senjata akan memberikan waktu jeda bagi warga sipil, pembebasan para sandera, serta pendistribusian kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan, termasuk belajar. (jpg)

PERKUMPULAN Tahanan Palestina (PPS) menyebutkan bahwa jumlah jurnalis yang ditahan di penjara Israel sudah mencapai 61 orang, dengan 52 di antaranya ditahan sejak awal agresi 7 Oktober 2023.

Melalui sebuah pernyataan pada Senin (2/9) PPS mengatakan, sejak agresi massal pendudukan terhadap rakyat Palestina 7 Oktober, tentara pendudukan Israel telah menangkap 98 jurnalis, dengan 52 orang ditahan. Termasuk 15 di antaranya di bawah penahanan administratif.

Yang terakhir adalah jurnalis foto Hazim Nasser dari Tulkarem yang ditempatkan di bawah penahanan administratif selama lima bulan, selain enam jurnalis, termasuk jurnalis WAFA Rasha Hirzallah. Selain itu, sedikitnya 17 jurnalis dari Jalur Gaza juga ditahan, dengan dua di antaranya menjadi target kejahatan penghilangan paksa. Yakni Nidal al-Wahidi dan Haytham Abdul Wahid.

PPS menambahkan, setidaknya 12 jurnalis saat ini menghadapi tuntutan atas tuduhan penghasutan dari otoritas pendudukan. Menurut lembaga tahanan dan pengacara yang membela tahanan di penjara wilayah pendudukan, hasutan adalah tuduhan yang tidak berdasar dan rentan terhadap distorsi dan sudah menjadi alat yang digunakan otoritas pendudukan untuk menindas warga Palestina, terutama jurnalis.

Baca Juga :  Stok Langka, Donor Sperma di China Dapat Rp10 Juta

Sementara itu, Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini mengungkapkan, lebih dari 70 persen sekolah di Gaza hancur atau rusak. Sebagian besar sudah menjadi tempat pengungsian yang penuh sesak, dengan ratusan ribu keluarga mengungsi, serta tidak dapat digunakan untuk pendidikan.

Lewat unggahan di X, Lazzarini menambahkan, lebih dari 600.000 anak mengalami trauma berat dan tinggal di reruntuhan. Mereka kehilangan kesempatan untuk belajar dan bersekolah. Setengah dari mereka dulu bersekolah di UNRWA. Semakin lama anak-anak tidak bersekolah, semakin tinggi risiko kehilangan generasi, yang memicu kebencian dan ekstremisme.

”Di Gaza, lebih dari 70 persen sekolah kami hancur atau rusak. Mayoritas kini menjadi tempat penampungan yang penuh sesak, dengan ratusan ribu keluarga mengungsi. Sekolah-sekolah itu tidak dapat digunakan untuk belajar,” kata Lazzarini.

Baca Juga :  Suhu Capai 40 Derajat, Libur Sekolah Diperpanjang

”Tanpa gencatan senjata, anak-anak kemungkinan besar dapat menjadi korban eksploitasi, termasuk menjadi pekerja anak dan perekrutan untuk kelompok bersenjata. Kita kerap melihat hal ini terjadi dalam konflik di seluruh dunia, jangan sampai kita mengulanginya di Gaza,” ucap Lazzarini.

Lebih lanjut Lazzarini mengatakan, gencatan senjata adalah kemenangan bagi semua. Sebab, gencatan senjata akan memberikan waktu jeda bagi warga sipil, pembebasan para sandera, serta pendistribusian kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan, termasuk belajar. (jpg)

Terpopuler

Artikel Terbaru