PROKALTENG.CO-Jumat (30/5), pihak PBB menyatakan bahwa Gaza adalah tempat yang paling kelaparan di muka bumi.
“Satu-satunya wilayah yang ditetapkan di mana seluruh penduduknya berisiko kelaparan. Seratus persen penduduknya memiliki risiko kelaparan,” ungkap Jens Laerke, juru bicara PBB bagian Koordinasi Urusan Kemanusiaan, sebagaimana yang diberitakan dari The Guardian.
Pasalnya, meskipun blokade bantuan telah dicabut oleh Israel, hanya 600 truk yang sudah diturunkan di perbatasan Gaza dari 900 truk yang diizinkan sebelumnya.
“Sedangkan hanya sebagian kecil dari bantuan kemanusiaan tersebut yang kemudian diambil dan didistribusikan untuk yang membutuhkan. Hal ini dilakukan untuk untuk mempertimbangkan keamanan,” ujarnya.
Dilansir dari laman resmi Al Jazeera, Laerke juga menjelaskan bahwa operasi bantuan yang telah dijalankan kini dibatasi dan menjadikannya operasi paling terhambat di dunia bahkan sepanjang sejarah.
Adapun terhambatnya bantuan yang masuk ke wilayah itu berada di bawah kendali Gaza Humanitarian Foundation (GHF). GHF Sendiri merupakan LSM yang didukung langsung oleh Israel dan Amerika Serikat.
Di sisi lain, Daniel Meron sebagai duta besar Israel untuk PBB tidak menyetujui pendapat tersebut. Meron berkeyakinan bahwa, “Pihak PBB memilih-milih fakta untuk menggambarkan ketidakbenaran serta menjelek-jelekkan Israel”.
Israel berpendapat bahwa pihaknya telah memberikan upaya terbaik untuk menyalurkan bala bantuan untuk penduduk sipil yang kelaparan.
Sayangnya, pendapat tersebut bertolak belakang dengan kejadian yang terjadi sebelumnya. Pada hari Jumat, pihak rumah sakit di Gaza menyatakan bahwa 20 rakyat sipil Gaza telah ditembak oleh pasukan Israel ketika sedang berusaha mendapatkan makanan di titik distribusi.
Juru bicara PBB menjelaskan bahwa individu-individu bersenjata telah menyerbu gudang di rumah sakit lapangan Deir al-Balah, menjarah peralatan medis, obat-obatan, serta suplemen gizi untuk anak-anak yang kurang gizi.
Para kritikus berpendapat, bahwa kericuhan dan kelaparan ini dapat ditangani jika Israel memberikan akses pada organisasi berpengalaman puluhan tahun untuk menangani bantuan tersebut. (jpg)