31.2 C
Jakarta
Wednesday, September 11, 2024

Ini Fakta Kehadiran Muhammadiyah Mampu Memberi Solusi di Masa Pandemi

PROKALTENG.CO – Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir
mengatakan, organisasi yang dipimpinnya sejak awal kelahiran sampai kini tiada
henti memberi solusi untuk negeri. Muhammadiyah bersama komponen bangsa lainnya
bergerak dalam menyelesaikan masalah bangsa.

“Di saat kritis,
Muhammadiyah tampil menberi jalan keluar seperti dalam memberi titik kompromi
Pancasila setelah satu hari Proklamasi 17 Agustus 1945. Kini Muhammadiyah
proaktif menghadapi pandemi Covid-19 maupun masalah negeri,” tutur Haedar
Nashir.

Muhammadiyah terus berbuat lewat
pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, pemberdayaan masyarakat, membimbing
umat di jamaah bawah, dan lain-lain secara nyata memajukan umat dan bangsa.

Aisyiyah dengan sekitar 23 ribu
TK ABA/PAUD dan tiga universitasnya (Unisa) dan amal usaha lainnya juga wujud
solusi untuk kemajuan. Pekerjaan dakwah bil-hal seperti itu sangat berat dan
berkontribusi penting bagi masa depan umat dan bangsa. Meskipun mungkin
dipandang tidak heorik dan karismatik.

Menurutnya, Kesibukan
Muhammadiyah memang harus dilakukan jika umat dan bangsa ingin maju. Bukan
kesibukan egoistik, tetapi langkah nyata membangun keunggulan. Kalau tiap hari
ormas gaduh, kapan umat Islam dan bangsa Indonesia maju?

Baca Juga :  Pahami!!! Ini Tiga Hal Strategis Pengelolaan Perbatasan Negara

“Situasi ini bukan
meninggalkan ruang kosong, tetapi merupakan pilihan strategis apakah umat dan
bangsa ingin maju atau tidak. Itulah karisma Muhammadiyah dalam berislam.
Menampilkan Islam yang uswah hasanah dan amal saleh berkemajuan. Meneladani Nabi
Muhammad membangun al-Madinah al-Munawwarah,” kata Haedar Nashir.

Muhammadiyah juga melakukan
kritik tegas terhadap kebijakan negara yang dianggap tidak tepat sebagai wujud
amar makruf nahi munkar. Di antaranya tentang RUU HIP dan RUU Ciptakerja.
Muhammadiyah memang tidak menempuh cara ekstrem dan gaduh dalam amar makruf
nahi munkar, karena bukan pilihan yang baik dan tidak sejalan kepribadiannya.

Bila menampilkan wajah ekstrem
tentu tampak heroik, tapi beresiko besar bagi masa depan umat Islam dan bangsa
Indonesia. Pengalaman satu abad cukup bagi Muhammadiyah menghadapi gelombang
besar dan karang terjal.

Muhammadiyah niscaya istiqamah
dengan gerakan dakwah moderat berkemajuan yang menebar pencerahan hidup. Islam
ditampilkan dalam keteladanan dan amal shaleh. Jalan dakwah yang memajukan
memang tidak menarik karena menuntut kerja keras dan usaha membangun
keunggulan.

Pendekatan dakwah
“lil-muwajjahah” (proaktif-konstruktif) merupakan pilihan Muhamamdiyah hasil
Muktamar 2010, yang tidak mengizinkan cara dakwah “lil-mu’aradhah”
(reaktif-konfrontatif). Warga Muhamamdiyah jangan terbawa arus, harus terus
bersemangat menggerakkan usaha-usaha dakwah moderat berkemajuaan diserta
keteladanan hidup.

Baca Juga :  RESMI ! AHY Terpilih Aklamasi Gantikan SBY Pimpin Partai Demokrat

Ketika umat semarak beragama dan
masyarakat luas haus akan nilai-nilai agama, Muhammadiyah hadir dengan dakwah
yang memberi kepastian nilai, kedamaian, keselamatan, kebahagiaan, dan
pencerahan. Seraya mencegah segala bentuk kekerasan, diskriminasi, ekstremisme,
dan anarki dalam kehidupan. Muhammadiyah tidak akan menghadirkan Islam yang
keras-ekstrem, meskipun mungkin disenangi sebagian kalangan. Karisma
Muhammadiyah tidak di situ!

Berdakwah dan berbangsa selalu
ada masalah. Kewajiban semua pihak berikhtiar menyelesaikan masalah secara
optimal. Setelah itu bertawakal kepada Allah. Tidak perlu bersesal diri,
berpatah asa, sangka buruk, serta saling menghujat dalam menghadapi masalah
negeri.

Yakinlah, terdapat kuasa dan
rahasiah Tuhan di balik segala peristiwa di muka bumi ini. Kenapa meratapi?
Allah berfirman yang artinya, “Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan
kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu
dikembalikan.” (QS al-Anbiya: 35).

PROKALTENG.CO – Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir
mengatakan, organisasi yang dipimpinnya sejak awal kelahiran sampai kini tiada
henti memberi solusi untuk negeri. Muhammadiyah bersama komponen bangsa lainnya
bergerak dalam menyelesaikan masalah bangsa.

“Di saat kritis,
Muhammadiyah tampil menberi jalan keluar seperti dalam memberi titik kompromi
Pancasila setelah satu hari Proklamasi 17 Agustus 1945. Kini Muhammadiyah
proaktif menghadapi pandemi Covid-19 maupun masalah negeri,” tutur Haedar
Nashir.

Muhammadiyah terus berbuat lewat
pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, pemberdayaan masyarakat, membimbing
umat di jamaah bawah, dan lain-lain secara nyata memajukan umat dan bangsa.

Aisyiyah dengan sekitar 23 ribu
TK ABA/PAUD dan tiga universitasnya (Unisa) dan amal usaha lainnya juga wujud
solusi untuk kemajuan. Pekerjaan dakwah bil-hal seperti itu sangat berat dan
berkontribusi penting bagi masa depan umat dan bangsa. Meskipun mungkin
dipandang tidak heorik dan karismatik.

Menurutnya, Kesibukan
Muhammadiyah memang harus dilakukan jika umat dan bangsa ingin maju. Bukan
kesibukan egoistik, tetapi langkah nyata membangun keunggulan. Kalau tiap hari
ormas gaduh, kapan umat Islam dan bangsa Indonesia maju?

Baca Juga :  Pahami!!! Ini Tiga Hal Strategis Pengelolaan Perbatasan Negara

“Situasi ini bukan
meninggalkan ruang kosong, tetapi merupakan pilihan strategis apakah umat dan
bangsa ingin maju atau tidak. Itulah karisma Muhammadiyah dalam berislam.
Menampilkan Islam yang uswah hasanah dan amal saleh berkemajuan. Meneladani Nabi
Muhammad membangun al-Madinah al-Munawwarah,” kata Haedar Nashir.

Muhammadiyah juga melakukan
kritik tegas terhadap kebijakan negara yang dianggap tidak tepat sebagai wujud
amar makruf nahi munkar. Di antaranya tentang RUU HIP dan RUU Ciptakerja.
Muhammadiyah memang tidak menempuh cara ekstrem dan gaduh dalam amar makruf
nahi munkar, karena bukan pilihan yang baik dan tidak sejalan kepribadiannya.

Bila menampilkan wajah ekstrem
tentu tampak heroik, tapi beresiko besar bagi masa depan umat Islam dan bangsa
Indonesia. Pengalaman satu abad cukup bagi Muhammadiyah menghadapi gelombang
besar dan karang terjal.

Muhammadiyah niscaya istiqamah
dengan gerakan dakwah moderat berkemajuan yang menebar pencerahan hidup. Islam
ditampilkan dalam keteladanan dan amal shaleh. Jalan dakwah yang memajukan
memang tidak menarik karena menuntut kerja keras dan usaha membangun
keunggulan.

Pendekatan dakwah
“lil-muwajjahah” (proaktif-konstruktif) merupakan pilihan Muhamamdiyah hasil
Muktamar 2010, yang tidak mengizinkan cara dakwah “lil-mu’aradhah”
(reaktif-konfrontatif). Warga Muhamamdiyah jangan terbawa arus, harus terus
bersemangat menggerakkan usaha-usaha dakwah moderat berkemajuaan diserta
keteladanan hidup.

Baca Juga :  RESMI ! AHY Terpilih Aklamasi Gantikan SBY Pimpin Partai Demokrat

Ketika umat semarak beragama dan
masyarakat luas haus akan nilai-nilai agama, Muhammadiyah hadir dengan dakwah
yang memberi kepastian nilai, kedamaian, keselamatan, kebahagiaan, dan
pencerahan. Seraya mencegah segala bentuk kekerasan, diskriminasi, ekstremisme,
dan anarki dalam kehidupan. Muhammadiyah tidak akan menghadirkan Islam yang
keras-ekstrem, meskipun mungkin disenangi sebagian kalangan. Karisma
Muhammadiyah tidak di situ!

Berdakwah dan berbangsa selalu
ada masalah. Kewajiban semua pihak berikhtiar menyelesaikan masalah secara
optimal. Setelah itu bertawakal kepada Allah. Tidak perlu bersesal diri,
berpatah asa, sangka buruk, serta saling menghujat dalam menghadapi masalah
negeri.

Yakinlah, terdapat kuasa dan
rahasiah Tuhan di balik segala peristiwa di muka bumi ini. Kenapa meratapi?
Allah berfirman yang artinya, “Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan
kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu
dikembalikan.” (QS al-Anbiya: 35).

Terpopuler

Artikel Terbaru