27.8 C
Jakarta
Saturday, July 27, 2024
spot_img

Abaikan Resolusi Dewan Keamanan, PBB Desak Embargo Senjata Israel

PROKALTENG.CO-Israel tak menggubris resolusi gencatan senjata yang telah disepakati Dewan Keamanan PBB. Sehari pascaresolusi itu lolos, pasukan militer Israel membombardir Rafah tanpa ampun.

Wilayah itu kini menjadi kantong pengungsian lebih dari 1,5 juta warga Gaza.

Dilansir Al Jazeera, serangan terus berlanjut. Situasi di lapangan tetap mengerikan meski resolusi gencatan senjata DK PBB memiliki kekuatan mengikat.

’’Selama beberapa jam terakhir, kami mencatat beberapa serangan udara yang menargetkan tiga rumah tempat tinggal. Ini menunjukkan bahwa Rafah tak lagi aman bagi lebih dari 1,5 juta warga Palestina yang mengungsi di sini,’’ ujar Tareq Abu Azzoum, jurnalis Al Jazeera di Rafah, Rabu (27/3/2024).

Serangan juga berlanjut di tempat lain di Gaza, termasuk kamp pengungsi Jabalia. Beberapa saksi mata menyebut kondisinya mengerikan, salah satunya di RS Al Shifa. Pasukan Zionis (IDF) diketahui mengepung RS tersebut dan mengubahnya menjadi kuburan.

Di lokasi itu, banyak keluarga yang masih terjebak setelah lebih dari seminggu dibombardir. Nyawa mereka terus terancam karena kepungan IDF.

Baca Juga :  Indonesia-Suriname Perkuat Kerja Sama Ekonomi

Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin telah mengingatkan kepada Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant bahwa keselamatan warga sipil di Rafah adalah prioritas utama. Gallant melakukan perjalanan ke Pentagon untuk pertemuan langsung pada Selasa (26/3/2024).

Israel mengatakan pihaknya merencanakan serangan darat di kota paling selatan Jalur Gaza, di mana lebih dari satu juta pengungsi Palestina terpaksa mencari perlindungan. Hal ini terjadi meskipun ada kekhawatiran dari AS dan komunitas internasional.

Sementara itu, pelapor khusus PBB untuk HAM di Wilayah Pendudukan Palestina Francesca Albanese menyebut operasi militer Israel merupakan tindakan genosida. Hal itu diutarakannya dalam sidang Dewan HAM PBB di Jenewa, Swiss, Selasa (26/3/2-24).

Atas dasar itu, ia menyerukan kepada berbagai negara untuk segera menjatuhkan sanksi dan memberlakukan embargo senjata kepada Israel. Lebih dari 32 ribu warga Palestina di Gaza telah terbunuh oleh kekejaman Israel.

Baca Juga :  Perdana Menteri Inggris Boris Johnson Didesak Berbagai Kubu

’’Secara khusus, Israel telah melakukan tiga tindakan genosida terhadap warga Palestina sebagai kelompok dengan niat tersirat, menyebabkan kerugian fisik atau mental yang serius, dengan sengaja membuat kondisi kehidupan yang akan berujung pada kehancuran fisik secara keseluruhan atau sebagian, dan memaksakan tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran dalam kelompok tersebut,’’ jelas Albanese.

Israel yang tidak menghadiri sesi itu menolak laporan Albanese. Misi diplomatik Israel di Jenewa menilai bahwa penggunaan kata genosida “keterlaluan”.

Ia mengatakan bahwa perang tersebut ditujukan kepada kelompok Hamas dan bukan kepada warga sipil Palestina.

Negara-negara Teluk seperti Qatar, serta negara-negara Afrika, termasuk Aljazair dan Mauritania, menyuarakan dukungan atas temuan Albanese dan keprihatinan atas situasi kemanusiaan.

Albanese, pengacara asal Italia, adalah satu dari belasan ahli HAM independen yang diberi mandat oleh PBB untuk melaporkan dan memberi saran tentang tema dan krisis spesifik. Meski begitu, pandangannya tidak mencerminkan pandangan PBB secara keseluruhan. (dee/tyo/bay/jpg/zuk)

PROKALTENG.CO-Israel tak menggubris resolusi gencatan senjata yang telah disepakati Dewan Keamanan PBB. Sehari pascaresolusi itu lolos, pasukan militer Israel membombardir Rafah tanpa ampun.

Wilayah itu kini menjadi kantong pengungsian lebih dari 1,5 juta warga Gaza.

Dilansir Al Jazeera, serangan terus berlanjut. Situasi di lapangan tetap mengerikan meski resolusi gencatan senjata DK PBB memiliki kekuatan mengikat.

’’Selama beberapa jam terakhir, kami mencatat beberapa serangan udara yang menargetkan tiga rumah tempat tinggal. Ini menunjukkan bahwa Rafah tak lagi aman bagi lebih dari 1,5 juta warga Palestina yang mengungsi di sini,’’ ujar Tareq Abu Azzoum, jurnalis Al Jazeera di Rafah, Rabu (27/3/2024).

Serangan juga berlanjut di tempat lain di Gaza, termasuk kamp pengungsi Jabalia. Beberapa saksi mata menyebut kondisinya mengerikan, salah satunya di RS Al Shifa. Pasukan Zionis (IDF) diketahui mengepung RS tersebut dan mengubahnya menjadi kuburan.

Di lokasi itu, banyak keluarga yang masih terjebak setelah lebih dari seminggu dibombardir. Nyawa mereka terus terancam karena kepungan IDF.

Baca Juga :  Indonesia-Suriname Perkuat Kerja Sama Ekonomi

Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin telah mengingatkan kepada Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant bahwa keselamatan warga sipil di Rafah adalah prioritas utama. Gallant melakukan perjalanan ke Pentagon untuk pertemuan langsung pada Selasa (26/3/2024).

Israel mengatakan pihaknya merencanakan serangan darat di kota paling selatan Jalur Gaza, di mana lebih dari satu juta pengungsi Palestina terpaksa mencari perlindungan. Hal ini terjadi meskipun ada kekhawatiran dari AS dan komunitas internasional.

Sementara itu, pelapor khusus PBB untuk HAM di Wilayah Pendudukan Palestina Francesca Albanese menyebut operasi militer Israel merupakan tindakan genosida. Hal itu diutarakannya dalam sidang Dewan HAM PBB di Jenewa, Swiss, Selasa (26/3/2-24).

Atas dasar itu, ia menyerukan kepada berbagai negara untuk segera menjatuhkan sanksi dan memberlakukan embargo senjata kepada Israel. Lebih dari 32 ribu warga Palestina di Gaza telah terbunuh oleh kekejaman Israel.

Baca Juga :  Perdana Menteri Inggris Boris Johnson Didesak Berbagai Kubu

’’Secara khusus, Israel telah melakukan tiga tindakan genosida terhadap warga Palestina sebagai kelompok dengan niat tersirat, menyebabkan kerugian fisik atau mental yang serius, dengan sengaja membuat kondisi kehidupan yang akan berujung pada kehancuran fisik secara keseluruhan atau sebagian, dan memaksakan tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran dalam kelompok tersebut,’’ jelas Albanese.

Israel yang tidak menghadiri sesi itu menolak laporan Albanese. Misi diplomatik Israel di Jenewa menilai bahwa penggunaan kata genosida “keterlaluan”.

Ia mengatakan bahwa perang tersebut ditujukan kepada kelompok Hamas dan bukan kepada warga sipil Palestina.

Negara-negara Teluk seperti Qatar, serta negara-negara Afrika, termasuk Aljazair dan Mauritania, menyuarakan dukungan atas temuan Albanese dan keprihatinan atas situasi kemanusiaan.

Albanese, pengacara asal Italia, adalah satu dari belasan ahli HAM independen yang diberi mandat oleh PBB untuk melaporkan dan memberi saran tentang tema dan krisis spesifik. Meski begitu, pandangannya tidak mencerminkan pandangan PBB secara keseluruhan. (dee/tyo/bay/jpg/zuk)

spot_img
spot_img

Terpopuler

spot_img

Artikel Terbaru