28.3 C
Jakarta
Monday, April 29, 2024

Make a Wish di Cap Tangan Presiden Kazakhstan Nazarbayev

Nursultan Nazarbayev dan Nur-Sultan memang
seperti tak bisa dipisahkan. Nursultan adalah presiden pertama Kazakhstan yang
berinisiatif memindahkan ibu kota dari Almaty ke Astana pada 1997. Nazarbayev
adalah peletak spirit pembangunan kota modern tersebut. Tak berlebihan rasanya
ketika Astana akhirnya berganti nama menjadi Nur-Sultan pada Maret 2019.

Laporan wartawan Jawa Pos DOAN
WIDHIANDONO
, dari Nur-Sultan, Kazakhstan

—

”DENGAN meletakkan tangan di situ,
Anda bisa seperti sedang bersalaman dengan Tuan Nazarbayev,’’ kata Indira
Izdibayeva, seorang pemandu turis di Menara Baiterek, pusat kota Nur-Sultan,
Kazakhstan, 9 Januari lalu.

Yang ditunjuk Indira adalah sebentuk monumen
kecil berwarna keemasan. Tingginya seperut orang dewasa. Persis di
tengah-tengah bola emas menara, pada lantai berketinggian 97 meter dari
permukaan tanah. Angka itu merujuk pada tahun kemerdekaan Kazakhstan dari Uni
Soviet: 1997. Letak monumen itu juga sangat strategis. Lurus di depannya adalah
Ak Orda, istana kepresidenan Kazakhstan.

Puncak monumen kecil tersebut adalah piringan
berbahan perak seberat 5 kilogram. Sedangkan bagian atasnya dibuat dari emas
seberat 2 kilogram. Pada bagian emas itulah terdapat cetakan tangan kanan
Nursultan Nazarbayev, presiden pertama Kazakhstan.

Di depan monumen itulah para pengunjung menara
biasa berkerumun. Bergantian meletakkan tangan ke cetakan emas itu. Sam-bil
make a wish. Mengucapkan permohonan. Terasa klenik, memang. ’’Tapi, itu
tradisi. Saat bersalaman dengan Presiden Nazar-bayev, orang biasa mengucapkan
keinginannya. Di sini seolah-olah kita bersalaman dengan beliau,’’ kata Indira.

Bagi warga Kazakhstan, Nazarbayev memang tokoh
besar. Dia berkuasa begitu lama. Nazarbayev menjadi presiden Kazakhstan sejak
1990, saat negeri itu masih di bawah Uni Soviet. Total, politikus kelahiran
1940 tersebut berkuasa sebagai orang nomor satu selama 29 tahun. Nazarbayev
meletakkan tampuk pemerintahan pada 2019. Penggantinya adalah Kassym-Jomart
Tokayev. Nazarbayev sendiri lantas menjadi kepala Dewan Keamanan Negara,
semacam dewan pertimbangan negara yang beranggota presiden bersama sejumlah
menteri dan kepala staf kemiliteran. Artinya, Nazarbayev tetap sangat berkuasa
di Kazakhstan.

Baca Juga :  Taliban Ketuk Pintu Rumah Warga Afghanistan, Minta Kembali Bekerja

Meski demikian, banyak prasasti di Nur-Sultan
yang menunjukkan bahwa Nazarbayev juga dicintai rakyatnya. Salah satu buktinya
ada di Menara Baiterek tersebut.

Nazarbayev memang sangat membutuhkan
stabilitas negara untuk melaksanakan pembangunan. Dia tidak mau negaranya
terpecah. ’’Semua harus damai. Ada ratusan etnis di Kazakhstan. Ada beberapa
agama,’’ kata Indira pada siang sedingin minus 16 derajat Celsius tersebut.

Semua agama pun dirangkul. Di Menara Baiterek
tersebut juga ada prasasti yang menunjukkan kegigihan Nazarbayev dalam
mengupayakan stabilitas negerinya. ’’Ini bukti bahwa negeri kami diberkati oleh
16 pemuka agama,’’ ujar Indira sambil menun-jukkan prasasti tersebut.

Prasasti kayu itu berbentuk separo bola dunia.
Di sekelilingnya terdapat bilah-bilah seperti berkas sinar yang keluar dari
bola bumi itu. Setiap bilah berisi nama pemuka agama dan institusi yang
mewakilinya. Misalnya, Organization of Culture dan Islamic Relation, Gereja
Ortodoks, Gereja Katolik, Asosiasi Agama Sinto, Asosiasi Taoisme Tiongkok,
Konferensi Perdamaian Buddha Asia, sampai perwakilan agama Yahudi. ’’Mereka
secara rutin bersidang di Palace of Peace and Reconciliation,’’ ungkap Indira.
Istana perdamaian itu adalah bangunan berbentuk piramida yang terletak di
belakang istana kepresidenan.
)

Baca Juga :  Dana Covid Buat Pelesiran, Menaker Malawi Dipecat

Pada prasasti pemuka agama tersebut terdapat
tulisan May Kazakhstan-the land of peace and accord—be blessed! Semoga
Kazakhstan, negeri perdamaian dan harmoni—selalu terberkati.

Tak hanya itu, di Nur-Sultan juga terdapat The
Museum of the First President of Republic of Kazakhstan. Itu adalah museum yang
didedikasikan khusus untuk Nursultan Nazarbayev. Bangunannya adalah bekas
kediaman Nazarbayev sebagai presiden. Museum itu menyimpan lebih dari 40 ribu
benda, dokumen, foto, dan buku. Semua terkait dengan Nazarbayev.

Saat memasuki museum itu, pengunjung akan diajak
mengenal silsilah keluarga Nazarbayev, menengok aktivitasnya sebagai presiden,
melongok ruang kerjanya –dengan perabot dan telepon yang tidak pernah berubah
sejak dulu– hingga ruang santai tempat Nazarbayev bermain catur dan musik.
’’Presiden Nazarbayev adalah sosok yang komplet. Negarawan, seniman, dan
penulis,’’ ujar Zhanat Zhumakhmetova, pemandu turis di museum tersebut.

Ya, pada salah satu ruangan terdapat buku-buku
yang pernah ditulis Nazarbayev. Ada 40 judul buku yang pernah dikarangnya.
Temanya beragam. Mulai teknik dan produksi metal, arsitektur, hingga filsafat
kenegaraan. Semuanya sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Misalnya, My
Life, My Time, and the Future dan The Heart of Eurasia yang memuat kisah-kisah
filosofis pembangunan negeri tersebut. Sangat produktif.(jpc)

 

Nursultan Nazarbayev dan Nur-Sultan memang
seperti tak bisa dipisahkan. Nursultan adalah presiden pertama Kazakhstan yang
berinisiatif memindahkan ibu kota dari Almaty ke Astana pada 1997. Nazarbayev
adalah peletak spirit pembangunan kota modern tersebut. Tak berlebihan rasanya
ketika Astana akhirnya berganti nama menjadi Nur-Sultan pada Maret 2019.

Laporan wartawan Jawa Pos DOAN
WIDHIANDONO
, dari Nur-Sultan, Kazakhstan

—

”DENGAN meletakkan tangan di situ,
Anda bisa seperti sedang bersalaman dengan Tuan Nazarbayev,’’ kata Indira
Izdibayeva, seorang pemandu turis di Menara Baiterek, pusat kota Nur-Sultan,
Kazakhstan, 9 Januari lalu.

Yang ditunjuk Indira adalah sebentuk monumen
kecil berwarna keemasan. Tingginya seperut orang dewasa. Persis di
tengah-tengah bola emas menara, pada lantai berketinggian 97 meter dari
permukaan tanah. Angka itu merujuk pada tahun kemerdekaan Kazakhstan dari Uni
Soviet: 1997. Letak monumen itu juga sangat strategis. Lurus di depannya adalah
Ak Orda, istana kepresidenan Kazakhstan.

Puncak monumen kecil tersebut adalah piringan
berbahan perak seberat 5 kilogram. Sedangkan bagian atasnya dibuat dari emas
seberat 2 kilogram. Pada bagian emas itulah terdapat cetakan tangan kanan
Nursultan Nazarbayev, presiden pertama Kazakhstan.

Di depan monumen itulah para pengunjung menara
biasa berkerumun. Bergantian meletakkan tangan ke cetakan emas itu. Sam-bil
make a wish. Mengucapkan permohonan. Terasa klenik, memang. ’’Tapi, itu
tradisi. Saat bersalaman dengan Presiden Nazar-bayev, orang biasa mengucapkan
keinginannya. Di sini seolah-olah kita bersalaman dengan beliau,’’ kata Indira.

Bagi warga Kazakhstan, Nazarbayev memang tokoh
besar. Dia berkuasa begitu lama. Nazarbayev menjadi presiden Kazakhstan sejak
1990, saat negeri itu masih di bawah Uni Soviet. Total, politikus kelahiran
1940 tersebut berkuasa sebagai orang nomor satu selama 29 tahun. Nazarbayev
meletakkan tampuk pemerintahan pada 2019. Penggantinya adalah Kassym-Jomart
Tokayev. Nazarbayev sendiri lantas menjadi kepala Dewan Keamanan Negara,
semacam dewan pertimbangan negara yang beranggota presiden bersama sejumlah
menteri dan kepala staf kemiliteran. Artinya, Nazarbayev tetap sangat berkuasa
di Kazakhstan.

Baca Juga :  Taliban Ketuk Pintu Rumah Warga Afghanistan, Minta Kembali Bekerja

Meski demikian, banyak prasasti di Nur-Sultan
yang menunjukkan bahwa Nazarbayev juga dicintai rakyatnya. Salah satu buktinya
ada di Menara Baiterek tersebut.

Nazarbayev memang sangat membutuhkan
stabilitas negara untuk melaksanakan pembangunan. Dia tidak mau negaranya
terpecah. ’’Semua harus damai. Ada ratusan etnis di Kazakhstan. Ada beberapa
agama,’’ kata Indira pada siang sedingin minus 16 derajat Celsius tersebut.

Semua agama pun dirangkul. Di Menara Baiterek
tersebut juga ada prasasti yang menunjukkan kegigihan Nazarbayev dalam
mengupayakan stabilitas negerinya. ’’Ini bukti bahwa negeri kami diberkati oleh
16 pemuka agama,’’ ujar Indira sambil menun-jukkan prasasti tersebut.

Prasasti kayu itu berbentuk separo bola dunia.
Di sekelilingnya terdapat bilah-bilah seperti berkas sinar yang keluar dari
bola bumi itu. Setiap bilah berisi nama pemuka agama dan institusi yang
mewakilinya. Misalnya, Organization of Culture dan Islamic Relation, Gereja
Ortodoks, Gereja Katolik, Asosiasi Agama Sinto, Asosiasi Taoisme Tiongkok,
Konferensi Perdamaian Buddha Asia, sampai perwakilan agama Yahudi. ’’Mereka
secara rutin bersidang di Palace of Peace and Reconciliation,’’ ungkap Indira.
Istana perdamaian itu adalah bangunan berbentuk piramida yang terletak di
belakang istana kepresidenan.
)

Baca Juga :  Dana Covid Buat Pelesiran, Menaker Malawi Dipecat

Pada prasasti pemuka agama tersebut terdapat
tulisan May Kazakhstan-the land of peace and accord—be blessed! Semoga
Kazakhstan, negeri perdamaian dan harmoni—selalu terberkati.

Tak hanya itu, di Nur-Sultan juga terdapat The
Museum of the First President of Republic of Kazakhstan. Itu adalah museum yang
didedikasikan khusus untuk Nursultan Nazarbayev. Bangunannya adalah bekas
kediaman Nazarbayev sebagai presiden. Museum itu menyimpan lebih dari 40 ribu
benda, dokumen, foto, dan buku. Semua terkait dengan Nazarbayev.

Saat memasuki museum itu, pengunjung akan diajak
mengenal silsilah keluarga Nazarbayev, menengok aktivitasnya sebagai presiden,
melongok ruang kerjanya –dengan perabot dan telepon yang tidak pernah berubah
sejak dulu– hingga ruang santai tempat Nazarbayev bermain catur dan musik.
’’Presiden Nazarbayev adalah sosok yang komplet. Negarawan, seniman, dan
penulis,’’ ujar Zhanat Zhumakhmetova, pemandu turis di museum tersebut.

Ya, pada salah satu ruangan terdapat buku-buku
yang pernah ditulis Nazarbayev. Ada 40 judul buku yang pernah dikarangnya.
Temanya beragam. Mulai teknik dan produksi metal, arsitektur, hingga filsafat
kenegaraan. Semuanya sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Misalnya, My
Life, My Time, and the Future dan The Heart of Eurasia yang memuat kisah-kisah
filosofis pembangunan negeri tersebut. Sangat produktif.(jpc)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru