26.3 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Cina Beri Peringatam, Kemenlu: AS Memutarbalikkan Kebenaran

HONGKONG – Ratusan orang, termasuk para lansia, berpawai ke kantor
konsulat Amerika Serikat (AS) kemarin (1/12). Aksi ini untuk menunjukkan rasa
terima kasih mereka atas dukungan yang diberikan AS terhadap aksi unjuk rasa
pro-demokrasi yang telah berjalan selama hampir enam bulan.

Sambil mengibarkan bendera AS,
massa aksi membentangkan spanduk bergambar Presiden AS Donald Trump yang
berdiri dengan kaki terbuka di atas sebuah tank dengan bendera AS di
belakangnya. Beberapa orang bahkan mengenakan kaos dan topi berlogo Donald
Trump, dengan memegang bentangan spanduk lain yang bertuliskan “Presiden Trump,
tolong bebaskan Hong Kong” teriak seorang demonstran.

Pada awal berjalannya aksi,
seorang peserta aksi dengan pengeras suara berorasi. “Terima kasih presiden
Trump untuk hadiah besar yang diberikan kepada Hong Kong, semoga Tuhan
memberkati Amerika”.

Pekan ini, Trump menandatangani
undang-undang Kongres yang mendukung para pengunjuk rasa di Hong Kong, kendati
mendapat kemarahan dan keberatan dari pemerintah Cina. Minggu (1/12) pagi,
sebelum aksi pawai itu, ratusan pengunjuk rasa termasuk banyak keluarga dengan
anak-anak juga melakukan aksi protes terhadap cara pihak kepolisian yang
menggunakan gas air mata untuk membubarkan protes.

Mereka membawa balon kuning dan
mengibarkan spanduk bertuliskan “Jangan gunakan gas air mata, selamatkan
anak-anak”, dan berjalan menyusuri wilayah pusat bisnis menuju kantor pusat
pemerintahan Hongkong. “Kami ingin polisi berhenti menggunakan gas air mata.
Itu bukanlah cara yang baik untuk menyelesaikan masalah. Pemerintah semestinya
mendengar rakyat. Ini konyol sekali,” kata seorang perempuan yang ikut serta
dalam pawai bersama suami dan anaknya yang berusia lima tahun.

Baca Juga :  Kecantikan Wanita Jepang Sudah Tak Diragukan, Tapi Ternyata Banyak yan

Sejak unjuk rasa mulai ramai pada
Juni lalu, polisi telah menembakkan sekitar 10.000 kali gas air mata, menurut
sekretaris kota Hong Kong untuk urusan keamanan, John Lee, pada pekan lalu.
Beberapa pekan belakangan, situasi Hong Kong telah relatif lebih tenang
dibandingkan sebelumnya, namun para aktivis berjanji untuk terus menjaga
momentum gerakan pro demokrasi dengan tiga aksi pawai pada Minggu yang semuanya
mendapat izin dari pihak berwenang.

Sementara itu Cina kembali
memperingatkan AS bahwa mereka dapat mengambil langkah-langkah tegas jika
Washington terus memberikan dukungan bagi kelompok pro-demokrasi di Hongkong.

Peringatan itu muncul setelah
Presiden AS Donald Trump menandatangani Undang-Undang Hak Asasi Manusia dan
Demokrasi. Undang-undang tersebut mengamanatkan tinjauan tahunan, untuk
memeriksa apakah Hong Kong memiliki cukup otonomi untuk membenarkan status
khusus dengan AS.

Ya, Trump saat ini sedang mencari
kesepakatan dengan Cina, untuk mengakhiri perang dagang antara kedua negara.
“AS telah mengabaikan fakta dan memutarbalikkan kebenaran,” kata pernyataan
kementerian luar negeri Cina melansir BBC, kemarin.

Baca Juga :  Pengacara Kini jadi Incaran Junta Militer, Ditangkap dan Diintimidasi

“Itu secara terbuka mendukung
para penjahat yang dengan brutal menghancurkan fasilitas, membakar, menyerang
warga sipil tak berdosa, menginjak-injak aturan hukum, dan membahayakan
ketertiban sosial.”

Kementerian juga mengancam
langkah-langkah balasan jika AS terus menempuh jalan yang salah. Apa implikasi
dari RUU tersebut? Undang-undang baru mengharuskan AS untuk memantau tindakan
Cina di Hongkong. AS dapat mencabut status perdagangan khusus yang telah
diberikannya kepada wilayah itu jika Cina merusak hak dan kebebasan kota.
Antara lain, status khusus Hong Kong berarti tidak terpengaruh oleh sanksi atau
tarif AS yang ditempatkan di daratan.

RUU itu juga mengatakan bahwa AS
harus mengizinkan penduduk Hong Kong untuk mendapatkan visa AS jika mereka
telah ditangkap karena menjadi bagian dari protes tanpa kekerasan. Para analis
mengatakan langkah itu dapat mempersulit negosiasi antara China dan Amerika
untuk mengakhiri perang dagang mereka.

Lalu apa reaksinya? Kementerian
luar negeri Cina memanggil duta besar AS untuk menuntut agar Washington
berhenti mencampuri urusan dalam negeri Cina. Pemerintah Hongkong juga
bereaksi, mengatakan undang-undang Amerika akan mengirim sinyal yang salah dan
tidak akan membantu meredakan situasi. Tetapi seorang aktivis kunci dalam
gerakan protes Hongkong, Joshua Wong, mengatakan hukum AS adalah pencapaian
luar biasa bagi semua warga Hongkong. (fin/ful/kpc)

HONGKONG – Ratusan orang, termasuk para lansia, berpawai ke kantor
konsulat Amerika Serikat (AS) kemarin (1/12). Aksi ini untuk menunjukkan rasa
terima kasih mereka atas dukungan yang diberikan AS terhadap aksi unjuk rasa
pro-demokrasi yang telah berjalan selama hampir enam bulan.

Sambil mengibarkan bendera AS,
massa aksi membentangkan spanduk bergambar Presiden AS Donald Trump yang
berdiri dengan kaki terbuka di atas sebuah tank dengan bendera AS di
belakangnya. Beberapa orang bahkan mengenakan kaos dan topi berlogo Donald
Trump, dengan memegang bentangan spanduk lain yang bertuliskan “Presiden Trump,
tolong bebaskan Hong Kong” teriak seorang demonstran.

Pada awal berjalannya aksi,
seorang peserta aksi dengan pengeras suara berorasi. “Terima kasih presiden
Trump untuk hadiah besar yang diberikan kepada Hong Kong, semoga Tuhan
memberkati Amerika”.

Pekan ini, Trump menandatangani
undang-undang Kongres yang mendukung para pengunjuk rasa di Hong Kong, kendati
mendapat kemarahan dan keberatan dari pemerintah Cina. Minggu (1/12) pagi,
sebelum aksi pawai itu, ratusan pengunjuk rasa termasuk banyak keluarga dengan
anak-anak juga melakukan aksi protes terhadap cara pihak kepolisian yang
menggunakan gas air mata untuk membubarkan protes.

Mereka membawa balon kuning dan
mengibarkan spanduk bertuliskan “Jangan gunakan gas air mata, selamatkan
anak-anak”, dan berjalan menyusuri wilayah pusat bisnis menuju kantor pusat
pemerintahan Hongkong. “Kami ingin polisi berhenti menggunakan gas air mata.
Itu bukanlah cara yang baik untuk menyelesaikan masalah. Pemerintah semestinya
mendengar rakyat. Ini konyol sekali,” kata seorang perempuan yang ikut serta
dalam pawai bersama suami dan anaknya yang berusia lima tahun.

Baca Juga :  Kecantikan Wanita Jepang Sudah Tak Diragukan, Tapi Ternyata Banyak yan

Sejak unjuk rasa mulai ramai pada
Juni lalu, polisi telah menembakkan sekitar 10.000 kali gas air mata, menurut
sekretaris kota Hong Kong untuk urusan keamanan, John Lee, pada pekan lalu.
Beberapa pekan belakangan, situasi Hong Kong telah relatif lebih tenang
dibandingkan sebelumnya, namun para aktivis berjanji untuk terus menjaga
momentum gerakan pro demokrasi dengan tiga aksi pawai pada Minggu yang semuanya
mendapat izin dari pihak berwenang.

Sementara itu Cina kembali
memperingatkan AS bahwa mereka dapat mengambil langkah-langkah tegas jika
Washington terus memberikan dukungan bagi kelompok pro-demokrasi di Hongkong.

Peringatan itu muncul setelah
Presiden AS Donald Trump menandatangani Undang-Undang Hak Asasi Manusia dan
Demokrasi. Undang-undang tersebut mengamanatkan tinjauan tahunan, untuk
memeriksa apakah Hong Kong memiliki cukup otonomi untuk membenarkan status
khusus dengan AS.

Ya, Trump saat ini sedang mencari
kesepakatan dengan Cina, untuk mengakhiri perang dagang antara kedua negara.
“AS telah mengabaikan fakta dan memutarbalikkan kebenaran,” kata pernyataan
kementerian luar negeri Cina melansir BBC, kemarin.

Baca Juga :  Pengacara Kini jadi Incaran Junta Militer, Ditangkap dan Diintimidasi

“Itu secara terbuka mendukung
para penjahat yang dengan brutal menghancurkan fasilitas, membakar, menyerang
warga sipil tak berdosa, menginjak-injak aturan hukum, dan membahayakan
ketertiban sosial.”

Kementerian juga mengancam
langkah-langkah balasan jika AS terus menempuh jalan yang salah. Apa implikasi
dari RUU tersebut? Undang-undang baru mengharuskan AS untuk memantau tindakan
Cina di Hongkong. AS dapat mencabut status perdagangan khusus yang telah
diberikannya kepada wilayah itu jika Cina merusak hak dan kebebasan kota.
Antara lain, status khusus Hong Kong berarti tidak terpengaruh oleh sanksi atau
tarif AS yang ditempatkan di daratan.

RUU itu juga mengatakan bahwa AS
harus mengizinkan penduduk Hong Kong untuk mendapatkan visa AS jika mereka
telah ditangkap karena menjadi bagian dari protes tanpa kekerasan. Para analis
mengatakan langkah itu dapat mempersulit negosiasi antara China dan Amerika
untuk mengakhiri perang dagang mereka.

Lalu apa reaksinya? Kementerian
luar negeri Cina memanggil duta besar AS untuk menuntut agar Washington
berhenti mencampuri urusan dalam negeri Cina. Pemerintah Hongkong juga
bereaksi, mengatakan undang-undang Amerika akan mengirim sinyal yang salah dan
tidak akan membantu meredakan situasi. Tetapi seorang aktivis kunci dalam
gerakan protes Hongkong, Joshua Wong, mengatakan hukum AS adalah pencapaian
luar biasa bagi semua warga Hongkong. (fin/ful/kpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru