27.1 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

Tiongkok Menentang Perang Dagang

BEIJING – “Tiada pemenang dalam perang dagang.”
Pernyataan itu dilontarkan Wakil Menteri Luar Negeri Republik Rakyat Tiongkok
(RRT) Zhang Hanhui, Kamis (30/5) lalu.

Saat itu, Zhang menegaskan bahwa Tiongkok menentang adanya perang
dagang. Namun, jika itu terjadi, mereka tidak takut menghadapinya.
“Hasutan konflik dagang yang terencana ini adalah terorisme ekonomi yang
terbuka, chauvinisme ekonomi, dan perundungan ekonomi,” tegas Zhang
seperti dikutip AFP.

AS menerapkan kenaikan tarif atau pajak pada barang-barang yang
diimpor dari Tiongkok awal bulan ini. Nilainya mencapai USD 200 miliar atau
setara dengan Rp 2,88 kuadriliun. AS juga memasukkan raksasa teknologi asal
Tiongkok, Huawei, dalam daftar hitam perdagangan. Huawei dianggap dekat dengan
Beijing sehingga bisa dimanfaatkan untuk memata-matai AS.

Tiongkok membalas dengan menaikkan tarif impor produk AS senilai
USD 60 miliar atau Rp 864,3 triliun. Kebijakan itu mulai berlaku Sabtu (1/6).
Ada indikasi negeri dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu akan
menghentikan ekspor logam tanah jarang ke AS.

Baca Juga :  Khamenei Masuk Daftar Hitam AS

Logam tanah jarang terdiri atas 17 elemen yang biasa dipakai
sebagai bahan baku pembuatan peralatan komputer, ponsel cerdas, televisi, mobil
listrik, laser, serat optik, hingga bahan peralatan militer seperti rudal.

Sebanyak 95 persen produksi global bahan mineral langka tersebut
ada di Tiongkok. Lebih dari 80 persen kebutuhan sumber daya alam strategis itu
diimpor AS dari Tiongkok.

Sejatinya, bahan mineral tersebut ada di berbagai negara. Tapi,
penambangan dan pengolahannya sangat sulit serta berpotensi merusak lingkungan.
Karena itu, jarang ada negara yang melakukannya.

Bahan mineral yang
diproduksi Tiongkok tersebut dibuat cip oleh perusahaan-perusahaan AS, terutama
Qualcomm yang menguasai pangsa pasar global. Nah, Huawei membeli cip tersebut
untuk produk mereka. Tapi, kini Trump melarang perusahaan AS menjual produk ke
Huawei. Termasuk cip tadi.

Baca Juga :  Cegah Penularan Virus Corona di Penjara, Iran Bebaskan 10 Ribu Napi

“Ini tidak bisa
diterima bagi negara mana pun yang telah menggunakan produk mineral hasil
ekspor Tiongkok untuk mengekang dan menekan perkembangan negara kami,”
tegas Juru Bicara Kementerian Perdagangan Tiongkok Gao Feng. Huawei sendiri
kini mampu mengembangkan cip lewat anak usahanya: HiSilicon.

Menghadapi ancaman
Tiongkok itu, Pentagon langsung bersikap. Mereka mengajukan tambahan anggaran
ke kongres untuk meningkatkan produksi logam tanah jarang. Mineral-mineral itu
juga dibutuhkan kementerian pertahanan. Bahan baku mesin jet, laser, dan alat
untuk melihat di kegelapan butuh mineral tersebut.

Jika Tiongkok
menghentikan eskpornya, AS bakal kelabakan. “Kami memperingatkan AS agar
tidak meremehkan kemampuan Tiongkok untuk menjaga hak dan kepentingannya dalam
pembangunan. Jangan katakan kami tidak memperingatkan kalian!” bunyi
tulisan di kolom opini People’s Daily yang ditulis seseorang dengan nama
samaran Wuyuehe. (sha/c25/sof)

BEIJING – “Tiada pemenang dalam perang dagang.”
Pernyataan itu dilontarkan Wakil Menteri Luar Negeri Republik Rakyat Tiongkok
(RRT) Zhang Hanhui, Kamis (30/5) lalu.

Saat itu, Zhang menegaskan bahwa Tiongkok menentang adanya perang
dagang. Namun, jika itu terjadi, mereka tidak takut menghadapinya.
“Hasutan konflik dagang yang terencana ini adalah terorisme ekonomi yang
terbuka, chauvinisme ekonomi, dan perundungan ekonomi,” tegas Zhang
seperti dikutip AFP.

AS menerapkan kenaikan tarif atau pajak pada barang-barang yang
diimpor dari Tiongkok awal bulan ini. Nilainya mencapai USD 200 miliar atau
setara dengan Rp 2,88 kuadriliun. AS juga memasukkan raksasa teknologi asal
Tiongkok, Huawei, dalam daftar hitam perdagangan. Huawei dianggap dekat dengan
Beijing sehingga bisa dimanfaatkan untuk memata-matai AS.

Tiongkok membalas dengan menaikkan tarif impor produk AS senilai
USD 60 miliar atau Rp 864,3 triliun. Kebijakan itu mulai berlaku Sabtu (1/6).
Ada indikasi negeri dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu akan
menghentikan ekspor logam tanah jarang ke AS.

Baca Juga :  Khamenei Masuk Daftar Hitam AS

Logam tanah jarang terdiri atas 17 elemen yang biasa dipakai
sebagai bahan baku pembuatan peralatan komputer, ponsel cerdas, televisi, mobil
listrik, laser, serat optik, hingga bahan peralatan militer seperti rudal.

Sebanyak 95 persen produksi global bahan mineral langka tersebut
ada di Tiongkok. Lebih dari 80 persen kebutuhan sumber daya alam strategis itu
diimpor AS dari Tiongkok.

Sejatinya, bahan mineral tersebut ada di berbagai negara. Tapi,
penambangan dan pengolahannya sangat sulit serta berpotensi merusak lingkungan.
Karena itu, jarang ada negara yang melakukannya.

Bahan mineral yang
diproduksi Tiongkok tersebut dibuat cip oleh perusahaan-perusahaan AS, terutama
Qualcomm yang menguasai pangsa pasar global. Nah, Huawei membeli cip tersebut
untuk produk mereka. Tapi, kini Trump melarang perusahaan AS menjual produk ke
Huawei. Termasuk cip tadi.

Baca Juga :  Cegah Penularan Virus Corona di Penjara, Iran Bebaskan 10 Ribu Napi

“Ini tidak bisa
diterima bagi negara mana pun yang telah menggunakan produk mineral hasil
ekspor Tiongkok untuk mengekang dan menekan perkembangan negara kami,”
tegas Juru Bicara Kementerian Perdagangan Tiongkok Gao Feng. Huawei sendiri
kini mampu mengembangkan cip lewat anak usahanya: HiSilicon.

Menghadapi ancaman
Tiongkok itu, Pentagon langsung bersikap. Mereka mengajukan tambahan anggaran
ke kongres untuk meningkatkan produksi logam tanah jarang. Mineral-mineral itu
juga dibutuhkan kementerian pertahanan. Bahan baku mesin jet, laser, dan alat
untuk melihat di kegelapan butuh mineral tersebut.

Jika Tiongkok
menghentikan eskpornya, AS bakal kelabakan. “Kami memperingatkan AS agar
tidak meremehkan kemampuan Tiongkok untuk menjaga hak dan kepentingannya dalam
pembangunan. Jangan katakan kami tidak memperingatkan kalian!” bunyi
tulisan di kolom opini People’s Daily yang ditulis seseorang dengan nama
samaran Wuyuehe. (sha/c25/sof)

Terpopuler

Artikel Terbaru