28.4 C
Jakarta
Sunday, April 13, 2025

Telkomsel Hadir di Daerah Lumbung Pangan Nasional

Jaringan telekomunikasi memiliki peran vital penggerak
ekonomi di pelosok-pelosok daerah. Apalagi, daerah itu memiliki potensi yang
bisa memberi efek positif bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.
Bagaimana peran Telkomsel? Berikut tulisannya.

AGUS PRAMONO, Pulang Pisau

“HALO Bang, saya sudah masuk wilayah Pulang Pisau,” ucap
saya (Penulis) ketika memberi kabar teman saya yang tinggal di pusat Kota
Pulang Pisau, Kalimantan Tengah (Kalteng).

“Oke, nanti sebelum masuk Desa Basarang, ada pertigaan
jalan beraspal, belok kanan. Ikuti aspal saja,” jawabnya.

Saya meneruskan perjalanan. Jam di layar handphone (HP)
menunjukkan pukul 09.23 WIB. 21 kilometer dari pusat Kota Pulang Pisau, saya
menjumpai pertigaan. Persis di pertigaan yang dimaksud, saya berhenti dan turun
dari sepeda motor. Saya pun ingin memastikan apakah benar itu jalan masuk
menuju Desa Belanti Siam. Saya bertanya ke perempuan paruh baya yang duduk
sambil memangku balita laki-laki di warung gorengan.

“Bu, jalan ke Belanti Siam ke sana ya,” tanya saya sambil
menunjuk jalan beraspal lurus itu. Perempuan itu beranjak berdiri, melangkahkan
kaki mendekati aspal, lalu menjawab tanpa ragu. “Lurus ikuti aspal saja,”
jawabnya sambil memicingkan mata lantaran silau oleh pancaran sinar matahari.

Saya pun melanjutkan perjalanan. Agar perjalanan lebih
nikmat, saya pun memasang pengeras suara di telinga. Membuka aplikasi musik.
Putar. Dengarkan. Lalu, tancap gas.

Perjalanan ke pelosok Pulang Pisau ini memakan waktu 90
menit. Katanya. Kebun karet, kelapa sawit berdiri di sisi kanan dan kiri.
Daunnya melambai-lambai ditiup angin. Pemandangan berubah Ketika memasuki desa
yang sudah masuk wilayah Kecamatan Maliku. Hamparan sawah begitu memanjakan
mata. Padi sudah mulai menguning. Sebentar lagi bisa panen. Kecamatan Maliku
juga termasuk daerah penghasil beras. Ada 1.557 hektare lahan produktif.

Saya pun berhenti sejenak. Mematikan aplikasi musik yang
sepanjang perjalanan terus terdengar tanpa ada gangguan sama sekali. Saya
mengabadikan hamparan sawah itu. Saya juga menghubungi istri, melalui panggilan
video. Memamerkan hamparan sawah itu. Yang menurut istri saya mirip persawahan
di kampung halamannya, Martapura.

Saya menunjukkan aktivitas para petani sedang mengusir
burung-burung kecil yang berusaha mencuri bulir-bulir padi. 15 menit saya
tersambung dengan istri saya melalui panggilan video. Lancar sekali. Gambar dan
suara jelas. Hal ini juga menjadi bukti jika pernyataan Manager Branch
Telkomsel Palangka Raya Jefri ES Kamudi, beberapa hari sebelumnya tidak hanya
asal bicara.

 â€œUntuk wilayah
lumbung pangan di Kalteng, terutama di Maliku, Dadahub, dan Pandih Batu,
jaringannya Telkomsel sudah 3G dan 4G,” ucapnya ketika itu di ruang tamu
Grapari Telkomsel Palangka Raya.

Baca Juga :  Kepada Semua Calon Bupati, Ini Permintaan Ketua MUI Kotim

Di musim pandemi Covid-19 seperti saat ini, tentu
komunikasi melalui sambungan telepon sangat berarti. Mengurangi intensitas
tatap muka. Mengurangi risiko penyebaran Covid-19.

Untuk diketahui, jumlah Base Transceiver Station (BTS)
Telkomsel di Kalteng saat ini ada sebanyak 3.700 BTS. Sumber dari Badan Pusat
Statistik (BPS), per 8 Maret 2018, ada 1.569 desa/kelurahan di Kalteng. Jika
diambil rata-rata, ada 2,3 BTS setiap desa/kelurahan.

BTS itu, menurut Jefri, menjangkau wilayah pelosok.
Jaringan 3G dan 4G sudah hadir. Komitmen Telkomsel untuk menjangkau desa-desa
di pelosok tak main-main. Terutama di desa yang memiliki potensi yang mendukung
roda perekonomian masyarakat. Saat ini, Telkomsel juga sedang fokus membangun
jaringan di Desa Jaya Makmur, Kecamatan Katingan Kuala, Kabupaten Katingan.
Desa itu juga menjadi lumbung pangan di kabupaten yang dipimpin oleh Sakariyas,
sebagai bupati.

Desa Jaya Makmur dan desa lain di Kecamatan Katingan
Kuala merupakan daerah penghasil beras. Selain itu, ada Kecamatan Mendawai.
Dalam setahun bisa panen hingga dua sampai tiga kali. Satu hektare sawah bisa
menghasilkan minimal empat ton padi.

“Saat ini kami sedang membangun jaringan di Desa Jaya
Makmur. Itu (Membangun jaringan, red) semata-mata untuk membantu ruang gerak
petani dalam mendapatkan informasi dan memperlancar perekonomian masyarakat,”
tegasnya.

Saya akhirnya melanjutkan perjalanan. Setengah jam
perjalanan, gapura selamat datang di Kecamatan Pandih Batu terlihat jelas.
Meski catnya sudah ada yang memudar. Pemandangan serupa terlihat sepanjang
perjalanan menuju Desa Belanti Siam. Kanan kiri padi. Beberapa petak sawah
sudah mulai dipanen dengan cara modern. Yakni dengan mesin pemanen padi.

Akhirnya sampai juga di Desa Belanti Siam. Sesuai
petunjuk speedometer, jarak dari pusat Kota Pulang pisau  ke Desa Belanti Siam, jaraknya 62 kilometer.
Saya langsung berhenti di depan rumah Kepala Desa Belanti Siam, Amin Arifin.
Kebetulan sedang nongkrong. Bersama tiga orang. Di bawah pohon rindang. Di
samping kiri rumahnya.

Desa ini dulunya berwajahkan hutan belantara. Tahun 1983,
ratusan bahkan ribuan orang dari Pulau Jawa bertransmigrasi. Membabat hutan.
Membuat petak-petak sawah. Perjuangan berat yang dilakukan membuahkan hasil.
Saat ini, di desa yang berpenduduk 2.484 jiwa ini sudah menjadikan hutan
menjadi persawahan seluas 1.687 hektare. 563 hektare lahan sisanya masih belum
produktif. Untuk Kecamatan Pandih Batu keseluruhan, ada 6.943 hektare sawah
yang tersebar di 16 desa.

Padi yang diolah menjadi beras, memiliki merk dagang
beras Belanti Siam. Sudah dipasarkan di 14 kabupaten/kota se-Kalteng dan
beberapa daerah di Kalimantan Selatan (Kalsel). Di Desa Belanti Siam, jenis
padi unggulan ada Hibrida Supadi. “Satu hektare bisa menghasilkan enam sampai
10 ton padi. Di sini berasnya enak. Tak kalah dengan daerah lain, meski jenis
padinya sama,” ujar Kepala Desa Belanti Siam, Amin Arifin, diamini oleh tiga
orang itu, yang salah satunya ternyata pembeli beras yang datang dari
Parenggean, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim).

Baca Juga :  Utamakan Keselamatan dan Kesehatan Warga

Dengan merendah, Amin menyebut, kemajuan Desa Belanti
Siam ini berkat keuletan warganya. Tidak kenal menyerah. Puluhan tahun merintis
penuh peluh. Sabar hidup dalam serba kekurangan. Tanpa listrik. Tanpa jaringan
telekomunikasi. Tak banyak informasi yang bisa diserap ketika itu. Kini, dengan
masuknya jaringan listrik dan jaringan telekomunikasi, sangat membantu
perekonomian warga. Terutama dalam membantu memasarkan hasil pertanian, hasil
perkebunan, dan peternakan, yang menjadi penyangga ketahanan pangan.

Saya pun bertanya, kartu telepon seluler apa yang dipakai
warga di sini untuk berkomunikasi? “Di sini ya hanya Telkomsel yang lancar.
Sudah 10 tahun lebih. Dari mulai musim HP poliponik, sampai saat ini musim HP
yang bisa video call,” ungkapnya.

“Saya juga kalau mau pesan beras, ya tinggal telepon
saja,” timpal pembeli beras itu.

Untuk diketahui, 9 Juli 2020 lalu, Presiden Joko Widodo
meninjau lokasi yang dijadikan lumbung pangan nasional atau food estate. Selain
Desa Belanti Siam, lokasi lain yang ditinjau adalah Desa Bentuk Jaya, Kecamatan
Dadahup, Kabupaten Kapuas. Jokowi, sapaan akrab Joko Widodo didampingi Menteri
Pertahanan, Prabowo Subianto, dan Menteri Pertanian, M Syahrul Yasin Limpo, dan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono.

Mereka mengecek lahan eks pengembangan lahan gambut yang
nantinya akan “disulap” menjadi lahan produktif. Lahan yang ke depan bisa
mendukung ketahanan pangan nasional. Di Kecamatan Dadahup, Kabupaten Kapuas,
ada 2.466 hektare lahan yang akan dikembangkan. Sedangkan untuk seluruh
Kabupaten Kapuas, ada 5.840 hektare lahan yang sudah fungsional dari 20.000
hektare lahan di 12 kecamatan. Sisanya, akan digarap menjadi lahan produktif.

Jokowi berharap cadangan pangan bisa dikelola dengan
baik. Jika nanti kekurangan pangan, bisa disediakan dari Kalteng. Jokowi
menunjuk Menteri Pertahanan Prabowo Subianto sebagai penanggung jawab untuk
pembangunan food estate 178 ribu hektare di Kabupaten Pulang Pisau dan Kabupaen
Kapuas.

Manager Branch Telkomsel Palangka Raya Jefri ES Kamudi
menegaskan kembali, Telkomsel akan mendukung pemerintah dalam membangun dan
menjalankan proyek-proyek strategis. Terutama, proyek strategis food estate di
Kalteng.

“Kami selalu all out dalam mendukung proyek-proyek
strategis pemerintah. Salah satunya food estate,” tegasnya.(*)

Jaringan telekomunikasi memiliki peran vital penggerak
ekonomi di pelosok-pelosok daerah. Apalagi, daerah itu memiliki potensi yang
bisa memberi efek positif bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.
Bagaimana peran Telkomsel? Berikut tulisannya.

AGUS PRAMONO, Pulang Pisau

“HALO Bang, saya sudah masuk wilayah Pulang Pisau,” ucap
saya (Penulis) ketika memberi kabar teman saya yang tinggal di pusat Kota
Pulang Pisau, Kalimantan Tengah (Kalteng).

“Oke, nanti sebelum masuk Desa Basarang, ada pertigaan
jalan beraspal, belok kanan. Ikuti aspal saja,” jawabnya.

Saya meneruskan perjalanan. Jam di layar handphone (HP)
menunjukkan pukul 09.23 WIB. 21 kilometer dari pusat Kota Pulang Pisau, saya
menjumpai pertigaan. Persis di pertigaan yang dimaksud, saya berhenti dan turun
dari sepeda motor. Saya pun ingin memastikan apakah benar itu jalan masuk
menuju Desa Belanti Siam. Saya bertanya ke perempuan paruh baya yang duduk
sambil memangku balita laki-laki di warung gorengan.

“Bu, jalan ke Belanti Siam ke sana ya,” tanya saya sambil
menunjuk jalan beraspal lurus itu. Perempuan itu beranjak berdiri, melangkahkan
kaki mendekati aspal, lalu menjawab tanpa ragu. “Lurus ikuti aspal saja,”
jawabnya sambil memicingkan mata lantaran silau oleh pancaran sinar matahari.

Saya pun melanjutkan perjalanan. Agar perjalanan lebih
nikmat, saya pun memasang pengeras suara di telinga. Membuka aplikasi musik.
Putar. Dengarkan. Lalu, tancap gas.

Perjalanan ke pelosok Pulang Pisau ini memakan waktu 90
menit. Katanya. Kebun karet, kelapa sawit berdiri di sisi kanan dan kiri.
Daunnya melambai-lambai ditiup angin. Pemandangan berubah Ketika memasuki desa
yang sudah masuk wilayah Kecamatan Maliku. Hamparan sawah begitu memanjakan
mata. Padi sudah mulai menguning. Sebentar lagi bisa panen. Kecamatan Maliku
juga termasuk daerah penghasil beras. Ada 1.557 hektare lahan produktif.

Saya pun berhenti sejenak. Mematikan aplikasi musik yang
sepanjang perjalanan terus terdengar tanpa ada gangguan sama sekali. Saya
mengabadikan hamparan sawah itu. Saya juga menghubungi istri, melalui panggilan
video. Memamerkan hamparan sawah itu. Yang menurut istri saya mirip persawahan
di kampung halamannya, Martapura.

Saya menunjukkan aktivitas para petani sedang mengusir
burung-burung kecil yang berusaha mencuri bulir-bulir padi. 15 menit saya
tersambung dengan istri saya melalui panggilan video. Lancar sekali. Gambar dan
suara jelas. Hal ini juga menjadi bukti jika pernyataan Manager Branch
Telkomsel Palangka Raya Jefri ES Kamudi, beberapa hari sebelumnya tidak hanya
asal bicara.

 â€œUntuk wilayah
lumbung pangan di Kalteng, terutama di Maliku, Dadahub, dan Pandih Batu,
jaringannya Telkomsel sudah 3G dan 4G,” ucapnya ketika itu di ruang tamu
Grapari Telkomsel Palangka Raya.

Baca Juga :  Kepada Semua Calon Bupati, Ini Permintaan Ketua MUI Kotim

Di musim pandemi Covid-19 seperti saat ini, tentu
komunikasi melalui sambungan telepon sangat berarti. Mengurangi intensitas
tatap muka. Mengurangi risiko penyebaran Covid-19.

Untuk diketahui, jumlah Base Transceiver Station (BTS)
Telkomsel di Kalteng saat ini ada sebanyak 3.700 BTS. Sumber dari Badan Pusat
Statistik (BPS), per 8 Maret 2018, ada 1.569 desa/kelurahan di Kalteng. Jika
diambil rata-rata, ada 2,3 BTS setiap desa/kelurahan.

BTS itu, menurut Jefri, menjangkau wilayah pelosok.
Jaringan 3G dan 4G sudah hadir. Komitmen Telkomsel untuk menjangkau desa-desa
di pelosok tak main-main. Terutama di desa yang memiliki potensi yang mendukung
roda perekonomian masyarakat. Saat ini, Telkomsel juga sedang fokus membangun
jaringan di Desa Jaya Makmur, Kecamatan Katingan Kuala, Kabupaten Katingan.
Desa itu juga menjadi lumbung pangan di kabupaten yang dipimpin oleh Sakariyas,
sebagai bupati.

Desa Jaya Makmur dan desa lain di Kecamatan Katingan
Kuala merupakan daerah penghasil beras. Selain itu, ada Kecamatan Mendawai.
Dalam setahun bisa panen hingga dua sampai tiga kali. Satu hektare sawah bisa
menghasilkan minimal empat ton padi.

“Saat ini kami sedang membangun jaringan di Desa Jaya
Makmur. Itu (Membangun jaringan, red) semata-mata untuk membantu ruang gerak
petani dalam mendapatkan informasi dan memperlancar perekonomian masyarakat,”
tegasnya.

Saya akhirnya melanjutkan perjalanan. Setengah jam
perjalanan, gapura selamat datang di Kecamatan Pandih Batu terlihat jelas.
Meski catnya sudah ada yang memudar. Pemandangan serupa terlihat sepanjang
perjalanan menuju Desa Belanti Siam. Kanan kiri padi. Beberapa petak sawah
sudah mulai dipanen dengan cara modern. Yakni dengan mesin pemanen padi.

Akhirnya sampai juga di Desa Belanti Siam. Sesuai
petunjuk speedometer, jarak dari pusat Kota Pulang pisau  ke Desa Belanti Siam, jaraknya 62 kilometer.
Saya langsung berhenti di depan rumah Kepala Desa Belanti Siam, Amin Arifin.
Kebetulan sedang nongkrong. Bersama tiga orang. Di bawah pohon rindang. Di
samping kiri rumahnya.

Desa ini dulunya berwajahkan hutan belantara. Tahun 1983,
ratusan bahkan ribuan orang dari Pulau Jawa bertransmigrasi. Membabat hutan.
Membuat petak-petak sawah. Perjuangan berat yang dilakukan membuahkan hasil.
Saat ini, di desa yang berpenduduk 2.484 jiwa ini sudah menjadikan hutan
menjadi persawahan seluas 1.687 hektare. 563 hektare lahan sisanya masih belum
produktif. Untuk Kecamatan Pandih Batu keseluruhan, ada 6.943 hektare sawah
yang tersebar di 16 desa.

Padi yang diolah menjadi beras, memiliki merk dagang
beras Belanti Siam. Sudah dipasarkan di 14 kabupaten/kota se-Kalteng dan
beberapa daerah di Kalimantan Selatan (Kalsel). Di Desa Belanti Siam, jenis
padi unggulan ada Hibrida Supadi. “Satu hektare bisa menghasilkan enam sampai
10 ton padi. Di sini berasnya enak. Tak kalah dengan daerah lain, meski jenis
padinya sama,” ujar Kepala Desa Belanti Siam, Amin Arifin, diamini oleh tiga
orang itu, yang salah satunya ternyata pembeli beras yang datang dari
Parenggean, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim).

Baca Juga :  Utamakan Keselamatan dan Kesehatan Warga

Dengan merendah, Amin menyebut, kemajuan Desa Belanti
Siam ini berkat keuletan warganya. Tidak kenal menyerah. Puluhan tahun merintis
penuh peluh. Sabar hidup dalam serba kekurangan. Tanpa listrik. Tanpa jaringan
telekomunikasi. Tak banyak informasi yang bisa diserap ketika itu. Kini, dengan
masuknya jaringan listrik dan jaringan telekomunikasi, sangat membantu
perekonomian warga. Terutama dalam membantu memasarkan hasil pertanian, hasil
perkebunan, dan peternakan, yang menjadi penyangga ketahanan pangan.

Saya pun bertanya, kartu telepon seluler apa yang dipakai
warga di sini untuk berkomunikasi? “Di sini ya hanya Telkomsel yang lancar.
Sudah 10 tahun lebih. Dari mulai musim HP poliponik, sampai saat ini musim HP
yang bisa video call,” ungkapnya.

“Saya juga kalau mau pesan beras, ya tinggal telepon
saja,” timpal pembeli beras itu.

Untuk diketahui, 9 Juli 2020 lalu, Presiden Joko Widodo
meninjau lokasi yang dijadikan lumbung pangan nasional atau food estate. Selain
Desa Belanti Siam, lokasi lain yang ditinjau adalah Desa Bentuk Jaya, Kecamatan
Dadahup, Kabupaten Kapuas. Jokowi, sapaan akrab Joko Widodo didampingi Menteri
Pertahanan, Prabowo Subianto, dan Menteri Pertanian, M Syahrul Yasin Limpo, dan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono.

Mereka mengecek lahan eks pengembangan lahan gambut yang
nantinya akan “disulap” menjadi lahan produktif. Lahan yang ke depan bisa
mendukung ketahanan pangan nasional. Di Kecamatan Dadahup, Kabupaten Kapuas,
ada 2.466 hektare lahan yang akan dikembangkan. Sedangkan untuk seluruh
Kabupaten Kapuas, ada 5.840 hektare lahan yang sudah fungsional dari 20.000
hektare lahan di 12 kecamatan. Sisanya, akan digarap menjadi lahan produktif.

Jokowi berharap cadangan pangan bisa dikelola dengan
baik. Jika nanti kekurangan pangan, bisa disediakan dari Kalteng. Jokowi
menunjuk Menteri Pertahanan Prabowo Subianto sebagai penanggung jawab untuk
pembangunan food estate 178 ribu hektare di Kabupaten Pulang Pisau dan Kabupaen
Kapuas.

Manager Branch Telkomsel Palangka Raya Jefri ES Kamudi
menegaskan kembali, Telkomsel akan mendukung pemerintah dalam membangun dan
menjalankan proyek-proyek strategis. Terutama, proyek strategis food estate di
Kalteng.

“Kami selalu all out dalam mendukung proyek-proyek
strategis pemerintah. Salah satunya food estate,” tegasnya.(*)

Terpopuler

Artikel Terbaru