28.3 C
Jakarta
Sunday, May 4, 2025

Rekam Jantung

KATA โ€˜predatorโ€™ akan jadi
kosakata baru di dunia politik Amerika. โ€œKe depan kita akan sering
mendengar kata โ€˜predatorโ€™ diucapkan di Amerika,โ€ kata John Mohn dalam
WA-nya kepada saya.


John sering saya tanya untuk melihat apa yang
terjadi di akar rumput di Amerika. Ia orang biasa. Kulit putih.
Mengidentifikasikan diri sebagai orang Partai Republik. Namun ia sering memilih
calon dari Demokrat. Tinggalnya juga di kota kecil di pedalaman yang paling
tengah di Amerika: Kansas. Istrinya juga kulit putih dan tetangganya semua
kulit putih.

John pengagum Barack Obama. Ia tidak melihat
Obama itu sebagai kulit hitam. โ€œObama itu kulit putih,โ€ katanya. Ia
tahu ayah Obama orang Kenya, kulit hitam. Namun ia melihat cara berpikir dan
cara bicara Obama adalah kulit putih. Seperti ibunya. Ia sering mengejek Donald
Trump. Beberapa kali ia mengirimi saya meme lucu. Yang isinya โ€˜jangan pilih
Trumpโ€™.

Di Pilpres yang lalu ia memilih Hillary
Clinton. John tidak perlu ditanya memilih siapa di Pilpres 3 November depan.
Termasuk biarpun Capres Joe Biden menggandeng orang kulit hitam sekaligus
keturunan Asia menjadi Cawapresnya: Kamala Devi Harris. Tentu saya
menanti-nantikan pidato Cawapres keturunan Madras, India itu. Yakni saat dia
menyatakan menerima pencalonannyi sebagai Wapres.

Pidato itu dilakukan di forum konvensi Partai
Demokrat. Yang ruangannya megah dan besar, tetapi tidak ada delegasi yang hadir
di gedung itu.

Di ruang itu hanya ada wartawan, itu pun
sangat terbatas. Inilah untuk pertama kali pidato Capres/Cawapres dilakukan di
podium yang menghadap ke ruang kosong รขโ‚ฌโ€œakibat pandemi Covid-19. Semua delegasi
mengikuti acara itu di rumah masing-masing secara online. โ€œApakah pidato
Kamala hari itu sesuai dengan harapan Anda? Lebih buruk? Lebih baik?โ€
tanya saya pada John. โ€œDia itu wanita cerdas dan pembicara yang baik. Dia
pas sekali menyebut Trump itu sebagai apa: predator. Maka kita akan sering
mendengar kata predator setelah ini,โ€ jawabnya. Kamala sudah menciptakan
istilah baru untuk mengidentifikasikan siapa Trump. Sangat negatif: predator.
Hama. Seperti wereng. Ia predator demokrasi, predator kerukunan, predator
ekonomi, dan predator apa saja. Kamala memang kenal keluarga Joe Biden. Anak
Joe Biden adalah jaksa agung di Delaware. Kamala jaksa agung di California.
โ€œDi saat krisis ekonomi yang lalu hampir tiap hari saya bicara dengan Beau
Biden di telepon,โ€ ujar Kamala dalam pidatonya itu. Yakni untuk mencari
jalan keluar bagaimana bank terbesar di Amerika harus bertanggung jawab
menyelesaikan kewajibannya.

Anda sudah tahu: anak Joe Biden yang jaksa
agung itu meninggal dunia pada 2015 karena kanker. โ€œSisi lemah apa yang
ada pada Kamala yang akan jadi sasaran serangan Trump?โ€ tanya saya lagi.
โ€œHanya satu: Trump akan menyerangnyi sebagai bukan orang Amerika,โ€
jawab John. Begitu sulit mencari kelemahan Kamala, kecuali soal ras tadi.
Sasaran serangan pun akan lebih ke Biden langsung. Namun makin sulit juga
menyerang Biden. Peluru untuk Biden sudah dihabiskan tahun lalu. Dalam kaitan
dengan keterlibatan anak Biden yang lain di bisnis di Ukraina dan di Tiongkok.
Itu pun tidak mempan. Fokus serangan berikutnya kelihatannya akan beralih ke
umur: Biden sudah 77 tahun. Namun itu juga tidak terlalu ampuh. Trump sendiri
sudah 74 tahun. Rupanya soal umur ini akan tetap dipakai menyerang Biden.
Dengan cara: bikin isu ancaman kulit hitam dan aliran kiri.

Maka diembuskanlah isu ini: kalau Biden
meninggal dalam jabatan Kamala akan jadi presiden. Trump akan membawa sentimen
ras lagi: masak sih presiden Amerika kulit hitam lagi. Bahkan wanita. Isu itu
kemarin dikembangkan lebih luas. Lewat media sosial. Yang melontarkan isu itu
tanpa menyertakan identitas jelas. Ketika dihubungi wartawan tidak tersambung.
Isu baru ini mendapat respons luas. Bunyinya: kalau Biden meninggal dalam
jabatan Kamala akan jadi presiden dan Ketua DPR Nancy Pelosi akan otomatis jadi
wakil presiden. Sang buzzer perlu memasukkan nama Nancy Pelosi karena nama ini
sangat tidak populer di kalangan pendukung Trump. Maka media mainstream di sana
kini sibuk melakukan pengecekan fakta. Ternyata tidak seperti itu. Kalau pun
Biden meninggal, dan kalau pun Kamala otomatis jadi presiden, tidak otomatis
Ketua DPR menjadi Wapres. Yang benar: Kamala sebagai presiden baru akan memilih
satu nama calon wakil presiden. Nama itu harus mendapat persetujuan DPR dan
Kongres.

Usaha buzzer seperti itu dianggap berhasil.
Setidaknya dalam dua hari terakhir ini langit Amerika dipenuhi isu Biden akan
mati ketika menjabat presiden nanti. Rasanya itu pun hanya akan jadi
keberhasilan jangka pendek. Hasil survei politik terus menempatkan nama Biden
kian tinggi. Sampai-sampai muncul isu baru: kalau mau menang Trump harus
mengganti calon wakil presiden. Cawapres Trump memang belum ditentukan. Namun
selama ini selalu wapres incumbent tetap digandeng di pencalonan berikutnya.
Apalagi jasa Wapres Mike Pence sangat besar untuk keterpilihan Trump periode
pertama. Pence-lah yang mendekatkan golongan Kristen ke Trump. Ia memang
dikenal sangat Kristiani. Sangat konservatif. Banyak โ€˜Perda Syariahโ€™ lahir di
Indiana ketika Pence jadi gubernur di sana. Padahal sebelum itu Trump dikenal
sebagai Kristen yang tidak taat. Orang mengenal agama Trump sesungguhnya adalah
yang โ€˜ituโ€™. Berkat Pence akhirnya kalangan gereja menyukai Trump. Meski tidak
semua. Itu sudah cukup. Bisa jadi Pence tidak diperlukan lagi. Manisnya sudah
habis diisap. Trump yang selama jadi presiden pun tetap dikenal sebagai tukang
pecat diperkirakan juga akan memecat Pence. Ada keuntungan lain memecat orang
yang dulu sangat berjasa padanya itu. Bukankah secara formal wakil presiden
adalah ketua tim penanggulangan Covid-19?

Maksud saya: sekalian saja dua pulau
dilampaui. Trump bisa mencari calon wapres baru yang lebih potensial mendulang
suara. Itu penting untuk bisa mengimbangi Kamala Harris. Pulau keduanya pun
bisa diraih: dapat kambing hitam. Pence akan bisa dijadikan kambing hitam
mengapa penanganan Covid-19 selama ini berantakan. Cari kambing Covid-19 itu
penting, karena pusat keburukan Trump ada di situ. Dan Trump akan berseri-seri
mendapat ide kambing hitam yang sangat pas itu: Pence. Kecuali Trump tetap
ngotot menggunakan kambing hitam lamanya: Tiongkok. Namun Tiongkok terlihat
sangat bisa menahan diri di Taiwan, padahal armada Amerika sudah keliling terus
memutari laut sekitar Taiwan. Adakah Trump pasti kalah? Kewaspadaan justru
disiarkan oleh Hillary Clinton. Yang juga jadi pembicara di konvensi online
itu. Di pilpres lalu perolehan suara Hillary 2,8 juta lebih tinggi dari Trump.
Namun Hillary kalah di lebih banyak dapil.

โ€œBisa saja suara Biden nanti tiga juta
lebih tinggi dari Trump, tetapi yang terpilih Trump. Demokrat harus belajar
dari apa yang saya alami,โ€ ujar Hillary. Hillary senang Kamala menjadi
Cawapres, tetapi lebih senang lagi orang-orang India. Teman-teman India saya
ikut berkibar. Ada yang mengirimi saya lelucon ini. Yang saya pakai untuk
menutup tulisan ini: Seorang keturunan India melamar bekerja sebagai sales di
toko besar di Los Angeles. Di sore hari pertama ia bekerja bosnya bertanya:
sudah mendapat berapa pembeli? โ€œSatu orang,โ€ jawabnya. โ€œHanya
satu orang? Di sini seorang sales setidaknya bisa mendapat 20 pembeli
sehari,โ€ kata sang bos. โ€œMaafkan,โ€ kata si sales baru.
โ€œJadi, kamu dapat uang berapa?รขโ‚ฌล“

โ€œ1,5 juta dolar,โ€ jawab sales.
โ€œBagaimana bisa? Ngawur,โ€ tegur bos itu. โ€œBeli apa orang itu?รขโ‚ฌล“
โ€œAwalnya dia hanya mau beli obat sakit kepala. Lalu saya beri nasihat agar
jangan terus menerus makan obat. Lebih baik mancing saja. Sakit kepala bisa
sembuh. Lalu saya tawari alat pemancing yang mahal. Mau. Lalu saya tanya mau
mancing di mana? Jawabnya: di laut. Berarti harus membeli boat. Saya bawa ke bagian
penjualan boat. Dia beli boat dengan mesin ganda. Persoalan muncul, boat itu
ditarik dengan apa. Mobilnya tidak cukup besar. Lalu saya tawari mobil khusus
penarik boat. Lalu saya tanya lagi mau mancing di laut mana. Dia kelihatan
bingung. Maka saya tawari mobil kamping 6 tempat tidurโ€. Bos itu mulai
takjub. โ€œSebelum ini Anda kerja di mana? รขโ‚ฌล“ โ€œDi Indiaโ€.
โ€œSebagai apa?โ€ โ€œPenerima pendaftaran pasien di rumah sakit.
Kalau ada pasien datang, biarpun sakitnya ringan, saya tawari mereka CT scan,
MRI, rekam jantung, foto toraks, dan periksa darah lengkap.โ€(disway.id)


Baca Juga :  Corona Meradang, Empati pun Menghilang

KATA โ€˜predatorโ€™ akan jadi
kosakata baru di dunia politik Amerika. โ€œKe depan kita akan sering
mendengar kata โ€˜predatorโ€™ diucapkan di Amerika,โ€ kata John Mohn dalam
WA-nya kepada saya.


John sering saya tanya untuk melihat apa yang
terjadi di akar rumput di Amerika. Ia orang biasa. Kulit putih.
Mengidentifikasikan diri sebagai orang Partai Republik. Namun ia sering memilih
calon dari Demokrat. Tinggalnya juga di kota kecil di pedalaman yang paling
tengah di Amerika: Kansas. Istrinya juga kulit putih dan tetangganya semua
kulit putih.

John pengagum Barack Obama. Ia tidak melihat
Obama itu sebagai kulit hitam. โ€œObama itu kulit putih,โ€ katanya. Ia
tahu ayah Obama orang Kenya, kulit hitam. Namun ia melihat cara berpikir dan
cara bicara Obama adalah kulit putih. Seperti ibunya. Ia sering mengejek Donald
Trump. Beberapa kali ia mengirimi saya meme lucu. Yang isinya โ€˜jangan pilih
Trumpโ€™.

Di Pilpres yang lalu ia memilih Hillary
Clinton. John tidak perlu ditanya memilih siapa di Pilpres 3 November depan.
Termasuk biarpun Capres Joe Biden menggandeng orang kulit hitam sekaligus
keturunan Asia menjadi Cawapresnya: Kamala Devi Harris. Tentu saya
menanti-nantikan pidato Cawapres keturunan Madras, India itu. Yakni saat dia
menyatakan menerima pencalonannyi sebagai Wapres.

Pidato itu dilakukan di forum konvensi Partai
Demokrat. Yang ruangannya megah dan besar, tetapi tidak ada delegasi yang hadir
di gedung itu.

Di ruang itu hanya ada wartawan, itu pun
sangat terbatas. Inilah untuk pertama kali pidato Capres/Cawapres dilakukan di
podium yang menghadap ke ruang kosong รขโ‚ฌโ€œakibat pandemi Covid-19. Semua delegasi
mengikuti acara itu di rumah masing-masing secara online. โ€œApakah pidato
Kamala hari itu sesuai dengan harapan Anda? Lebih buruk? Lebih baik?โ€
tanya saya pada John. โ€œDia itu wanita cerdas dan pembicara yang baik. Dia
pas sekali menyebut Trump itu sebagai apa: predator. Maka kita akan sering
mendengar kata predator setelah ini,โ€ jawabnya. Kamala sudah menciptakan
istilah baru untuk mengidentifikasikan siapa Trump. Sangat negatif: predator.
Hama. Seperti wereng. Ia predator demokrasi, predator kerukunan, predator
ekonomi, dan predator apa saja. Kamala memang kenal keluarga Joe Biden. Anak
Joe Biden adalah jaksa agung di Delaware. Kamala jaksa agung di California.
โ€œDi saat krisis ekonomi yang lalu hampir tiap hari saya bicara dengan Beau
Biden di telepon,โ€ ujar Kamala dalam pidatonya itu. Yakni untuk mencari
jalan keluar bagaimana bank terbesar di Amerika harus bertanggung jawab
menyelesaikan kewajibannya.

Anda sudah tahu: anak Joe Biden yang jaksa
agung itu meninggal dunia pada 2015 karena kanker. โ€œSisi lemah apa yang
ada pada Kamala yang akan jadi sasaran serangan Trump?โ€ tanya saya lagi.
โ€œHanya satu: Trump akan menyerangnyi sebagai bukan orang Amerika,โ€
jawab John. Begitu sulit mencari kelemahan Kamala, kecuali soal ras tadi.
Sasaran serangan pun akan lebih ke Biden langsung. Namun makin sulit juga
menyerang Biden. Peluru untuk Biden sudah dihabiskan tahun lalu. Dalam kaitan
dengan keterlibatan anak Biden yang lain di bisnis di Ukraina dan di Tiongkok.
Itu pun tidak mempan. Fokus serangan berikutnya kelihatannya akan beralih ke
umur: Biden sudah 77 tahun. Namun itu juga tidak terlalu ampuh. Trump sendiri
sudah 74 tahun. Rupanya soal umur ini akan tetap dipakai menyerang Biden.
Dengan cara: bikin isu ancaman kulit hitam dan aliran kiri.

Maka diembuskanlah isu ini: kalau Biden
meninggal dalam jabatan Kamala akan jadi presiden. Trump akan membawa sentimen
ras lagi: masak sih presiden Amerika kulit hitam lagi. Bahkan wanita. Isu itu
kemarin dikembangkan lebih luas. Lewat media sosial. Yang melontarkan isu itu
tanpa menyertakan identitas jelas. Ketika dihubungi wartawan tidak tersambung.
Isu baru ini mendapat respons luas. Bunyinya: kalau Biden meninggal dalam
jabatan Kamala akan jadi presiden dan Ketua DPR Nancy Pelosi akan otomatis jadi
wakil presiden. Sang buzzer perlu memasukkan nama Nancy Pelosi karena nama ini
sangat tidak populer di kalangan pendukung Trump. Maka media mainstream di sana
kini sibuk melakukan pengecekan fakta. Ternyata tidak seperti itu. Kalau pun
Biden meninggal, dan kalau pun Kamala otomatis jadi presiden, tidak otomatis
Ketua DPR menjadi Wapres. Yang benar: Kamala sebagai presiden baru akan memilih
satu nama calon wakil presiden. Nama itu harus mendapat persetujuan DPR dan
Kongres.

Usaha buzzer seperti itu dianggap berhasil.
Setidaknya dalam dua hari terakhir ini langit Amerika dipenuhi isu Biden akan
mati ketika menjabat presiden nanti. Rasanya itu pun hanya akan jadi
keberhasilan jangka pendek. Hasil survei politik terus menempatkan nama Biden
kian tinggi. Sampai-sampai muncul isu baru: kalau mau menang Trump harus
mengganti calon wakil presiden. Cawapres Trump memang belum ditentukan. Namun
selama ini selalu wapres incumbent tetap digandeng di pencalonan berikutnya.
Apalagi jasa Wapres Mike Pence sangat besar untuk keterpilihan Trump periode
pertama. Pence-lah yang mendekatkan golongan Kristen ke Trump. Ia memang
dikenal sangat Kristiani. Sangat konservatif. Banyak โ€˜Perda Syariahโ€™ lahir di
Indiana ketika Pence jadi gubernur di sana. Padahal sebelum itu Trump dikenal
sebagai Kristen yang tidak taat. Orang mengenal agama Trump sesungguhnya adalah
yang โ€˜ituโ€™. Berkat Pence akhirnya kalangan gereja menyukai Trump. Meski tidak
semua. Itu sudah cukup. Bisa jadi Pence tidak diperlukan lagi. Manisnya sudah
habis diisap. Trump yang selama jadi presiden pun tetap dikenal sebagai tukang
pecat diperkirakan juga akan memecat Pence. Ada keuntungan lain memecat orang
yang dulu sangat berjasa padanya itu. Bukankah secara formal wakil presiden
adalah ketua tim penanggulangan Covid-19?

Maksud saya: sekalian saja dua pulau
dilampaui. Trump bisa mencari calon wapres baru yang lebih potensial mendulang
suara. Itu penting untuk bisa mengimbangi Kamala Harris. Pulau keduanya pun
bisa diraih: dapat kambing hitam. Pence akan bisa dijadikan kambing hitam
mengapa penanganan Covid-19 selama ini berantakan. Cari kambing Covid-19 itu
penting, karena pusat keburukan Trump ada di situ. Dan Trump akan berseri-seri
mendapat ide kambing hitam yang sangat pas itu: Pence. Kecuali Trump tetap
ngotot menggunakan kambing hitam lamanya: Tiongkok. Namun Tiongkok terlihat
sangat bisa menahan diri di Taiwan, padahal armada Amerika sudah keliling terus
memutari laut sekitar Taiwan. Adakah Trump pasti kalah? Kewaspadaan justru
disiarkan oleh Hillary Clinton. Yang juga jadi pembicara di konvensi online
itu. Di pilpres lalu perolehan suara Hillary 2,8 juta lebih tinggi dari Trump.
Namun Hillary kalah di lebih banyak dapil.

โ€œBisa saja suara Biden nanti tiga juta
lebih tinggi dari Trump, tetapi yang terpilih Trump. Demokrat harus belajar
dari apa yang saya alami,โ€ ujar Hillary. Hillary senang Kamala menjadi
Cawapres, tetapi lebih senang lagi orang-orang India. Teman-teman India saya
ikut berkibar. Ada yang mengirimi saya lelucon ini. Yang saya pakai untuk
menutup tulisan ini: Seorang keturunan India melamar bekerja sebagai sales di
toko besar di Los Angeles. Di sore hari pertama ia bekerja bosnya bertanya:
sudah mendapat berapa pembeli? โ€œSatu orang,โ€ jawabnya. โ€œHanya
satu orang? Di sini seorang sales setidaknya bisa mendapat 20 pembeli
sehari,โ€ kata sang bos. โ€œMaafkan,โ€ kata si sales baru.
โ€œJadi, kamu dapat uang berapa?รขโ‚ฌล“

โ€œ1,5 juta dolar,โ€ jawab sales.
โ€œBagaimana bisa? Ngawur,โ€ tegur bos itu. โ€œBeli apa orang itu?รขโ‚ฌล“
โ€œAwalnya dia hanya mau beli obat sakit kepala. Lalu saya beri nasihat agar
jangan terus menerus makan obat. Lebih baik mancing saja. Sakit kepala bisa
sembuh. Lalu saya tawari alat pemancing yang mahal. Mau. Lalu saya tanya mau
mancing di mana? Jawabnya: di laut. Berarti harus membeli boat. Saya bawa ke bagian
penjualan boat. Dia beli boat dengan mesin ganda. Persoalan muncul, boat itu
ditarik dengan apa. Mobilnya tidak cukup besar. Lalu saya tawari mobil khusus
penarik boat. Lalu saya tanya lagi mau mancing di laut mana. Dia kelihatan
bingung. Maka saya tawari mobil kamping 6 tempat tidurโ€. Bos itu mulai
takjub. โ€œSebelum ini Anda kerja di mana? รขโ‚ฌล“ โ€œDi Indiaโ€.
โ€œSebagai apa?โ€ โ€œPenerima pendaftaran pasien di rumah sakit.
Kalau ada pasien datang, biarpun sakitnya ringan, saya tawari mereka CT scan,
MRI, rekam jantung, foto toraks, dan periksa darah lengkap.โ€(disway.id)


Baca Juga :  Corona Meradang, Empati pun Menghilang

Terpopuler

Artikel Terbaru