31.7 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

Sabrina Setahun

Sang ayah tetap jadi lelaki yang tidak
menangis. “Putri saya pasti bangga mendapat kesempatan mahal seperti
ini,” ujar Ren Zhengwei.

Pendiri dan bos besar Huawei itu lagi berbicara
tentang Sabrina Meng Wenzhou: putri pertamanya yang kini berumur 49 tahun. Yang
pekan lalu genap setahun menjadi tahanan. Di negara sejauh Kanada.

Sang putri kini dianggap bapaknya sebagai hero.
Sang putri dianggap telah menjadi martir bagi Huawei.

“Suatu saat kelak, kalau dia sudah bebas,
posisinyi di perusahaan tetap sama. Dia tetap menempati posisi yang dulu,”
ujar sang ayah.

Posisi terakhir Sabrina adalah Wakil Chairman
Huawei. Wakil ayahnya sendiri. Putri mahkota.

Saat itu pun Sabrina sudah tahu: lagi diincar
Amerika. Tapi dia tetap melakukan perjalanan bisnis ke Meksiko.

Hanya saja Sabrina tidak mau transit di bandara
Amerika –seperti San Francisco, Los Angeles, maupun San Diego.

Sabrina pilih transit di Kanada. Di bandara
Vancouver. Toh ia punya KTP Kanada –Sabrina pemegang green card.

Ternyata di bandara Vancouver pun Sabrina
ditangkap. Dimasukkan tahanan. Polisi Kanada mendapat perintah dari penguasa
Amerika.

Sabrina seperti menjadi pion dalam perang
dagang antara Amerika dan Tiongkok.

“Dia pasti bangga telah jadi koin untuk
perjudian dua negara besar,” ujar sang ayah.

Maksudnya jelas: Putrinya itu telah menjadi
barang taruhan di tengah pertengkaran dua negara besar.

Sabrina sendiri punya cara khusus untuk
memperingati setahun penahanannya. Yakni menulis. Atau melukis.

Tulisan itu dimuat di website perusahaan –di
website Huawei. Seluruh karyawan bisa membacanya.

Isinya sejuta rasa. Ada melankolisnya. Terutama
di saat menjelang musim salju seperti ini. Sabrina seperti kaget melihat
keindahan alam sekitarnya. Vancouver memang kota yang indah.

“Mendekati musim dingin seperti ini saya
bisa melihat hutan dengan pepohonan yang rimbun seperti sedang menuruni gunung
di sekitar kami,” tulisnyi.

“Menjadi jelas sekali alam itu begitu
indahnya. Bagi siapa saja yang mau melihatnya,” sambungnyi.

Mungkin selama 49 tahun hidupnyi belum pernah
Sabrina punya kesempatan bisa begitu lama melihat pohon.

Sehari-hari hidupnyi selalu di atas pesawat.
Atau di depan komputer.

Dalam tulisannyi itu Sabrina mengakui bahwa
kini ritme kehidupannyi menjadi lambat. “Saya menjadi bisa membaca buku
secara teratur. Dari sampul depan sampai sampul belakang,” tulisnyi.

Baca Juga :  Kemelut Penyimpanan Anggaran Pilkada Terus Bergulir, Dewan Bakal Pangg

Kadang Sabrina juga mengisi perlambatan
hidupnyi dengan melukis. Kini dia bisa dengan sabar menyelesaikan sebuah
lukisan minyak.

Untuk mengisi waktu kosongnyi di tahanan
Sabrina juga membaca berkas perkara. Dan menelitinya. Bersama kolega-koleganyi.
“Saya bisa punya waktu membaca cacatan-catatan di sidang pengadilan dengan
cermat,” tulisnyi. “Dan bisa mendiskusikannya dengan kolega-kolega
saya,” katanyi.

Sabrina kini memang ditahan di rumahnyi di Kanada.
Di rumah yang sangat besar. Yang dijaga selama 24 jam sehari. Yang hanya
sesekali saja ada sidang di pengadilan.

Bahkan sidang tahap pertamanya sudah selesai.
Pengadilan sudah menjatuhkan vonis: untuk tetap menyidangkan perkara Sabrina.

Kesalahan Sabrina adalah: melawan Amerika
–berani melakukan transaksi dengan Iran. Padahal Iran termasuk yang terkena
sanksi Amerika.

Sidang lanjutan pengadilan itu akan dimulai
Januari depan.

Di situ akan diputuskan: apakah pengadilan akan
menyetujui permintaan Amerika. Agar Sabrina diekstradisi ke New York.

Kalau, misalnya, pengadilan menyetujui
permintaan Amerika Sabrina akan ditahan di New York. Akan diadili di New York.
Bisa kena hukuman penjara 20 tahun.

Praktis selama Nopember-Desember Sabrina
menganggur di rumahnyi.

Di kakinyi tetap dipasang gelang elektronik.
Agar bisa dimonitor –ke mana saja Sabrina.

Dia memang boleh keluar rumah. Boleh jalan ke
kota. Tapi tidak boleh melebihi batas. Juga tidak boleh mendekati bandara.

Sabrina kini kelihatan sudah bisa menata hati.
Bahkan Sabrina sudah bisa berterima kasih kepada kebaikan banyak orang
–termasuk petugas-petugas yang menahannyi di bandara dulu.

Apalagi ketika pengadilan akhirnya memutuskan
Sabrina boleh ditahan luar. Dan saat itu pengunjung sidang bersorak gembira.
“Saya begitu terharu. Sampai menitikkan air mata. Masa paling sulit dalam
hidup saya sudah lewat,” tulisnyi.

Hari itu Sabrina juga ingat: menjelang musim
salju seperti sekarang ini. Pembebasannyi itu membuat hatinyi hangat. Apalagi
kalau dia mengenang ibunyi yang sudah tua. Yang juga menunggu di rumahnyi di
Kanada.

Sang ibu, Meng Jun adalah istri pertama
ayahnyi.

Setelah Sabrina berumur 16 tahun sang ibu
menjadi janda. Ren Mengzhou menceraikannyi.

Baca Juga :  Dua Anggota Positif Covid, Seluruh Legislator DPRD Kota Bakal Jalani S

Sejak itu pula Sabrina mengganti marga. Dari
marga Ren ke marga Meng –menggunakan marga ibunyi.

Ren Wenzhou lantas kawin lagi. Dengan
sekretarisnya: Yao Ping. Yang melahirkan anak perempuan dengan ‘i’ lima.
Namanyi: Annabel Yao.

Sudah cantiiiiik cerdas pula. Kini Annabel
berumur 20 tahun. Kinyis-kinyisnyi. Kuliahnyi di jurusan komputer. Di
universitas terbaik dunia: Harvard. Di Boston, Amerika.

Annabel pula yang bikin heboh tahun lalu. Saat
dia tampil di pesta paling jetset di muka bumi: Le Bal des Debutantes. Di
Paris.

Yakni pesta dansa yang hanya boleh diikuti
gadis berumur antara 19-21 tahun. Yang harus cantik –dengan ‘i’ lebih dari
tiga. Juga harus pandai sekali. Dan orang tuanyi harus kaya dengan kekayarayaan
minimal ‘a’ lima.

Heboh lainnya: Annabel suka mejeng di medsosnyi
–tapi followernyi hanya 40 ribu. Mungkin banyak calon follower yang minder duluan.

Sabrina Meng tidak kalah cerdas. Sabrina adalah
lulusan Huazhong Science and Technology –sejajar dengan Tsinghua University:
MIT-nya Tiongkok.

Hanya saja Tsinghua ada di Beijing. Sedang
Huazhong ada di kota Wuhan –kota terbesar di Tiongkok Tengah.

Kampus Huazhong luasnya 470 hektare.

Setelah setahun berada di tahanan Sabrina
mengaku tidak lagi tertekan. “Meski jauh di Kanada saya sudah merasa
seperti dekat dengan rumah,” tulisnyi.

Rupanya bagian ini untuk membesarkan hati
seluruh karyawan Huawei. Yang tingkat keprihatinan mereka pada Sabrina luar
biasa.

“Saya juga tidak lagi punya rasa takut.
Tidak pula takut menghadapi jalan terjal di depan,” tulis Sabrina.

Memang, tulisnyi, kebebasan saya sekarang ini
sangat terbatas. “Saya masih memerlukan kebebasan jiwa saya,”
tulisnyi.

Namun Sabrina kelihatan sudah lebih tenang.
Termasuk dalam menghadapi sidang Januari nanti.

Hanya saja Sabrina punya satu permintaan: agar
sidang itu tidak disiarkan langsung oleh televisi.

Malu?

Sama sekali tidak.

“Hanya supaya tidak dilihat Trump,”
katanyi.

Saya punya alasan lainnya: Kalau Trump
melihatnyi tiap hari bisa-bisa jatuh cinta padanyi.

Saya tahu Ren Wenzhou tidak menangis melihat
nasib Putrinya. Tapi bisa jadi hatinya berdarah-darah.(Dahlan Iskan)

Sang ayah tetap jadi lelaki yang tidak
menangis. “Putri saya pasti bangga mendapat kesempatan mahal seperti
ini,” ujar Ren Zhengwei.

Pendiri dan bos besar Huawei itu lagi berbicara
tentang Sabrina Meng Wenzhou: putri pertamanya yang kini berumur 49 tahun. Yang
pekan lalu genap setahun menjadi tahanan. Di negara sejauh Kanada.

Sang putri kini dianggap bapaknya sebagai hero.
Sang putri dianggap telah menjadi martir bagi Huawei.

“Suatu saat kelak, kalau dia sudah bebas,
posisinyi di perusahaan tetap sama. Dia tetap menempati posisi yang dulu,”
ujar sang ayah.

Posisi terakhir Sabrina adalah Wakil Chairman
Huawei. Wakil ayahnya sendiri. Putri mahkota.

Saat itu pun Sabrina sudah tahu: lagi diincar
Amerika. Tapi dia tetap melakukan perjalanan bisnis ke Meksiko.

Hanya saja Sabrina tidak mau transit di bandara
Amerika –seperti San Francisco, Los Angeles, maupun San Diego.

Sabrina pilih transit di Kanada. Di bandara
Vancouver. Toh ia punya KTP Kanada –Sabrina pemegang green card.

Ternyata di bandara Vancouver pun Sabrina
ditangkap. Dimasukkan tahanan. Polisi Kanada mendapat perintah dari penguasa
Amerika.

Sabrina seperti menjadi pion dalam perang
dagang antara Amerika dan Tiongkok.

“Dia pasti bangga telah jadi koin untuk
perjudian dua negara besar,” ujar sang ayah.

Maksudnya jelas: Putrinya itu telah menjadi
barang taruhan di tengah pertengkaran dua negara besar.

Sabrina sendiri punya cara khusus untuk
memperingati setahun penahanannya. Yakni menulis. Atau melukis.

Tulisan itu dimuat di website perusahaan –di
website Huawei. Seluruh karyawan bisa membacanya.

Isinya sejuta rasa. Ada melankolisnya. Terutama
di saat menjelang musim salju seperti ini. Sabrina seperti kaget melihat
keindahan alam sekitarnya. Vancouver memang kota yang indah.

“Mendekati musim dingin seperti ini saya
bisa melihat hutan dengan pepohonan yang rimbun seperti sedang menuruni gunung
di sekitar kami,” tulisnyi.

“Menjadi jelas sekali alam itu begitu
indahnya. Bagi siapa saja yang mau melihatnya,” sambungnyi.

Mungkin selama 49 tahun hidupnyi belum pernah
Sabrina punya kesempatan bisa begitu lama melihat pohon.

Sehari-hari hidupnyi selalu di atas pesawat.
Atau di depan komputer.

Dalam tulisannyi itu Sabrina mengakui bahwa
kini ritme kehidupannyi menjadi lambat. “Saya menjadi bisa membaca buku
secara teratur. Dari sampul depan sampai sampul belakang,” tulisnyi.

Baca Juga :  Kemelut Penyimpanan Anggaran Pilkada Terus Bergulir, Dewan Bakal Pangg

Kadang Sabrina juga mengisi perlambatan
hidupnyi dengan melukis. Kini dia bisa dengan sabar menyelesaikan sebuah
lukisan minyak.

Untuk mengisi waktu kosongnyi di tahanan
Sabrina juga membaca berkas perkara. Dan menelitinya. Bersama kolega-koleganyi.
“Saya bisa punya waktu membaca cacatan-catatan di sidang pengadilan dengan
cermat,” tulisnyi. “Dan bisa mendiskusikannya dengan kolega-kolega
saya,” katanyi.

Sabrina kini memang ditahan di rumahnyi di Kanada.
Di rumah yang sangat besar. Yang dijaga selama 24 jam sehari. Yang hanya
sesekali saja ada sidang di pengadilan.

Bahkan sidang tahap pertamanya sudah selesai.
Pengadilan sudah menjatuhkan vonis: untuk tetap menyidangkan perkara Sabrina.

Kesalahan Sabrina adalah: melawan Amerika
–berani melakukan transaksi dengan Iran. Padahal Iran termasuk yang terkena
sanksi Amerika.

Sidang lanjutan pengadilan itu akan dimulai
Januari depan.

Di situ akan diputuskan: apakah pengadilan akan
menyetujui permintaan Amerika. Agar Sabrina diekstradisi ke New York.

Kalau, misalnya, pengadilan menyetujui
permintaan Amerika Sabrina akan ditahan di New York. Akan diadili di New York.
Bisa kena hukuman penjara 20 tahun.

Praktis selama Nopember-Desember Sabrina
menganggur di rumahnyi.

Di kakinyi tetap dipasang gelang elektronik.
Agar bisa dimonitor –ke mana saja Sabrina.

Dia memang boleh keluar rumah. Boleh jalan ke
kota. Tapi tidak boleh melebihi batas. Juga tidak boleh mendekati bandara.

Sabrina kini kelihatan sudah bisa menata hati.
Bahkan Sabrina sudah bisa berterima kasih kepada kebaikan banyak orang
–termasuk petugas-petugas yang menahannyi di bandara dulu.

Apalagi ketika pengadilan akhirnya memutuskan
Sabrina boleh ditahan luar. Dan saat itu pengunjung sidang bersorak gembira.
“Saya begitu terharu. Sampai menitikkan air mata. Masa paling sulit dalam
hidup saya sudah lewat,” tulisnyi.

Hari itu Sabrina juga ingat: menjelang musim
salju seperti sekarang ini. Pembebasannyi itu membuat hatinyi hangat. Apalagi
kalau dia mengenang ibunyi yang sudah tua. Yang juga menunggu di rumahnyi di
Kanada.

Sang ibu, Meng Jun adalah istri pertama
ayahnyi.

Setelah Sabrina berumur 16 tahun sang ibu
menjadi janda. Ren Mengzhou menceraikannyi.

Baca Juga :  Dua Anggota Positif Covid, Seluruh Legislator DPRD Kota Bakal Jalani S

Sejak itu pula Sabrina mengganti marga. Dari
marga Ren ke marga Meng –menggunakan marga ibunyi.

Ren Wenzhou lantas kawin lagi. Dengan
sekretarisnya: Yao Ping. Yang melahirkan anak perempuan dengan ‘i’ lima.
Namanyi: Annabel Yao.

Sudah cantiiiiik cerdas pula. Kini Annabel
berumur 20 tahun. Kinyis-kinyisnyi. Kuliahnyi di jurusan komputer. Di
universitas terbaik dunia: Harvard. Di Boston, Amerika.

Annabel pula yang bikin heboh tahun lalu. Saat
dia tampil di pesta paling jetset di muka bumi: Le Bal des Debutantes. Di
Paris.

Yakni pesta dansa yang hanya boleh diikuti
gadis berumur antara 19-21 tahun. Yang harus cantik –dengan ‘i’ lebih dari
tiga. Juga harus pandai sekali. Dan orang tuanyi harus kaya dengan kekayarayaan
minimal ‘a’ lima.

Heboh lainnya: Annabel suka mejeng di medsosnyi
–tapi followernyi hanya 40 ribu. Mungkin banyak calon follower yang minder duluan.

Sabrina Meng tidak kalah cerdas. Sabrina adalah
lulusan Huazhong Science and Technology –sejajar dengan Tsinghua University:
MIT-nya Tiongkok.

Hanya saja Tsinghua ada di Beijing. Sedang
Huazhong ada di kota Wuhan –kota terbesar di Tiongkok Tengah.

Kampus Huazhong luasnya 470 hektare.

Setelah setahun berada di tahanan Sabrina
mengaku tidak lagi tertekan. “Meski jauh di Kanada saya sudah merasa
seperti dekat dengan rumah,” tulisnyi.

Rupanya bagian ini untuk membesarkan hati
seluruh karyawan Huawei. Yang tingkat keprihatinan mereka pada Sabrina luar
biasa.

“Saya juga tidak lagi punya rasa takut.
Tidak pula takut menghadapi jalan terjal di depan,” tulis Sabrina.

Memang, tulisnyi, kebebasan saya sekarang ini
sangat terbatas. “Saya masih memerlukan kebebasan jiwa saya,”
tulisnyi.

Namun Sabrina kelihatan sudah lebih tenang.
Termasuk dalam menghadapi sidang Januari nanti.

Hanya saja Sabrina punya satu permintaan: agar
sidang itu tidak disiarkan langsung oleh televisi.

Malu?

Sama sekali tidak.

“Hanya supaya tidak dilihat Trump,”
katanyi.

Saya punya alasan lainnya: Kalau Trump
melihatnyi tiap hari bisa-bisa jatuh cinta padanyi.

Saya tahu Ren Wenzhou tidak menangis melihat
nasib Putrinya. Tapi bisa jadi hatinya berdarah-darah.(Dahlan Iskan)

Terpopuler

Artikel Terbaru