32.7 C
Jakarta
Wednesday, April 9, 2025

Harapan Baja

Masihkah ada harapan untuk Krakatau Steel?

Tidak mudah.

Tapi masih ada anak usaha KS yang labanya besar: pelabuhannya
masih bisa laba Rp 200 miliar setahun.

 Pelabuhan itu memang istimewa. Yang terdalam di Indonesia.
Kapal 200.000 ton bisa sandar. Lokasinya menghadap, Gunung Krakatau di Selat
Sunda.

Dengan demikian bahan baku bisa masuk Cilegon dalam jumlah
besar. Yang ongkosnya bisa menjadi lebih murah.

Masih ada lagi.

Usaha penjernihan airnya juga masih bisa laba Rp 100 miliar.
Semua industri besar di Cilegon membeli air dari KS. Pun Pemkot Cilegon.

Pelabuhan itu, dan air bersih itu, bukan usaha pokok. Laba besar
tersebut tertelan begitu saja oleh kerugian besar yang di usaha pokoknya.

Di usaha pokok, KS punya saham 30 persen di pabrik baja yang
baru. Yang sangat besar: PT Krakatau Posco.

Itu merupakan perusahaan patungan antara KS dan pabrik baja
Korea Selatan, Posco. Posco memegang 70 persen saham dan karena itu manajemen
Krakatau Posco dipegang oleh Korea.

Karena masih baru PT Krakatau Posco masih rugi. Sangat besar.
Bahkan sampai harus melakukan restrukturisasi utang.

Kerugian di Krakatau Posco itu pun 30 persennya menjadi kerugian
Krakatau Steel. Itulah sebabnya KS yang rugi mendapat tambahan rugi.

Di KS juga masih ada dua pabrik baru lagi. Hasil joint
venture
 dengan dua perusahaan Jepang. 

Di masing-masing perusahaan Krakatau Steel memegang saham 20
persen.

Dua perusahaan baru ini sebenarnya sudah berlaba. Cepat sekali.
Tapi labanya masih kecil. Belum banyak bisa mengurangi kerugian KS yang besar.

Baca Juga :  ASN Sangat Jujur dan Baik Dalam Bekerja

Dua perusahaan patungan dengan Jepang ini setidaknya tidak
menambah besar kerugian KS.

Kerjasama dengan Jepang ini pun membawa harapan baru: pasarnya
terjamin. Produk bajanya 100 persen untuk memasok pabrik mobil Jepang yang ada
di Indonesia.

Merintis patungan dengan Jepang ini awalnya tidak mudah.
Keputusan menggandeng Jepang ini ditentang oleh banyak petinggi zaman itu.
Dianggap bisa mengganggu pemodal Korea di Krakatau Posco.

Korban pun jatuh. Ada yang harus kehilangan jabatan.

Tapi saya yakin mengorbanan orang itu tidak sia-sia. 

Bayangkan kalau tidak ada dua pabrik Jepang itu. KS bisa lebih
parah lagi. 

Mengapa saham di dua perusahaan Jepang itu hanya 20
persen? 

Pihak Jepang sebenarnya menawarkan 50 persen. Tapi Krakatau
Steel tidak punya uang –untuk setor modal sampai 50 persen.

Tapi Jepang tetap menyediakan ruang sampai 50 persen itu. Suatu
saat nanti, kalau KS sudah punya uang, ruang itu bisa diambil.

Bahkan Jepang setuju untuk diikat lebih jauh: dua pabrik baru
itu harus menjual bajanya ke satu perusahaan milik bersama –yang saham
mayoritasnya di pihak Indonesia.

Perusahaan itu bergerak di bidang pemasaran baja. Oleh
perusahaan ini baja dari dua pabrik tersebut dijual untuk pasar Indonesia.
Yakni pabrik-pabrik mobil Jepang di sini.

Harapannya: dua-tiga tahun lagi laba dua pabrik ini sudah
membaik.

Masih ada harapan lain. Satu pabrik lagi akan selesai dibangun.
Yang ini 100 persen milik KS.

Baca Juga :  Alumni SMA Kolese De Britto Berbagi Kasih

Setahun lagi pabrik dengan mesin-mesin dari Jerman itu akan bisa
operasi. Produknya untuk mendukung pembangunan infrastruktur di dalam negeri.

Maka dua-tiga-empat tahun lagi mestinya KS sangat sibuk. Empat
pabrik baru sudah jalan semua. Masih ditambah fasilitas baru yang juga segera
selesai dibangun: blast furnace.

Seperti juga pabrik baru yang lain, pabrik baru keempat ini pun
ada dramanya. Ada korbannya.

Memang tidak mudah membangkitkan Krakatau Steel. Tapi empat
pabrik baru tadi menjadi harapan. Diam-diam di tengah kesulitannya KS bisa
punya lima pabrik baru.

Tapi mungkin juga itu belum cukup untuk mengatasi kelemahan
mendasar di KS.

Kelemahan mendasar pertama adalah mahalnya energi. Padahal
pabrik baja itu haus sekali energi.

Krakatau Steel sangat telat menyadari ini. Sadarnya mungkin
tidak telat. Tapi action-nya tidak cepat. Termasuk action saya
waktu itu. Sudah membangun empat pabrik baru pun KS masih kurang cepat.

Mestinya dibangun pula infrastruktur energinya. Agar tidak lagi
tergantung gas alam. 

Naiknya harga gas bumi telah membuat KS tidak kompetitif! 

Apalagi, di Indonesia, harga gas dibuat sama untuk siapa saja.
Tidak ada kebijakan yang mengistimewakan industri strategis. Atau industri
dalam negeri.

Memang Krakatau Steel punya pembangkit listrik sendiri. Tapi
bahan bakarnya juga gas!

Padahal sejak 15 tahun lalu sudah banyak industri lain
memindahkan bahan bakar ke batubara.

 Ada harapan di KS.

 Ada tantangan di KS. 

Adakah juga ada ketenangan dan kesabaran.(Dahlan Iskan) 

Masihkah ada harapan untuk Krakatau Steel?

Tidak mudah.

Tapi masih ada anak usaha KS yang labanya besar: pelabuhannya
masih bisa laba Rp 200 miliar setahun.

 Pelabuhan itu memang istimewa. Yang terdalam di Indonesia.
Kapal 200.000 ton bisa sandar. Lokasinya menghadap, Gunung Krakatau di Selat
Sunda.

Dengan demikian bahan baku bisa masuk Cilegon dalam jumlah
besar. Yang ongkosnya bisa menjadi lebih murah.

Masih ada lagi.

Usaha penjernihan airnya juga masih bisa laba Rp 100 miliar.
Semua industri besar di Cilegon membeli air dari KS. Pun Pemkot Cilegon.

Pelabuhan itu, dan air bersih itu, bukan usaha pokok. Laba besar
tersebut tertelan begitu saja oleh kerugian besar yang di usaha pokoknya.

Di usaha pokok, KS punya saham 30 persen di pabrik baja yang
baru. Yang sangat besar: PT Krakatau Posco.

Itu merupakan perusahaan patungan antara KS dan pabrik baja
Korea Selatan, Posco. Posco memegang 70 persen saham dan karena itu manajemen
Krakatau Posco dipegang oleh Korea.

Karena masih baru PT Krakatau Posco masih rugi. Sangat besar.
Bahkan sampai harus melakukan restrukturisasi utang.

Kerugian di Krakatau Posco itu pun 30 persennya menjadi kerugian
Krakatau Steel. Itulah sebabnya KS yang rugi mendapat tambahan rugi.

Di KS juga masih ada dua pabrik baru lagi. Hasil joint
venture
 dengan dua perusahaan Jepang. 

Di masing-masing perusahaan Krakatau Steel memegang saham 20
persen.

Dua perusahaan baru ini sebenarnya sudah berlaba. Cepat sekali.
Tapi labanya masih kecil. Belum banyak bisa mengurangi kerugian KS yang besar.

Baca Juga :  ASN Sangat Jujur dan Baik Dalam Bekerja

Dua perusahaan patungan dengan Jepang ini setidaknya tidak
menambah besar kerugian KS.

Kerjasama dengan Jepang ini pun membawa harapan baru: pasarnya
terjamin. Produk bajanya 100 persen untuk memasok pabrik mobil Jepang yang ada
di Indonesia.

Merintis patungan dengan Jepang ini awalnya tidak mudah.
Keputusan menggandeng Jepang ini ditentang oleh banyak petinggi zaman itu.
Dianggap bisa mengganggu pemodal Korea di Krakatau Posco.

Korban pun jatuh. Ada yang harus kehilangan jabatan.

Tapi saya yakin mengorbanan orang itu tidak sia-sia. 

Bayangkan kalau tidak ada dua pabrik Jepang itu. KS bisa lebih
parah lagi. 

Mengapa saham di dua perusahaan Jepang itu hanya 20
persen? 

Pihak Jepang sebenarnya menawarkan 50 persen. Tapi Krakatau
Steel tidak punya uang –untuk setor modal sampai 50 persen.

Tapi Jepang tetap menyediakan ruang sampai 50 persen itu. Suatu
saat nanti, kalau KS sudah punya uang, ruang itu bisa diambil.

Bahkan Jepang setuju untuk diikat lebih jauh: dua pabrik baru
itu harus menjual bajanya ke satu perusahaan milik bersama –yang saham
mayoritasnya di pihak Indonesia.

Perusahaan itu bergerak di bidang pemasaran baja. Oleh
perusahaan ini baja dari dua pabrik tersebut dijual untuk pasar Indonesia.
Yakni pabrik-pabrik mobil Jepang di sini.

Harapannya: dua-tiga tahun lagi laba dua pabrik ini sudah
membaik.

Masih ada harapan lain. Satu pabrik lagi akan selesai dibangun.
Yang ini 100 persen milik KS.

Baca Juga :  Alumni SMA Kolese De Britto Berbagi Kasih

Setahun lagi pabrik dengan mesin-mesin dari Jerman itu akan bisa
operasi. Produknya untuk mendukung pembangunan infrastruktur di dalam negeri.

Maka dua-tiga-empat tahun lagi mestinya KS sangat sibuk. Empat
pabrik baru sudah jalan semua. Masih ditambah fasilitas baru yang juga segera
selesai dibangun: blast furnace.

Seperti juga pabrik baru yang lain, pabrik baru keempat ini pun
ada dramanya. Ada korbannya.

Memang tidak mudah membangkitkan Krakatau Steel. Tapi empat
pabrik baru tadi menjadi harapan. Diam-diam di tengah kesulitannya KS bisa
punya lima pabrik baru.

Tapi mungkin juga itu belum cukup untuk mengatasi kelemahan
mendasar di KS.

Kelemahan mendasar pertama adalah mahalnya energi. Padahal
pabrik baja itu haus sekali energi.

Krakatau Steel sangat telat menyadari ini. Sadarnya mungkin
tidak telat. Tapi action-nya tidak cepat. Termasuk action saya
waktu itu. Sudah membangun empat pabrik baru pun KS masih kurang cepat.

Mestinya dibangun pula infrastruktur energinya. Agar tidak lagi
tergantung gas alam. 

Naiknya harga gas bumi telah membuat KS tidak kompetitif! 

Apalagi, di Indonesia, harga gas dibuat sama untuk siapa saja.
Tidak ada kebijakan yang mengistimewakan industri strategis. Atau industri
dalam negeri.

Memang Krakatau Steel punya pembangkit listrik sendiri. Tapi
bahan bakarnya juga gas!

Padahal sejak 15 tahun lalu sudah banyak industri lain
memindahkan bahan bakar ke batubara.

 Ada harapan di KS.

 Ada tantangan di KS. 

Adakah juga ada ketenangan dan kesabaran.(Dahlan Iskan) 

Terpopuler

Artikel Terbaru