26.3 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Terpojok 99 Tahun

Setelah tiga bulan mati angin, he
is back
. Itulah Donald Trump –yang lagi berjudi dengan taruhan
besar di Oklahoma.

Begitu panjang periode mati angin
itu. Sejak Covid-19 mewabah di Amerika. Tidak hanya mati angin, Trump juga mati
langkah.

Sejak itu setiap Trump
melontarkan pernyataan selalu bikin heboh –karena salah. Pun setiap kali
melakukan sesuatu –dianggap salah.

Ingat kan ucapannya ini: tidak
mungkin virus masuk Amerika. Dan ketika akhirnya mewabah ia masih bilang: lebih
ringan dari flu tahunan.

Ketika ternyata lebih parah dari
itu ia bilang: sudah ditemukan obatnya. Yang akan langsung mengubah keadaan.
Ternyata itu obat malaria –salah lagi.

Dan ketika yang meninggal
mendekati 100.000 ia mengatakan perlunya dicoba ini: cairan pembersih lantai
diinjeksikan ke tubuh.

Masih banyak mati angin lainnya.
Tanpa ditulis di sini pun Anda sudah hafal.

Belum cukup. Semua pihak juga
sudah ia jadikan kambing hitam –kecuali dirinya sendiri. Tidak usahlah daftar
kambing itu ditulis di sini –terlalu panjang.

Terjadi pula pukulan terakhir:
tewasnya George Floyd itu. Yang menimbulkan protes besar, nyaris di seluruh
negeri. Sampai di sini Trump tidak hanya mati angin tapi sudah terpojok.

Pojokan itu pun kian sempit.

Trump tersudutkan.

Posisi Trump kian menuju pilihan:
hidup atau mati –secara politik.

Maka keluarlah watak asli Trump:
melawan. Bukan 10 kali tapi 100 kali lebih keras.

Melawan Tiongkok? Agar ratingnya
naik lagi?

Tidak.

Syukurlah.

Ia pilih melawan apa saja tapi
masih di Amerika.

Medan arena perlawanannya pun
sudah ia pilih: Oklahoma.

Waktunya pun ia pilih: Juneteenth –tanggal
19 Juni 2020.

Baca Juga :  Baznas Launching Program Bantuan Gerobak Usaha

Bukan tanpa perhitungan matang.

Di kota Tulsa, Oklahoma, di
tanggal itu, 1921, terjadi kebangkitan kulit putih. Hari itu ribuan orang kulit
putih menyerbu perkampungan kulit hitam. Ribuan bangunan ludes. Dibakar. Banyak
orang kulit hitam terbunuh: lebih 300 orang.

Sejarah mencatat, itulah
kerusuhan rasial terbesar di Amerika.

Trump memutuskan: akan kampanye
besar-besaran di Tulsa, Oklahoma. Di tanggal 19 Juni 2020. Di lokasi dekat
peristiwa Juneteenth 99 tahun lalu itu.

Cobalah tebak: apa maksudnya.
Udang jenis apa yang ada di balik peyek-e.

Banyak yang membaca begini:
itulah saatnya kaum kulit putih bangkit. Unjuk diri. Tampil. Show
of force
. Setelah berminggu-minggu seperti terpojokkan oleh demo
kulit hitam di seluruh negeri.

Apalagi demo antiras itu sukses
mengusung tema: Black Lives Matter. Sampai semua pemain Liga
Inggris pun ikut serta. Mereka mengganti nama di belakang kaus dengan tulisan
setengah lingkar: Black Lives Matter.

Dunia menyambut gerakan antiras
itu dengan gegap gempita. Trump tidak hanya terpojok di dalam negeri. Pun sampai
Eropa.

Lawan! Itulah sikap akhir Trump.

Hebohnya bukan main. Penentangan
rencana kampanye besar di Oklahoma itu meluas. Sampai digugat ke pengadilan.
Tapi Trump yang menang.

Trump tetap kukuh dengan
perlawanannya. Hanya tanggalnya saja ia mundurkan sehari –tumben mau.

Kalau tidak diundur memang bisa
kacau. Di Juneteenth itu sudah ditetapkan acara
lain: peringatan 99 tahun kerusuhan rasial itu.

Akhirnya seperti ada giliran. Di
hari Kamis ribuan kulit hitam memperingati Juneteenth. Jumat besoknya
puluhan ribu kulit putih mendukung Trump.

Benar. Kemarin itu, di Tulsa,
berkumpullah begitu banyak orang kulit putih. Inilah unjuk gigi terbesar kaum
putih –entah sejak kapan. Pahlawan mereka tunggal: Donald Trump.

Baca Juga :  Pemko Akan Lakukan Upaya Pemulihan Masa Transisi Darurat Karhutla

Bayangkan betapa semangat wajah
Trump pidato di depan puluhan ribu pendukungnya. Setelah tiga bulan mati angin.
Inilah kampanye terbuka pertamanya setelah tiga bulan dibungkam virus –dan
opini publik.

Itulah hari kemerdekaan kulit
putih. Merdeka dari tekanan kulit hitam. Merdeka dari stres virus. Dan terutama
merdeka dari tekanan media sosial.

Dan mereka juga merdeka dari
masker.

Mereka tidak peduli dengan virus
Corona baru. Mereka abaikan peringatan dari gugus nasional anti virus. Mereka
tidak akan jaga jarak.

Lokasi kampanyenya pun di dalam
gedung: yang terbesar di Oklahoma –bisa untuk 20.000 orang. Itulah gedung BOK
–yang dibangun atas sponsor Bank of Oklahoma.

Dari Oklahoma Trump bangkit lagi.
Rencananya. Di depan puluhan ribu kulit putih.

Sehari sebelum acara itu Trump
sudah mengunggah tweet. Nadanya
berbinar-binar. Menggambarkan betapa antusias orang untuk datang ke Oklahoma.
“Mereka sudah mulai antre,” tulis Trump sehari sebelum acara.

Ketua panitia menjelaskan sudah
lebih 1 juta orang yang membeli tiket. Padahal ada syarat khusus: kalau terkena
Covid-19 itu resiko sendiri.

Tragis.

Yang 1 juta orang itu ternyata
tidak ada. Gedung hanya terisi kurang separo. Kursi tribun atas kosong
melompong. Puluhan tenda penampung luberan di luar gedung dibongkar sebelum
acara dimulai.

Trump memang sudah bisa keluar
dari sudut yang memojokkannya. Tapi hanya menemukan kekecewaan baru di
Oklahoma. Padahal ia sudah telanjur mempertaruhkan sisi sensitif begitu
besarnya: perpecahan bangsanya.(Dahlan Iskan)

 

Setelah tiga bulan mati angin, he
is back
. Itulah Donald Trump –yang lagi berjudi dengan taruhan
besar di Oklahoma.

Begitu panjang periode mati angin
itu. Sejak Covid-19 mewabah di Amerika. Tidak hanya mati angin, Trump juga mati
langkah.

Sejak itu setiap Trump
melontarkan pernyataan selalu bikin heboh –karena salah. Pun setiap kali
melakukan sesuatu –dianggap salah.

Ingat kan ucapannya ini: tidak
mungkin virus masuk Amerika. Dan ketika akhirnya mewabah ia masih bilang: lebih
ringan dari flu tahunan.

Ketika ternyata lebih parah dari
itu ia bilang: sudah ditemukan obatnya. Yang akan langsung mengubah keadaan.
Ternyata itu obat malaria –salah lagi.

Dan ketika yang meninggal
mendekati 100.000 ia mengatakan perlunya dicoba ini: cairan pembersih lantai
diinjeksikan ke tubuh.

Masih banyak mati angin lainnya.
Tanpa ditulis di sini pun Anda sudah hafal.

Belum cukup. Semua pihak juga
sudah ia jadikan kambing hitam –kecuali dirinya sendiri. Tidak usahlah daftar
kambing itu ditulis di sini –terlalu panjang.

Terjadi pula pukulan terakhir:
tewasnya George Floyd itu. Yang menimbulkan protes besar, nyaris di seluruh
negeri. Sampai di sini Trump tidak hanya mati angin tapi sudah terpojok.

Pojokan itu pun kian sempit.

Trump tersudutkan.

Posisi Trump kian menuju pilihan:
hidup atau mati –secara politik.

Maka keluarlah watak asli Trump:
melawan. Bukan 10 kali tapi 100 kali lebih keras.

Melawan Tiongkok? Agar ratingnya
naik lagi?

Tidak.

Syukurlah.

Ia pilih melawan apa saja tapi
masih di Amerika.

Medan arena perlawanannya pun
sudah ia pilih: Oklahoma.

Waktunya pun ia pilih: Juneteenth –tanggal
19 Juni 2020.

Baca Juga :  Baznas Launching Program Bantuan Gerobak Usaha

Bukan tanpa perhitungan matang.

Di kota Tulsa, Oklahoma, di
tanggal itu, 1921, terjadi kebangkitan kulit putih. Hari itu ribuan orang kulit
putih menyerbu perkampungan kulit hitam. Ribuan bangunan ludes. Dibakar. Banyak
orang kulit hitam terbunuh: lebih 300 orang.

Sejarah mencatat, itulah
kerusuhan rasial terbesar di Amerika.

Trump memutuskan: akan kampanye
besar-besaran di Tulsa, Oklahoma. Di tanggal 19 Juni 2020. Di lokasi dekat
peristiwa Juneteenth 99 tahun lalu itu.

Cobalah tebak: apa maksudnya.
Udang jenis apa yang ada di balik peyek-e.

Banyak yang membaca begini:
itulah saatnya kaum kulit putih bangkit. Unjuk diri. Tampil. Show
of force
. Setelah berminggu-minggu seperti terpojokkan oleh demo
kulit hitam di seluruh negeri.

Apalagi demo antiras itu sukses
mengusung tema: Black Lives Matter. Sampai semua pemain Liga
Inggris pun ikut serta. Mereka mengganti nama di belakang kaus dengan tulisan
setengah lingkar: Black Lives Matter.

Dunia menyambut gerakan antiras
itu dengan gegap gempita. Trump tidak hanya terpojok di dalam negeri. Pun sampai
Eropa.

Lawan! Itulah sikap akhir Trump.

Hebohnya bukan main. Penentangan
rencana kampanye besar di Oklahoma itu meluas. Sampai digugat ke pengadilan.
Tapi Trump yang menang.

Trump tetap kukuh dengan
perlawanannya. Hanya tanggalnya saja ia mundurkan sehari –tumben mau.

Kalau tidak diundur memang bisa
kacau. Di Juneteenth itu sudah ditetapkan acara
lain: peringatan 99 tahun kerusuhan rasial itu.

Akhirnya seperti ada giliran. Di
hari Kamis ribuan kulit hitam memperingati Juneteenth. Jumat besoknya
puluhan ribu kulit putih mendukung Trump.

Benar. Kemarin itu, di Tulsa,
berkumpullah begitu banyak orang kulit putih. Inilah unjuk gigi terbesar kaum
putih –entah sejak kapan. Pahlawan mereka tunggal: Donald Trump.

Baca Juga :  Pemko Akan Lakukan Upaya Pemulihan Masa Transisi Darurat Karhutla

Bayangkan betapa semangat wajah
Trump pidato di depan puluhan ribu pendukungnya. Setelah tiga bulan mati angin.
Inilah kampanye terbuka pertamanya setelah tiga bulan dibungkam virus –dan
opini publik.

Itulah hari kemerdekaan kulit
putih. Merdeka dari tekanan kulit hitam. Merdeka dari stres virus. Dan terutama
merdeka dari tekanan media sosial.

Dan mereka juga merdeka dari
masker.

Mereka tidak peduli dengan virus
Corona baru. Mereka abaikan peringatan dari gugus nasional anti virus. Mereka
tidak akan jaga jarak.

Lokasi kampanyenya pun di dalam
gedung: yang terbesar di Oklahoma –bisa untuk 20.000 orang. Itulah gedung BOK
–yang dibangun atas sponsor Bank of Oklahoma.

Dari Oklahoma Trump bangkit lagi.
Rencananya. Di depan puluhan ribu kulit putih.

Sehari sebelum acara itu Trump
sudah mengunggah tweet. Nadanya
berbinar-binar. Menggambarkan betapa antusias orang untuk datang ke Oklahoma.
“Mereka sudah mulai antre,” tulis Trump sehari sebelum acara.

Ketua panitia menjelaskan sudah
lebih 1 juta orang yang membeli tiket. Padahal ada syarat khusus: kalau terkena
Covid-19 itu resiko sendiri.

Tragis.

Yang 1 juta orang itu ternyata
tidak ada. Gedung hanya terisi kurang separo. Kursi tribun atas kosong
melompong. Puluhan tenda penampung luberan di luar gedung dibongkar sebelum
acara dimulai.

Trump memang sudah bisa keluar
dari sudut yang memojokkannya. Tapi hanya menemukan kekecewaan baru di
Oklahoma. Padahal ia sudah telanjur mempertaruhkan sisi sensitif begitu
besarnya: perpecahan bangsanya.(Dahlan Iskan)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru