27.5 C
Jakarta
Monday, April 7, 2025

Prabowo-Gibran Paparkan 8 Tantangan Strategis, Berikut Ini Penjelasannya

Ketua Umum Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran, Rosan Perkasa Roeslani, mengatakan ada delapan tantangan strategis yang menjadi pertimbangan dalam menyusun visi, misi, dan program periode 2024-2029 bagi capres-cawapres nomor urut 2, Prabowo-Gibran. Prabowo-Gibran merangkumnya ke dalam 8 tantangan strategis yang dihadapi bangsa Indonesia untuk 5 tahun ke depan.

Pertama, ialah kata perubahan iklim yang bisa menyebabkan kekeringan dan hujan ekstrem yang menurunkan produksi pangan.

Rosan menyebutkan hal itu berpotensi meningkatkan kerawanan dan harga pangan, serta mengancam keselamatan jiwa.  Kedua, konflik bersenjata di Ukraina dan Palestina yang bisa meningkatkan harga pangan dan energi, karena mengganggu kelancaran rantai pasok global.

“Dan, itu sudah terjadi saat ini. Harga pangan strategis seperti beras naik tajam,” kata Rosan dalam keterangannya, Rabu (15/11).

Rosan menjelaskan tantangan selanjutnya ialah potensi konflik bersenjata di Laut Natuna Utara.  Rivalitas antara dua negara adikuasa yakni Tiongkok dan Amerika Serikat atas Taiwan bisa mengancam kelancaran rantai pasok pangan, energi, dan perdagangan yang melewati Arus Lintas Laut Indonesia dan Laut Natuna Utara.

Baca Juga :  Janganlah Mengeluh Kepada Musibah

Tantangan keempat ialah pelemahan ekonomi global dan kemungkinan resesi negara maju, sehingga menekan laju permintaan produk ekspor Indonesia.

Selain itu, meningkatkan suku bunga, sehingga memberikan tekanan pada Rupiah.  Dia juga menyebutkan disrupsi kecerdasan buatan menjadi tantangan kelima yang dipertimbangkan masuk dalam program visi misi Prabowo-Gibran.

“Karena cepatnya kemajuan kecerdasan buatan dapat mengubah kebutuhan tenaga kerja di hampir semua industri. Ini memaksa peningkatan kemampuan tenaga kerja secara cepat,” jelas Rosan.

Tantangan keenam, ialah munculnya ancaman pandemi baru akibat meningkatnya suhu bumi sehingga membuka kemungkinan aktifnya kembali virus-virus dari masa lalu.  “Sehingga dapat menyebabkan merebaknya pandemi baru tidak hanya untuk manusia, tetapi juga hewan, dan tumbuhan,” jelasnya.

Baca Juga :  Bupati: Jangan Nekat Keluar, Tanpa Masker

Tantangan selanjutnya kata Rosan, terbatasnya waktu bonus demografi.  “Di mana Indonesia diprediksi hanya punya 13 tahun untuk keluar dari perangkap negara berpenghasilan menengah (middle income trap) atau berisiko jadi negara yang tua sebelum kaya,” imbuh dia.

Tantangan terakhir atau kedelapan ialah meningkatnya populasi. Menurutnya, Indonesia harus meningkatkan penelitian pangan melalui percepatan penggunaan mekanisasi bidang pertanian. “Pemenuhan pangan memerlukan upaya serius,” ujarnya.

Rosan menjelaskan itulah alasan pasangan capres dan cawapres Prabowo-Gibran memasukkan delapan tantangan strategis ini dalam visi, misi, dan program periode 2024-2029 mereka.

“Presiden Joko Widodo juga sudah menyampaikan tantangan yang akan dihadapi bangsa ini ke depan. Bukan makin ringan, tetapi makin berat. Dunia sedang tidak baik-baik saja. Ada perang, perubahan iklim, dan krisis pangan,” pungkas Rosan.(mcr8/jpc/ind)

 

Ketua Umum Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran, Rosan Perkasa Roeslani, mengatakan ada delapan tantangan strategis yang menjadi pertimbangan dalam menyusun visi, misi, dan program periode 2024-2029 bagi capres-cawapres nomor urut 2, Prabowo-Gibran. Prabowo-Gibran merangkumnya ke dalam 8 tantangan strategis yang dihadapi bangsa Indonesia untuk 5 tahun ke depan.

Pertama, ialah kata perubahan iklim yang bisa menyebabkan kekeringan dan hujan ekstrem yang menurunkan produksi pangan.

Rosan menyebutkan hal itu berpotensi meningkatkan kerawanan dan harga pangan, serta mengancam keselamatan jiwa.  Kedua, konflik bersenjata di Ukraina dan Palestina yang bisa meningkatkan harga pangan dan energi, karena mengganggu kelancaran rantai pasok global.

“Dan, itu sudah terjadi saat ini. Harga pangan strategis seperti beras naik tajam,” kata Rosan dalam keterangannya, Rabu (15/11).

Rosan menjelaskan tantangan selanjutnya ialah potensi konflik bersenjata di Laut Natuna Utara.  Rivalitas antara dua negara adikuasa yakni Tiongkok dan Amerika Serikat atas Taiwan bisa mengancam kelancaran rantai pasok pangan, energi, dan perdagangan yang melewati Arus Lintas Laut Indonesia dan Laut Natuna Utara.

Baca Juga :  Janganlah Mengeluh Kepada Musibah

Tantangan keempat ialah pelemahan ekonomi global dan kemungkinan resesi negara maju, sehingga menekan laju permintaan produk ekspor Indonesia.

Selain itu, meningkatkan suku bunga, sehingga memberikan tekanan pada Rupiah.  Dia juga menyebutkan disrupsi kecerdasan buatan menjadi tantangan kelima yang dipertimbangkan masuk dalam program visi misi Prabowo-Gibran.

“Karena cepatnya kemajuan kecerdasan buatan dapat mengubah kebutuhan tenaga kerja di hampir semua industri. Ini memaksa peningkatan kemampuan tenaga kerja secara cepat,” jelas Rosan.

Tantangan keenam, ialah munculnya ancaman pandemi baru akibat meningkatnya suhu bumi sehingga membuka kemungkinan aktifnya kembali virus-virus dari masa lalu.  “Sehingga dapat menyebabkan merebaknya pandemi baru tidak hanya untuk manusia, tetapi juga hewan, dan tumbuhan,” jelasnya.

Baca Juga :  Bupati: Jangan Nekat Keluar, Tanpa Masker

Tantangan selanjutnya kata Rosan, terbatasnya waktu bonus demografi.  “Di mana Indonesia diprediksi hanya punya 13 tahun untuk keluar dari perangkap negara berpenghasilan menengah (middle income trap) atau berisiko jadi negara yang tua sebelum kaya,” imbuh dia.

Tantangan terakhir atau kedelapan ialah meningkatnya populasi. Menurutnya, Indonesia harus meningkatkan penelitian pangan melalui percepatan penggunaan mekanisasi bidang pertanian. “Pemenuhan pangan memerlukan upaya serius,” ujarnya.

Rosan menjelaskan itulah alasan pasangan capres dan cawapres Prabowo-Gibran memasukkan delapan tantangan strategis ini dalam visi, misi, dan program periode 2024-2029 mereka.

“Presiden Joko Widodo juga sudah menyampaikan tantangan yang akan dihadapi bangsa ini ke depan. Bukan makin ringan, tetapi makin berat. Dunia sedang tidak baik-baik saja. Ada perang, perubahan iklim, dan krisis pangan,” pungkas Rosan.(mcr8/jpc/ind)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru