BEBERAPA hari lagi kita merayakan Idul Fitri 1441 Hijriah. Lebaran
yang sangat berbeda, betul betul sederhana.
Biasanya, dalam waktu normal,
sebelum pandemi Covid-19, hari hari jelang Lebaran ini kita sangat sibuk. Sibuk
mempersiapkan baju lebaran, kue dan aneka ragamnya. Sibuk berbelanja.
Ibu-ibu kalap. Menyerbu pasar
perbelanjaan, ramai dan antri, toko baju diserbu, toko kue diborong, parsel
dipesan hingga hiruk pikuk penukaran uang baru dijajakan. Toko perhiasan tak
ketinggalan laris.
Bapak bapak tak ketinggalan
sibuk. Bahkan di toko bangunan cat tembok dan perabot tak luput dibeli
untukmempercantik rumah saat ada kunjungan. Anak muda dan anak anak membanjiri
toko fashion, mencari baju baru paling trendi.
Belum lagi untuk mudik, mobil
baru dan bekas laris di showroom mobil, berlomba lomba mudik dengan tampilan
kesuksesan. Tiket transportasi, pesawat, kapal dan bus biasanya ikut naik
harganya. Dan belum tentu pemudik kebagian kalau tidak jauh jauh hari memesan.
khusus mudik ini, menyerap dana yang lumayan juga. Namun kini mudik dilarang.
Namun kini, situasi berubah
drastis. sepi, tapi penuh makna. Lihatlah Tanah Abang Jakarta contohnya, pusat
grosir terbesar di asia sepi, Tamrin City sepi, hingga pasar dan toko pakaian
di Besar Palangka Raya pun sama sepi karena pandemi. Patuh pada aturan PSBB
ketat sekali.
Dengan situasi ini, otomatis
nafsu boros kita tertahan walaupun THR sudah cair kan?
Perayaan Lebaran Super Hemat,
tidak boros. Inilah waktunya menghemat THR yang biasanya hanya bertahan
maksimal 3 hari habis dibelanjakan. Saatnya berbagi, berbagi dengan masyarakat
yang terkena dampak. Apalagi entah sampai kapan pandemi ini berakhir. Perlu
nafas panjang, hemat dan terus saling bertukar manfaat.
Saatnya Zakat Fitrah disalurkan
pada yang menbutuhkan, warga terdampak pandemi. Zakat wajib ini harus
dilaksanakan bagi yang mampu. Distribusi
kebersamaan harus merata.
Alhamdulillah akhirnya Lebaran
tahun ini kembali pada kemenangan sejati, menang atas musuh terbesar, yaitu
nafsu. Bahkan puasa diperintahkan untuk memenjarakan nafsu. Dengan hikmah
musibah ini nafsu berhasil ditaklukkan. Yaitu Nafsu konsumerisme, nafsu
perayaan yang mewah, nafsu ke akuan. Kita menang melebihi besarnya perang
Badar, kita menang melawan nafsu pribadi dan duniawi.
Rasanya, lebaran tahun ini justru
akan lebih fitrah. ini momentum baik. Kembali ke fitrah, menyadari bahwa
manusia tidak punya daya kalau Tuhan sudah berkehendak. Kebersamaan manusia
dalam nasib yang sama, dalam situasi musibah, persaudaraan lebih terasa.
Kini, perayaan Lebaran lebih
intim dengan keluarga. Sholat Ied Pun dihimbau dirumah. Ini himbauan pemerintah
dan MUI untuk menghindari kerumunan sebagai protokol kesehatan covid 19. Jadi
bapak bapak sudah latihan jadi imam, siapa yg akan khotbah ied dirumah? he he
Silaturahmi lebih bermakna dari
hari, walaupun tanpa kehadiran diri. Karena menang protokol kesehatan tidak
boleh ramai dan tatap muka. Silaturahmi diganti dengan memanfaatkan teknologi,
ataupun gerombolan keluarga dapat saling sapa melalui panggilan video.
Akhirnya, memang benar nasehat
orang alim, selalu ada hikmh dibalik musibah. Wallahu A’lam.
Selamat Idul Fitri 1441 Hijriah.
Mohon Maaf Lahir Batin. Tetap dirumah, tetap. taati aturan protokol kesehatan***
(Penulis adalah Wakil Ketua
Lakpesdam NU Kalteng)