PALANGKA
RAYA– Jasa transportasi darat antarkabupaten/provinsi sudah beroperasi lagi.
Meski kondisi Kalteng belum normal, mereka mencoba menghidupkan kembali
ekonomi. Perusahaan jasa transportasi pun tak lupa mengedepankan protokol
kesehatan yang dianjurkan pemerintah.
Para Penumpang berbaris
memanjang. Antre di loket pemeriksaan. Petugas dari terminal AKAP WA Gara melengkapi
diri dengan masker dan face shield. Memeriksa kelengkapan penumpang sebelum
masuk ke bus. Jika tak melengkapi diri sesuai aturan yang ditetapkan, jangan
berharap bisa duduk di kursi bus.
Penumpang dicek suhu
tubuhnya. Disterilisasi dalam bilik disinfektan. Wajib membawa surat hasil
rapid test. Wajib nonreaktif. Terpenting lagi, penumpang sudah membeli tiket.
Baru bisa bertolak ke tempat tujuan.
Awal bulan ini bus Logos
beroperasi lagi, dengan rute Palangka Raya-Sampit-Pangkalan Bun. Ada juga yang
melayani rute Palangka Raya-Pulang Pisau-Kapuas. Pulang pergi. Seminggu hanya
empat kali. Ada 11 armada.
Manajer Operasional PO Logos, Riki mengaku, saat
ini jasa transportasi belum bisa maksimal dalam beroperasi. Dari 40 kursi,
wajib terisi tak lebih 20 orang penumpang. Selain suami istri atau keluarga, penumpang
dilarang duduk berdempetan. Kebijakan itu membuat harga jual tiket dinaikkan. Tiket
tujuan Pangkalan Bun yang biasanya dijual seharga Rp125 ribu, saat ini harus
dibeli penumpang dengan harga Rp175 ribu.
“Kapasitas muatan bus untuk
40 orang. Tapi hanya diizinkan membawa tak lebih dari 20 orang penumpang,†ujar
Riki kepada Kalteng Pos (Grup Kaltengpos.co), Kamis (9/7) lalu.
Biasanya PO Logos
melayani rute Palangka Raya-Banjarmasin, Kalsel. Namun, karena saat ini Banjarmasin
masih memiliki banyak kasus positif Covid-19, maka penumpang tujuan Banjarmasin
diturunkan di Kapuas. Setiap keberangkatan dari Palangka Raya pukul 15.00 WIB.
Salah satu penumpang bus
tujuan Pangkalan Bun, Sri Mariati mengaku, prosedur yang diterapkan PO ini lumayan
rumit. Meski demikian ia dapat memahami tujuan diberlakukan aturan itu. Harga
tiket naik. Belum lagi untuk biaya rapid test dikenakan Rp300 ribu.
Hanya berlaku selama
tiga hari.
“Saya ada acara
mendesak, paling tidak satu minggu di Pangkalan Bun. Baliknya nanti harus tes
lagi, karena harus melengkapi syarat sebagai penumpang. Saya harap ada keringanan
biaya rapid test untuk para penumpang, karena semua tahu saat ini ekonomi
tengah dalam situasi sulit. Semoga pemerintah dapat memberi perhatiannya,â€
ujarnya.
Bagaimana dengan
travel? Sama. Juga mengalami penurunan omzet karena sedikitnya penumpang. Biasa
Rp20 juta lebih omzet dalam satu bulan, saat ini hanya didapatkan berkisar
Rp14-15 juta. Setiap penumpang pun wajib melengkapi diri dengan surat hasil rapid
test.
“Sedangkan untuk para
sopir yang mengantar, biasanya di Pos Penjagaan Kabupaten Kapuas dilakukan rapid
test gratis,†kata pengurus PT Dewi Sumertha Sari Travel, Ni Putu Sari Asih.
Untuk sekarang, armada
yang beroperasi paling banyak 6 sampai 10 unit. Tarif yang dipasang sebesar Rp150
ribu untuk rute Palangka Raya-Banjarmasin. Begitu pun dengan rute Palangka
Raya-Sampit.
Ia berharap pemerintah bisa
memperhatikan kondisi para pengusaha travel yang beroperasi di tengah pandemi Covid-19.
Pihaknya menginginkan agar biaya rapid test dikurangi sehingga bisa dijangkau
oleh para sopir. Apalagi surat keterangan rapid test hanya berlaku selama
kurang lebih tiga hari. Inilah yang menjadi keluhan para sopir.
“Kami berharap ada keringanan bagi para sopir
yang mengantar penumpang, toh kami juga sudah mengikuti kebijakan pemerintah
dengan membatasi membawa penumpang,†ungkapnya.