33.2 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Membongkar Hoax

APABILA ingin mengetahui bagaimana investigasi dua jurnalis
berhasil membongkar sebuah hoax yang sengaja dibuat  demi membenarkan kebijakan penguasa, maka
silakan menonton film “Shock and Awe” garapan Rob Reiner tahun 2017.

Sukma film “Shock And Awe” serupa
tapi tak sama dengan “All The President’s Men” tentang investigasi dua jurnalis
Washington Post yang berhasil membongkar kebusukan skandal Watergate yang
akhirnya melengserkan Presiden Richard Nixon.

Hanya beda bahwa yang
terobrak-abrik oleh hoax di dalam film “Shock And Awe” bukan dalam negeri
tetapi luar negeri Amerika Serikat. Di dalam film garapan Rob Reiner itu
dikisahkan bahwa kepemerintahan masa presiden George Bush Jr. sengaja membuat
hoax demi membenarkan kebijakan agresi penyerbuan Tentara Nasional Amerika Serikat
ke Irak mulai tahun 2003.

Meski dampak kemanusiaan hoax
terhadap Irak sebenarnya jauh lebih parah, namun Bush Junior tidak dilengserkan
seperti Nixon.

Hoax

Intisari film ”Shock And Awe”
berlandaskan tulisan komentar Prof. John Walcott, editor Reuters untuk
kebijakan luar-negeri dan sekuriti nasional sebagai berikut:

“Most of the administration’s case for that war made absolutely no
sense, specifically the notion that Saddam Hussein was allied with Osama bin
Laden. That one from the get-go rang all the bells — a secular Arab dictator
allied with a radical Islamist whose goal was to overthrow secular dictators
and reestablish his Caliphate? The more we examined it, the more it stank. The second
thing was rather than relying entirely on people of high rank with household
names as sources, we had sources who were not political appointees. One of the
things that has gone very wrong in Washington journalism is ‘source addiction,’
and the idea that in order to maintain access to people in the White House or
vice president’s office or high up in a department, you have to dance to their
tune. That’s not what journalism is about. We had better sources than she
(Judith Miller) did and we knew who her sources were. They were political
appointees who were making a political case. 
I first met him (Ahmed Chalabi) in ’95 or ’96. I wouldn’t get dressed in
the morning based on what he told me the weather was, let alone go to war“
.

Baca Juga :  Kepolisian Kawal Ketat Kunjungan Mendagri di Palangka Raya

Penghargaan

Pada tanggal 5 Februari 2004 dua
jurnalis Knight Ridder Newspaper Washington D.C, Warren Strobel and Jonathan
Landay yang ditokohkan sebagai dua pemeran utama film “Shock And Awe”, menerima
anugrah penghargaan Raymond Clapper Memorial dari Senate Press Gallery untuk
mahakarya investigasi jurnalistik membongkar hoax mahakarya laskar inteligens
Amerika Serikat tentang ancaman senjata nuklir Irak.

Memang hoax nuklir Irak sengaja
kreatif diciptakan demi mempengaruhi bahkan membentuk opini publik AS agar
menyetujui agresi militer AS terhadap Irak. Semua itu direkayasa demi
menguntungkan industri senjata Amerika Serikat.

Permohonan Maaf

Bisa saja kisah film “Shock And
Awe” ternyata juga hoax. Namun apabila kisah pembongkaran hoax yang ditampilkan
film “Shock and Awe” ternyata bukan hoax, maka Insha Allah pada suatu hari akan
ada presiden Amerika Serikat berkenan memohon maaf kepada rakyat Irak atas hoax
persenjataan nuklir Irak bikinan presiden pendahulu yang telah terbukti
berhasil memporak-porandakan Irak secara melanggar sila Kemanusiaan Yang Adil
dan Beradab serta Hak Asasi Manusia.

Baca Juga :  Obyek Wisata Dibuka, Bupati Ingatkan Protokol Kesehatan

Namun memang sulit diketahui
seberapa jauh kekesatriaan budi pekerti pemerintah Amerika Serikat cukup luhur
dan jujur demi mengalahkan harga diri serta arogansi sehingga mau dan mampu
mengakui kesalahan yang telah dilakukan di masa lalu. (*)

(Penulis adalah pendiri Sanggar
Pembelajaran Kemanusiaan)

APABILA ingin mengetahui bagaimana investigasi dua jurnalis
berhasil membongkar sebuah hoax yang sengaja dibuat  demi membenarkan kebijakan penguasa, maka
silakan menonton film “Shock and Awe” garapan Rob Reiner tahun 2017.

Sukma film “Shock And Awe” serupa
tapi tak sama dengan “All The President’s Men” tentang investigasi dua jurnalis
Washington Post yang berhasil membongkar kebusukan skandal Watergate yang
akhirnya melengserkan Presiden Richard Nixon.

Hanya beda bahwa yang
terobrak-abrik oleh hoax di dalam film “Shock And Awe” bukan dalam negeri
tetapi luar negeri Amerika Serikat. Di dalam film garapan Rob Reiner itu
dikisahkan bahwa kepemerintahan masa presiden George Bush Jr. sengaja membuat
hoax demi membenarkan kebijakan agresi penyerbuan Tentara Nasional Amerika Serikat
ke Irak mulai tahun 2003.

Meski dampak kemanusiaan hoax
terhadap Irak sebenarnya jauh lebih parah, namun Bush Junior tidak dilengserkan
seperti Nixon.

Hoax

Intisari film ”Shock And Awe”
berlandaskan tulisan komentar Prof. John Walcott, editor Reuters untuk
kebijakan luar-negeri dan sekuriti nasional sebagai berikut:

“Most of the administration’s case for that war made absolutely no
sense, specifically the notion that Saddam Hussein was allied with Osama bin
Laden. That one from the get-go rang all the bells — a secular Arab dictator
allied with a radical Islamist whose goal was to overthrow secular dictators
and reestablish his Caliphate? The more we examined it, the more it stank. The second
thing was rather than relying entirely on people of high rank with household
names as sources, we had sources who were not political appointees. One of the
things that has gone very wrong in Washington journalism is ‘source addiction,’
and the idea that in order to maintain access to people in the White House or
vice president’s office or high up in a department, you have to dance to their
tune. That’s not what journalism is about. We had better sources than she
(Judith Miller) did and we knew who her sources were. They were political
appointees who were making a political case. 
I first met him (Ahmed Chalabi) in ’95 or ’96. I wouldn’t get dressed in
the morning based on what he told me the weather was, let alone go to war“
.

Baca Juga :  Kepolisian Kawal Ketat Kunjungan Mendagri di Palangka Raya

Penghargaan

Pada tanggal 5 Februari 2004 dua
jurnalis Knight Ridder Newspaper Washington D.C, Warren Strobel and Jonathan
Landay yang ditokohkan sebagai dua pemeran utama film “Shock And Awe”, menerima
anugrah penghargaan Raymond Clapper Memorial dari Senate Press Gallery untuk
mahakarya investigasi jurnalistik membongkar hoax mahakarya laskar inteligens
Amerika Serikat tentang ancaman senjata nuklir Irak.

Memang hoax nuklir Irak sengaja
kreatif diciptakan demi mempengaruhi bahkan membentuk opini publik AS agar
menyetujui agresi militer AS terhadap Irak. Semua itu direkayasa demi
menguntungkan industri senjata Amerika Serikat.

Permohonan Maaf

Bisa saja kisah film “Shock And
Awe” ternyata juga hoax. Namun apabila kisah pembongkaran hoax yang ditampilkan
film “Shock and Awe” ternyata bukan hoax, maka Insha Allah pada suatu hari akan
ada presiden Amerika Serikat berkenan memohon maaf kepada rakyat Irak atas hoax
persenjataan nuklir Irak bikinan presiden pendahulu yang telah terbukti
berhasil memporak-porandakan Irak secara melanggar sila Kemanusiaan Yang Adil
dan Beradab serta Hak Asasi Manusia.

Baca Juga :  Obyek Wisata Dibuka, Bupati Ingatkan Protokol Kesehatan

Namun memang sulit diketahui
seberapa jauh kekesatriaan budi pekerti pemerintah Amerika Serikat cukup luhur
dan jujur demi mengalahkan harga diri serta arogansi sehingga mau dan mampu
mengakui kesalahan yang telah dilakukan di masa lalu. (*)

(Penulis adalah pendiri Sanggar
Pembelajaran Kemanusiaan)

Terpopuler

Artikel Terbaru