25.2 C
Jakarta
Saturday, April 20, 2024

JANGAN ADA LUKA LAGI

TENSI politik di Kalteng mulai memanas. Masing-masing bakal
calon gubernur (bacalgub) dan bakal calon wakil gubernur (bacawagub) telah
melempar jaring. Mereka mengklaim telah mengantongi dukungan dari parpol yang memiliki
kursi di DPRD Kalteng.

Minimal 20 persen atau 9 kursi dari 45 jumlah kursi yang ada
sebagai syarat untuk maju di pilkada 2020. Lobi tingkat tinggi sedang
berlangsung, masyarakat Tambun Bungai sudah tidak sabar lagi siapa yang bakal
mendapat rekomendasi dari parpol.

Sistem demokrasi di Indonesia tidak memungkinkan rakyat
mencalonkan jagonya. Masyarakat hanya disuruh memillih calon kepala daerah yang
telah ditentukan oleh parpol. Yang sudah jelas dan menyatakan maju adalah
petahana Sugianto Sabran berpasangan dengan Habib Ismail Bin Yahya, mereka berdua
berpasangan kembali dengan motto Kalteng Berkah jilid II. Rekom yang sudah
keluar untuk mereka adalah PKB dengan jumlah 4 kursi, berarti kurang 5 kursi.
Inilah yang sedang mereka perjuangkan, agar batas minimal 9 kursi terpenuhi.

Baca Juga :  Penanganan Covid-19 Harus Diperlukan Gerakan Terpadu dan Satu Komando

Sementara bacalgub Riban Satia, Willy M Yoseph, Nahdalsyah,
Ujang Iskandar, Perdie dan Marukan masuh berjuang keras tuk mendapatkan perahu.
Dibalik intrik dan hiruk pikuk  soal
surat rekomendasi ada pergulatan seru di sejumlah parpol. Antara oknum pengurus
secara diam-diam memiliki jago yang diunggulkan.

Mereka mati-matian bagaimana menggolkan calonnya, bahkan ada
yang langsung komunikasi langsung dengan pengurus DPP, tanpa sepengetahuan ketua
dan sekretaris parpol. Ini yang menarik dicermati. Apakah ketua dan sekretaris
main sendiri?

Atau sebaliknya ada istilah mansyur! Apa pun alasannya
itulah yang terjadi dalam dunia perpolitikan kita.

Maka jangan heran ada istilah “menggunting dalam lipatan”
atau “menikam dari belakang.”   

Seorang politikus yang sudah kenyang makan garam, dia tidak
akan galau atau risau dengan istilah diatas. Anggaplah itu teguran atau kritik
atas sikap diri sendiri.

Kenapa kader sendiri “menikam dari belakang” bisa jadi kader
yang bersangkutan merasa pengorbanannya selama ini di partai kurang dihargai!

Baca Juga :  Gunakan Dana BTT untuk Mengendalikan Inflasi di Kotim

Kenapa kader lain yang diusung?

Kenapa bukan dia yang notebene kader potensial menurut
penilaian pribadinya?

Ada apa ini?

Seribu macam pertanyaan menari-nari diotaknya.

Politikus mapan pasti menyadari, langkah yang diambil tidak
akan semuanya dipatuhi oleh pengurus maupun kadernya.

Masih adakah kader millitan di parpol?

Jawabannya mungkin masih ada, sepanjang karier politiknya di
parpol tersebut berjalan lancar dan aman. Tapi ketika sudah tidak ada posisi strategis
dan jabatan yang menguntungkan diri sendiri dan kroninya, maka dia akan cari
rumah baru.

Saya punya teman politikus yang super cuek. Dia punya prinsip
dipakai ngak dipakai masa bodoh. Baginya parpol adalah jalan menuju kekuasaan
tuk memperjuangan kepentingan orang banyak.

“Saya berprinsip jangan ada luka diantara kita hanya untuk
memuaskan keinginan diri sendiri,” ujarnya.

Pesannya, ketika kamu sukses nanti, jangan pernah meninggalkan
orang yang berada bersamamu saat kamu memulainya.(*)

TENSI politik di Kalteng mulai memanas. Masing-masing bakal
calon gubernur (bacalgub) dan bakal calon wakil gubernur (bacawagub) telah
melempar jaring. Mereka mengklaim telah mengantongi dukungan dari parpol yang memiliki
kursi di DPRD Kalteng.

Minimal 20 persen atau 9 kursi dari 45 jumlah kursi yang ada
sebagai syarat untuk maju di pilkada 2020. Lobi tingkat tinggi sedang
berlangsung, masyarakat Tambun Bungai sudah tidak sabar lagi siapa yang bakal
mendapat rekomendasi dari parpol.

Sistem demokrasi di Indonesia tidak memungkinkan rakyat
mencalonkan jagonya. Masyarakat hanya disuruh memillih calon kepala daerah yang
telah ditentukan oleh parpol. Yang sudah jelas dan menyatakan maju adalah
petahana Sugianto Sabran berpasangan dengan Habib Ismail Bin Yahya, mereka berdua
berpasangan kembali dengan motto Kalteng Berkah jilid II. Rekom yang sudah
keluar untuk mereka adalah PKB dengan jumlah 4 kursi, berarti kurang 5 kursi.
Inilah yang sedang mereka perjuangkan, agar batas minimal 9 kursi terpenuhi.

Baca Juga :  Penanganan Covid-19 Harus Diperlukan Gerakan Terpadu dan Satu Komando

Sementara bacalgub Riban Satia, Willy M Yoseph, Nahdalsyah,
Ujang Iskandar, Perdie dan Marukan masuh berjuang keras tuk mendapatkan perahu.
Dibalik intrik dan hiruk pikuk  soal
surat rekomendasi ada pergulatan seru di sejumlah parpol. Antara oknum pengurus
secara diam-diam memiliki jago yang diunggulkan.

Mereka mati-matian bagaimana menggolkan calonnya, bahkan ada
yang langsung komunikasi langsung dengan pengurus DPP, tanpa sepengetahuan ketua
dan sekretaris parpol. Ini yang menarik dicermati. Apakah ketua dan sekretaris
main sendiri?

Atau sebaliknya ada istilah mansyur! Apa pun alasannya
itulah yang terjadi dalam dunia perpolitikan kita.

Maka jangan heran ada istilah “menggunting dalam lipatan”
atau “menikam dari belakang.”   

Seorang politikus yang sudah kenyang makan garam, dia tidak
akan galau atau risau dengan istilah diatas. Anggaplah itu teguran atau kritik
atas sikap diri sendiri.

Kenapa kader sendiri “menikam dari belakang” bisa jadi kader
yang bersangkutan merasa pengorbanannya selama ini di partai kurang dihargai!

Baca Juga :  Gunakan Dana BTT untuk Mengendalikan Inflasi di Kotim

Kenapa kader lain yang diusung?

Kenapa bukan dia yang notebene kader potensial menurut
penilaian pribadinya?

Ada apa ini?

Seribu macam pertanyaan menari-nari diotaknya.

Politikus mapan pasti menyadari, langkah yang diambil tidak
akan semuanya dipatuhi oleh pengurus maupun kadernya.

Masih adakah kader millitan di parpol?

Jawabannya mungkin masih ada, sepanjang karier politiknya di
parpol tersebut berjalan lancar dan aman. Tapi ketika sudah tidak ada posisi strategis
dan jabatan yang menguntungkan diri sendiri dan kroninya, maka dia akan cari
rumah baru.

Saya punya teman politikus yang super cuek. Dia punya prinsip
dipakai ngak dipakai masa bodoh. Baginya parpol adalah jalan menuju kekuasaan
tuk memperjuangan kepentingan orang banyak.

“Saya berprinsip jangan ada luka diantara kita hanya untuk
memuaskan keinginan diri sendiri,” ujarnya.

Pesannya, ketika kamu sukses nanti, jangan pernah meninggalkan
orang yang berada bersamamu saat kamu memulainya.(*)

Terpopuler

Artikel Terbaru