29.7 C
Jakarta
Wednesday, November 27, 2024

Revitalisasi Pasar 4.0 Solusi Memutus Rantai Covid 19 Klaster Pasar Be

PANDEMI
Covid
19 di Kota Palangka Raya terus bertambah, terbaru dari klaster Pasar Besar
berjumlah 73 orang. Solusi untuk memutus rantai penularan Covid, maka Pasar
tersebut akan ditutup dan di sterilisasi oleh Pemerintah Kota. Sempat terjadi
perdebatan, bahkan penolakan pedagang pasar, namun selesai dengan kesepakatan
‘gotong royong’ dari mediasi dengan Walikota, Fairid Naparin.

Bukan hanya di Kota Cantik ini,
klaster pasar merupakan masalah di hampir seluruh kota di Indonesia. Pasar di
Kota Banjarmasin juga menjadi klaster tersbesar penularan covid 19, lebih dari
250 orang. DI Jawa, Pasar Peterongan Kota Semarang, ditutup oleh Walikota
karena ditemukan klaster baru yang masif. Di Jawa Barat, Gubernur Ridwan Kamil
mempiroritaskan rapid swab di seluruh pasar. Sayangnya di Jawa Barat, ada fakta
menyedihkan petugas kesehatan yang akan tes rapid covid 19, diusir oleh
pedagang pasar. 

Klaster pasar ini memang muncul di
mayoritas pasar setelah dilakukan tes masif oleh seluruh pemerintah daerah.
Beberapa penyebab terjadinya penularan yang masif di Pasar karena pedagang dan
pembeli tidak mematuhi protokol kesehatan dari pemerintah. Tidak menjaga jarak,
tidak memakai masker, tidak mencuci tangan, tidak memakai kaos tangan dan
segala jenis kebiasaan pada umumnya yang dapat menyebabkan penularan. Seperti
penularan melalui media uang cash, plastik, atau bahkan komoditi yang dijual di
pasar.

Selain itu kondisi pasar tradisional
memang memprihatinkan. Sebagai pusat ekonomi rakyat, pasar kadang kurang
diperhatikan. Akibatnya, mayoritas pasar tradisional mempunyai penampakan yang
tidak enak dilihat. Kumuh, gelap, bau dan tidak beraturan. Walaupun sudah
disusun rapi, namun tetap saja ada pedagang yang menggelar dagangannya secara
tumpah. Bahkan ada pasar tumpah sendiri malam hari yang juga sulit ditertibkan.
Jalan antar kios juga biasanya sempit, sehingga kadang pembeli selalu
berdesakan, bersentuhan dalam proses mencari kebutuhan di pasar.

Di Palangka Raya, Pasar Kahayan
mempunyai tampilan yang berbeda dengan pasar besar, penataan di Pasar Kahayan
lebih rapi dan bersih. Saya sering membeli ikan dan sayur lebih suka ke Pasar
Kahayan daripada pasar besar. Karena lebih bersih, daripada pasar besar yang
kurang rapi dan bersih. Bahkan pada pagi hari banyak yang berjualan sayur di jalan
jawa. Pada malam hari, pasar besar memang menjadi area penjualan antara
pedagang besar dari kebun langsung dengan para tengkulak atau pengecer.
Biasanya sampai subuh. Pasar tumpahini tak luput dari pengaturan pemko Palangka
Raya dengan pemberian kotak jarak antar pedagang.

Klaster covid 19 di pasar besar
Palangka Raya memang harus segera di selesaikan. Diputus rantai penularannya.
Langkah Pemko dengan upaya mensterilkan pasar besar adalah langkah tepat.
Dukungan pedagang pasar melalui asosiasi pedagang pasar juga menjadi parameter
adanya komitmen bersama untuk memenangkan peperangan melawan covid 19 di pasar
besar. Ini penting, agar pasar besar kembali bersih, steril dan sehat. Sehingga
setelah tuntas, pasar besar dapat menggelar aktifitas ekonomi masyarakat
kembali dengan situasi yang tetap menjaga protokol kesehatan. Menjaga jarak,
mencuci tangan, memakai masker dan tetap menjaga kebersihan.

Baca Juga :  Pemda Diharapkan Segera Menjalankan Bebas Pasung

Dengan kerjasama antara Pemko dengan
pedagang pasar ini, harapannya kedepan pasar tidak menjadi klaster penularan
penyakit apapun. Higienis, sehat dan makmur, tidak kalah dengan pasar modern
yang terang, ber AC dan rapi.

 

Solusi Masadepan

Dibalik pandemi covid 19 di klaster
pasar besar, yang jamak di seluruh pasar tradisional di Indonesia. Kita perlu
menyiapkan  pasar menjadi tempat yang
nyaman, bersih, higienis dan sehat. Hal ini penting agar kesehatan masyarakat
terjaga dari bentuk penyakit menular apapun.

Salah satu solusi yang perlu dilakukan
adalah perlunya revitalisasi pasar tradisonal ke era digital kekinian atau
biasa disebut era 4.0. Khusus di Palangka Raya, kota ini perlu berbenah menata
pasar menjadi pasar tradisional masadepan, Pasar 4.0. Kita perlu optimis akan
hal ini dan saya yakin Pemko sangat bisa.

Tren 4.0 adalah tren otomasi dan
otomasi dalam industri, melalui pertukaran data terkini menggunakan teknologi.
Secara sederhana, Pasar 4.0 nantinya adalah pasar yang dapat diakses secara
mudah dari ponsel pribadi untuk membeli kebutuhan sehari hari, makanan pokok,
sayur dan lainya.

Di Palangka Raya, benih Pasar 4.0
sebenarnya sudah ada, dalam postingan instagram Walikota Fairid Naparin bulan
April 2020 lalu telah di lakukan upaya perubahan pasar ke arah era 4.0. Yaitu
UPT Pasar Kahayan membuka On Line Shop. Dari gambar tersebut terlihat
sosialisasi, agar belanja online supaya dapat membantu memutus penyebaran covid
-19. Dalam poster itu, yang dipasarkan adalah macam macam kebutuhan pokok, ada
Sembaki, sayuran, daging dan aneka bumbu. Buka setiap hari dari pukul 06.00
hinga pukul 12.00 saja.

Sebelumnya, Sejalah dengan Walikota,
Ketua DPRD Sigit K Yulianto juga mengatakan penjualan online menjadi solusi
untuk memutus rantai penyebaran covid di Palangka Raya. Hal ini berkaca dari
klaster pasar besar.

Kembali ke postingan Walikota, saya
membaca banyak komentar positif dan negatif. Saya cukup tertarik dengan potensi
ini, dan mencoba menelusuri seperti apa online shop nya dan mencoba mengakses
pembelian.

Baca Juga :  Di Tengah Banjir, Bupati Salurkan Bantuan kepada Warga Aruta

Hasilnya, memang belum memuaskan,
masih ada beberapa kelemahan. Pertama, tidak ada aplikasi yang disediakan oleh
UPT Pasar Kahayan sebagai operator. Di Jakarta, Perusahaan Daerah Pasar Jaya
mempunyai aplikasi dimana masyarakat bisa melihat, update harga, stok barang,
jasa kurir serta proses transaksi secara online. Namun di UPT Kayahan ini,
masih manual interaksi via telepon biasa.

Kedua, prosedur tidak simpel karena
pembeli tidak mengetahui display harga, sehingga perlu menawar dulu yang hal
tersebut membutuhkan waktu. Ketiga, kurir dan ongkos kirim menjadi beban
tersendiri bagi pembeli dan ditakutkan harga menjadi lebih mahal, ini
pertanyaan dari masyarakat yang ikut komentar di postingan walikota. Keempat,
alur dan proses jual beli komodisi kurang jelas dan belum sederhana. Kelima,
masyarakat juga belum banyak mengetahui dan beralih ke jual beli online
keutuhan pokok dari Pasar.

Sehingga kesimpulannya, sistem online
ini hanya sekedar himbauan tetapi belum menjadi sistem aplikasi pasar 4.0 yang
membantu pembeli seperti pembelian makanan secara daring, go food misalnya.

Untuk itu, kedepan, Pemko perlu serius
mengembangkan online Shop Pasar Kahayan ini dan juga pasar lainya. Contohnya
sudah ada, PD Pasar Jaya Jakarta. Memang untuk mencapai kearah sana, menuju
Pasar tradisional 4.0 yang hiegienis tentunya, perlu disiapkan beberapa
langkah.

Pertama, membuat data base pedagang
dan komoditi. Hal ini penting untuk kontak person, display barang, tampilan
harga dan update stock barang. Kedua, perlu operator atau aplikasi yang dalam
hal ini dapat dibuat oleh UPT, sehingga tarjadi hubungan langsung dan interaksi
antara penjual dan pembeli. Ketiga, setelah produksi atau komiditi tersedia,
siapkan proses distribusi atau kurir dengan beberapa pilihan yang mudah.
Misalnya melalui ojek. Keempat, perlunya pembuatan model transaksi non tunai.
Bank Kalteng memungkinkan untuk digandeng sebagai mitra UPT. Kelima, perlunya
sosialisasi dan pemasaran ke masyarakat secara masif aplikasi pasar 4.0 kota
cantik ini.

Akhirnya, saya rasa ini momentum yang
baik, Pemko sudah ada inisiatif, DPRD sudah menyetujui, tinggal penguatan UPT,
pembuatan aplikasi dan macam macamnya untuk menuju Pasar 4.0 di Palangka Raya,
bukan hanya UPT Kahayan tetapi juga Pasar Besar.

Jika serius, maka ini menjadi solusi
penyebaran covid ataupun pandemi lainya dalam jangka panjang kedepan. Selain
itu, hal ini dapat merubah budaya yang lebih sehat menjaga jarak interaksi dan
transaksi ekonomi memanfaatkan teknologi. Toh ini sudah jamannya. Apalagi
Palangka Raya sebagai kota cantik sudah mendeklarasikan diri sebagai kota
pintar, Smart City.

Semoga berhasil. (*)

PANDEMI
Covid
19 di Kota Palangka Raya terus bertambah, terbaru dari klaster Pasar Besar
berjumlah 73 orang. Solusi untuk memutus rantai penularan Covid, maka Pasar
tersebut akan ditutup dan di sterilisasi oleh Pemerintah Kota. Sempat terjadi
perdebatan, bahkan penolakan pedagang pasar, namun selesai dengan kesepakatan
‘gotong royong’ dari mediasi dengan Walikota, Fairid Naparin.

Bukan hanya di Kota Cantik ini,
klaster pasar merupakan masalah di hampir seluruh kota di Indonesia. Pasar di
Kota Banjarmasin juga menjadi klaster tersbesar penularan covid 19, lebih dari
250 orang. DI Jawa, Pasar Peterongan Kota Semarang, ditutup oleh Walikota
karena ditemukan klaster baru yang masif. Di Jawa Barat, Gubernur Ridwan Kamil
mempiroritaskan rapid swab di seluruh pasar. Sayangnya di Jawa Barat, ada fakta
menyedihkan petugas kesehatan yang akan tes rapid covid 19, diusir oleh
pedagang pasar. 

Klaster pasar ini memang muncul di
mayoritas pasar setelah dilakukan tes masif oleh seluruh pemerintah daerah.
Beberapa penyebab terjadinya penularan yang masif di Pasar karena pedagang dan
pembeli tidak mematuhi protokol kesehatan dari pemerintah. Tidak menjaga jarak,
tidak memakai masker, tidak mencuci tangan, tidak memakai kaos tangan dan
segala jenis kebiasaan pada umumnya yang dapat menyebabkan penularan. Seperti
penularan melalui media uang cash, plastik, atau bahkan komoditi yang dijual di
pasar.

Selain itu kondisi pasar tradisional
memang memprihatinkan. Sebagai pusat ekonomi rakyat, pasar kadang kurang
diperhatikan. Akibatnya, mayoritas pasar tradisional mempunyai penampakan yang
tidak enak dilihat. Kumuh, gelap, bau dan tidak beraturan. Walaupun sudah
disusun rapi, namun tetap saja ada pedagang yang menggelar dagangannya secara
tumpah. Bahkan ada pasar tumpah sendiri malam hari yang juga sulit ditertibkan.
Jalan antar kios juga biasanya sempit, sehingga kadang pembeli selalu
berdesakan, bersentuhan dalam proses mencari kebutuhan di pasar.

Di Palangka Raya, Pasar Kahayan
mempunyai tampilan yang berbeda dengan pasar besar, penataan di Pasar Kahayan
lebih rapi dan bersih. Saya sering membeli ikan dan sayur lebih suka ke Pasar
Kahayan daripada pasar besar. Karena lebih bersih, daripada pasar besar yang
kurang rapi dan bersih. Bahkan pada pagi hari banyak yang berjualan sayur di jalan
jawa. Pada malam hari, pasar besar memang menjadi area penjualan antara
pedagang besar dari kebun langsung dengan para tengkulak atau pengecer.
Biasanya sampai subuh. Pasar tumpahini tak luput dari pengaturan pemko Palangka
Raya dengan pemberian kotak jarak antar pedagang.

Klaster covid 19 di pasar besar
Palangka Raya memang harus segera di selesaikan. Diputus rantai penularannya.
Langkah Pemko dengan upaya mensterilkan pasar besar adalah langkah tepat.
Dukungan pedagang pasar melalui asosiasi pedagang pasar juga menjadi parameter
adanya komitmen bersama untuk memenangkan peperangan melawan covid 19 di pasar
besar. Ini penting, agar pasar besar kembali bersih, steril dan sehat. Sehingga
setelah tuntas, pasar besar dapat menggelar aktifitas ekonomi masyarakat
kembali dengan situasi yang tetap menjaga protokol kesehatan. Menjaga jarak,
mencuci tangan, memakai masker dan tetap menjaga kebersihan.

Baca Juga :  Pemda Diharapkan Segera Menjalankan Bebas Pasung

Dengan kerjasama antara Pemko dengan
pedagang pasar ini, harapannya kedepan pasar tidak menjadi klaster penularan
penyakit apapun. Higienis, sehat dan makmur, tidak kalah dengan pasar modern
yang terang, ber AC dan rapi.

 

Solusi Masadepan

Dibalik pandemi covid 19 di klaster
pasar besar, yang jamak di seluruh pasar tradisional di Indonesia. Kita perlu
menyiapkan  pasar menjadi tempat yang
nyaman, bersih, higienis dan sehat. Hal ini penting agar kesehatan masyarakat
terjaga dari bentuk penyakit menular apapun.

Salah satu solusi yang perlu dilakukan
adalah perlunya revitalisasi pasar tradisonal ke era digital kekinian atau
biasa disebut era 4.0. Khusus di Palangka Raya, kota ini perlu berbenah menata
pasar menjadi pasar tradisional masadepan, Pasar 4.0. Kita perlu optimis akan
hal ini dan saya yakin Pemko sangat bisa.

Tren 4.0 adalah tren otomasi dan
otomasi dalam industri, melalui pertukaran data terkini menggunakan teknologi.
Secara sederhana, Pasar 4.0 nantinya adalah pasar yang dapat diakses secara
mudah dari ponsel pribadi untuk membeli kebutuhan sehari hari, makanan pokok,
sayur dan lainya.

Di Palangka Raya, benih Pasar 4.0
sebenarnya sudah ada, dalam postingan instagram Walikota Fairid Naparin bulan
April 2020 lalu telah di lakukan upaya perubahan pasar ke arah era 4.0. Yaitu
UPT Pasar Kahayan membuka On Line Shop. Dari gambar tersebut terlihat
sosialisasi, agar belanja online supaya dapat membantu memutus penyebaran covid
-19. Dalam poster itu, yang dipasarkan adalah macam macam kebutuhan pokok, ada
Sembaki, sayuran, daging dan aneka bumbu. Buka setiap hari dari pukul 06.00
hinga pukul 12.00 saja.

Sebelumnya, Sejalah dengan Walikota,
Ketua DPRD Sigit K Yulianto juga mengatakan penjualan online menjadi solusi
untuk memutus rantai penyebaran covid di Palangka Raya. Hal ini berkaca dari
klaster pasar besar.

Kembali ke postingan Walikota, saya
membaca banyak komentar positif dan negatif. Saya cukup tertarik dengan potensi
ini, dan mencoba menelusuri seperti apa online shop nya dan mencoba mengakses
pembelian.

Baca Juga :  Di Tengah Banjir, Bupati Salurkan Bantuan kepada Warga Aruta

Hasilnya, memang belum memuaskan,
masih ada beberapa kelemahan. Pertama, tidak ada aplikasi yang disediakan oleh
UPT Pasar Kahayan sebagai operator. Di Jakarta, Perusahaan Daerah Pasar Jaya
mempunyai aplikasi dimana masyarakat bisa melihat, update harga, stok barang,
jasa kurir serta proses transaksi secara online. Namun di UPT Kayahan ini,
masih manual interaksi via telepon biasa.

Kedua, prosedur tidak simpel karena
pembeli tidak mengetahui display harga, sehingga perlu menawar dulu yang hal
tersebut membutuhkan waktu. Ketiga, kurir dan ongkos kirim menjadi beban
tersendiri bagi pembeli dan ditakutkan harga menjadi lebih mahal, ini
pertanyaan dari masyarakat yang ikut komentar di postingan walikota. Keempat,
alur dan proses jual beli komodisi kurang jelas dan belum sederhana. Kelima,
masyarakat juga belum banyak mengetahui dan beralih ke jual beli online
keutuhan pokok dari Pasar.

Sehingga kesimpulannya, sistem online
ini hanya sekedar himbauan tetapi belum menjadi sistem aplikasi pasar 4.0 yang
membantu pembeli seperti pembelian makanan secara daring, go food misalnya.

Untuk itu, kedepan, Pemko perlu serius
mengembangkan online Shop Pasar Kahayan ini dan juga pasar lainya. Contohnya
sudah ada, PD Pasar Jaya Jakarta. Memang untuk mencapai kearah sana, menuju
Pasar tradisional 4.0 yang hiegienis tentunya, perlu disiapkan beberapa
langkah.

Pertama, membuat data base pedagang
dan komoditi. Hal ini penting untuk kontak person, display barang, tampilan
harga dan update stock barang. Kedua, perlu operator atau aplikasi yang dalam
hal ini dapat dibuat oleh UPT, sehingga tarjadi hubungan langsung dan interaksi
antara penjual dan pembeli. Ketiga, setelah produksi atau komiditi tersedia,
siapkan proses distribusi atau kurir dengan beberapa pilihan yang mudah.
Misalnya melalui ojek. Keempat, perlunya pembuatan model transaksi non tunai.
Bank Kalteng memungkinkan untuk digandeng sebagai mitra UPT. Kelima, perlunya
sosialisasi dan pemasaran ke masyarakat secara masif aplikasi pasar 4.0 kota
cantik ini.

Akhirnya, saya rasa ini momentum yang
baik, Pemko sudah ada inisiatif, DPRD sudah menyetujui, tinggal penguatan UPT,
pembuatan aplikasi dan macam macamnya untuk menuju Pasar 4.0 di Palangka Raya,
bukan hanya UPT Kahayan tetapi juga Pasar Besar.

Jika serius, maka ini menjadi solusi
penyebaran covid ataupun pandemi lainya dalam jangka panjang kedepan. Selain
itu, hal ini dapat merubah budaya yang lebih sehat menjaga jarak interaksi dan
transaksi ekonomi memanfaatkan teknologi. Toh ini sudah jamannya. Apalagi
Palangka Raya sebagai kota cantik sudah mendeklarasikan diri sebagai kota
pintar, Smart City.

Semoga berhasil. (*)

Terpopuler

Artikel Terbaru