32 C
Jakarta
Wednesday, June 4, 2025

Nangis Tes

Ada daerah yang sampai
kewalahan. Sampai minta bantuan mobil tes Covid-19 dari Gugus Tugas Nasional.
Pun setelah mobil didapat, rebutan yang terjadi.

Tapi ada daerah yang justru
khawatir kekurangan sampel yang perlu dites.

Daerah itu pernah menjadi nomor
7 nasional terbanyak penderita Covid-19 nya: Sumatera Barat.

Kabar baru mengenai besarnya
kapasitas tes di Sumbar itu sampai ke telinga pusat.

”Sampai Jenderal Doni Monardo
menghubungi kami. Apakah kami bisa membantu daerah lain,” ujar Dokter Andani
Eka Putra. Ia adalah Kepala Laboratorium Pusat Diasnostik dan Riset Penyakit
Infeksi Universitas Andalas, Padang.

Dokter Andani itulah yang
menemukan metode pool test yang hebat
ini. (Lihat Disway Tirani Minoritas).

Sejak penemuan itu diterapkan
di lab. Universitas Andalas, kemampuan laboratorium di Unand meningkat drastis.
Dari hanya 200 sampel sehari menjadi 1.570 per hari.

Berkat penemuan itu, di Sumbar,
sudah lebih 26.748 orang orang yang dites. Kalau dibanding dengan jumlah
penduduknya sudah mencapai 0,5 persen. Jauh di atas angka nasional. 

Sumbar juga sudah bisa
melakukan tes untuk klaster yang dianggap rawan. Misalnya Pasar Raya Padang. Di
situlah penderita pertama Covid-19 ditemukan di Padang. 

Seisi pasar itu kini dalam
proses dites semua. Akan mencapai 8.000 orang.

Untuk kapasitas baru lab di
Unand itu hanya pekerjaan lima hari.

Baca Juga :  Dewan Dukung Pengembangan Ternak Itik di Kalteng

Demikian juga semua ODP dan PDP
bisa dites dengan cepat. Semuanya. Pun bukan hanya dengan rapid
test
. Tapi tes yang sebenarnya. 

”Misi semua lab seharusnya
adalah memutus rantai penularan. Bukan hanya ikut mengatasi penderita,” kata
Dokter Andani.

Rantai terdekat penularan itu
adalah ODP dan PDP. Ditambah orang yang positif tapi tanpa gejala Covid-19.

Berkat metode Andani itu sampel
dari Padang sendiri kini sudah menipis. Gubernur Sumbar Prof. Irwan
Prayitno pun menyasar ke kabupaten-kabupaten di luar Padang.

Metode baru seperti apa sih
yang dilakukan dr. Andani? Bagaimana praktek yang dilakukan di lab pimpinan dr.
Andani itu? Sampai kapasitasnya bisa naik begitu drastis?

Dokter Andani melakukan ini:
tiap lima sampel dijadikan satu. Lalu dites. Kalau hasilnya negatif berarti
lima sampel cukup dites sekali. Barulah kalau hasilnya positif dicari botol
yang mana yang positif itu.

”Biaya tes juga menjadi turun
drastis. Bisa turun 70 persen,” ujar Dokter Andani.

Di lab Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas itu bekerja 55 orang. Kebanyakan mahasiswa kedokteran tahap
akhir di sana. 

Peningkatan kapasitas tes itu
tidak memerlukan tambahan peralatan apa pun. Semuanya sama. Hanya metodenya
saja yang berbeda. 

Berarti lab yang lain bisa
meniru?

”Bisa sekali,” tegasnya dokter
Andani.

Baca Juga :  Jalan Itu Sudah Tak Berbau

”Boleh?” 

”Boleh sekali. Ini kan untuk
kepentingan nasional,” jawabnya. 

Untuk bisa mengerjakan itu,
katanya, yang diperlukan hanya militansi dan jiwa mengabdi. Dua-duanya memang
ada di dokter Andani. Ia adalah aktivis mahasiswa. Ketika sudah jadi dokter ia
tetap aktivis. Sikap militan adalah jiwa seorang aktivis. 

Ia juga pengabdi. Pasien yang
datang ke tempat prakteknya boleh tidak membayar. Karena itu praktek dokternya
ramai sekali. Sampai larut malam.

Ia juga menolak diberi
penghargaan sebagai dosen teladan. Ia merasa belum banyak yang ia perbuat.

Tapi dengan penemuannya ini
rasanya ia sangat layak untuk mendapat penghargaan. Soal ia tidak mau menerima
biarlah itu menjadi sikap mulianya.

Dokter Andani kini juga sudah
menyelesaikan karya tulisnya. Terkait dengan terobosan yang ia temukan itu.
Dalam bahasa Inggris. Sudah siap dikirim ke jurnal internasional. 

Jadi apakah permintaan ketua
Gugus Tugas Nasional tadi bisa dipenuhi?

”Kami siap membantu daerah
lain. Silakan kirim sampel ke Padang,” katanya.

Berapa lama tes itu memberikan
hasil?

”Paling lama 24 jam,” katanya.

Silakanlah.

Saya agak telat menulis ini.
Padahal Dokter Andani sudah memberi tahu saya setelah lebaran lalu. 

Maka sayalah yang salah kalau
sampai ada kepala daerah yang marah-marah –plus nangis-nangis– karena rebutan
mobil tes.(Dahlan Iskan)

 

Ada daerah yang sampai
kewalahan. Sampai minta bantuan mobil tes Covid-19 dari Gugus Tugas Nasional.
Pun setelah mobil didapat, rebutan yang terjadi.

Tapi ada daerah yang justru
khawatir kekurangan sampel yang perlu dites.

Daerah itu pernah menjadi nomor
7 nasional terbanyak penderita Covid-19 nya: Sumatera Barat.

Kabar baru mengenai besarnya
kapasitas tes di Sumbar itu sampai ke telinga pusat.

”Sampai Jenderal Doni Monardo
menghubungi kami. Apakah kami bisa membantu daerah lain,” ujar Dokter Andani
Eka Putra. Ia adalah Kepala Laboratorium Pusat Diasnostik dan Riset Penyakit
Infeksi Universitas Andalas, Padang.

Dokter Andani itulah yang
menemukan metode pool test yang hebat
ini. (Lihat Disway Tirani Minoritas).

Sejak penemuan itu diterapkan
di lab. Universitas Andalas, kemampuan laboratorium di Unand meningkat drastis.
Dari hanya 200 sampel sehari menjadi 1.570 per hari.

Berkat penemuan itu, di Sumbar,
sudah lebih 26.748 orang orang yang dites. Kalau dibanding dengan jumlah
penduduknya sudah mencapai 0,5 persen. Jauh di atas angka nasional. 

Sumbar juga sudah bisa
melakukan tes untuk klaster yang dianggap rawan. Misalnya Pasar Raya Padang. Di
situlah penderita pertama Covid-19 ditemukan di Padang. 

Seisi pasar itu kini dalam
proses dites semua. Akan mencapai 8.000 orang.

Untuk kapasitas baru lab di
Unand itu hanya pekerjaan lima hari.

Baca Juga :  Dewan Dukung Pengembangan Ternak Itik di Kalteng

Demikian juga semua ODP dan PDP
bisa dites dengan cepat. Semuanya. Pun bukan hanya dengan rapid
test
. Tapi tes yang sebenarnya. 

”Misi semua lab seharusnya
adalah memutus rantai penularan. Bukan hanya ikut mengatasi penderita,” kata
Dokter Andani.

Rantai terdekat penularan itu
adalah ODP dan PDP. Ditambah orang yang positif tapi tanpa gejala Covid-19.

Berkat metode Andani itu sampel
dari Padang sendiri kini sudah menipis. Gubernur Sumbar Prof. Irwan
Prayitno pun menyasar ke kabupaten-kabupaten di luar Padang.

Metode baru seperti apa sih
yang dilakukan dr. Andani? Bagaimana praktek yang dilakukan di lab pimpinan dr.
Andani itu? Sampai kapasitasnya bisa naik begitu drastis?

Dokter Andani melakukan ini:
tiap lima sampel dijadikan satu. Lalu dites. Kalau hasilnya negatif berarti
lima sampel cukup dites sekali. Barulah kalau hasilnya positif dicari botol
yang mana yang positif itu.

”Biaya tes juga menjadi turun
drastis. Bisa turun 70 persen,” ujar Dokter Andani.

Di lab Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas itu bekerja 55 orang. Kebanyakan mahasiswa kedokteran tahap
akhir di sana. 

Peningkatan kapasitas tes itu
tidak memerlukan tambahan peralatan apa pun. Semuanya sama. Hanya metodenya
saja yang berbeda. 

Berarti lab yang lain bisa
meniru?

”Bisa sekali,” tegasnya dokter
Andani.

Baca Juga :  Jalan Itu Sudah Tak Berbau

”Boleh?” 

”Boleh sekali. Ini kan untuk
kepentingan nasional,” jawabnya. 

Untuk bisa mengerjakan itu,
katanya, yang diperlukan hanya militansi dan jiwa mengabdi. Dua-duanya memang
ada di dokter Andani. Ia adalah aktivis mahasiswa. Ketika sudah jadi dokter ia
tetap aktivis. Sikap militan adalah jiwa seorang aktivis. 

Ia juga pengabdi. Pasien yang
datang ke tempat prakteknya boleh tidak membayar. Karena itu praktek dokternya
ramai sekali. Sampai larut malam.

Ia juga menolak diberi
penghargaan sebagai dosen teladan. Ia merasa belum banyak yang ia perbuat.

Tapi dengan penemuannya ini
rasanya ia sangat layak untuk mendapat penghargaan. Soal ia tidak mau menerima
biarlah itu menjadi sikap mulianya.

Dokter Andani kini juga sudah
menyelesaikan karya tulisnya. Terkait dengan terobosan yang ia temukan itu.
Dalam bahasa Inggris. Sudah siap dikirim ke jurnal internasional. 

Jadi apakah permintaan ketua
Gugus Tugas Nasional tadi bisa dipenuhi?

”Kami siap membantu daerah
lain. Silakan kirim sampel ke Padang,” katanya.

Berapa lama tes itu memberikan
hasil?

”Paling lama 24 jam,” katanya.

Silakanlah.

Saya agak telat menulis ini.
Padahal Dokter Andani sudah memberi tahu saya setelah lebaran lalu. 

Maka sayalah yang salah kalau
sampai ada kepala daerah yang marah-marah –plus nangis-nangis– karena rebutan
mobil tes.(Dahlan Iskan)

 

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutnya

Terpopuler

Artikel Terbaru