32.9 C
Jakarta
Sunday, April 20, 2025

Tiba-Tiba Pemilu

Tiba-tiba akan ada pemilihan umum
di Singapura. Juli bulan depan. Alasannya: di masa sulit ini –akibat pandemi
virus seperti ini– perlu jaminan kestabilan politik. Terutama bagi para
investor.

Alasan itu bisa sungguh-sungguh.
Bisa juga dicari-cari. Yang jelas di tengah wabah seperti ini siapa yang mau
mikir politik. Rasanya rakyat masa bodo dengan politik. Rakyat lagi punya
kesibukan sendiri: menjaga diri masing-masing.

Kalau pemerintah mengadakan
pemilu di masa seperti ini pasti ada tujuannya: agar tidak ada lawan yang
muncul.

Pun kalau ada oposisi akan sulit
memasarkan diri. Kan pergerakan manusia lagi dibatasi.

Partai penguasa Singapura pintar
memanfaatkan keadaan ini. Kekuasaan harus diperpanjang –sepanjang-panjangnya.
Kan ”baru” 60 tahun. Bisa tambah 10 tahun lagi. Atau berapa pun.

Pandemi Covid-19 membuat
pemerintah Singapura sangat pede –di bidang politik. Ancaman dari dua adik
perdana menteri boleh dikata tenggelam oleh pandemi. Tiga bersaudara keturunan
Lee Kuan Yew itu memang belum rukun. Tapi Covid-19 mendinginkan perang keluarga
ini.

Dua hari lalu Perdana Menteri 3G
Singapura, Lee Hsien Loong, tampil di TV. Anak sulung Lee Kuan Yew itu
menguraikan perlunya stabilitas politik itu. Ia bilang betapa sulitnya ekonomi
akibat pandemi ini. Berarti usaha untuk membangkitkannya juga harus sangat
khusus.

Baca Juga :  Pers Jendela Informasi Utama Bagi Masyarakat

Maka perlu dikaji apa saja yang
diperlukan untuk membangkitkan ekonomi Singapura itu. Salah satunya: mengharap
investasi yang lebih besar. Maka iklim investasi harus baik.

Hampir dapat dipastikan partai penguasa
ini akan menang telak lagi.

Roadmap menuju
Pemilu dadakan itu harus sudah dimulai dua-tiga hari lagi. Pekerjaan pertama:
partai menugaskan Presiden Singapura untuk membubarkan parlemen. Agar pemilu
bisa segera digelar.

Tentu tidak akan ada kampanye.
Dengan alasan pandemi. Tapi pemerintah tetap bisa kampanye secara terselubung.
Melalui keterangan-keterangan pemerintah seperti yang sudah terjadi itu.

Cara pemungutan suara pun sudah
diatur. Jam nyoblos dibagi-bagi. Orang-orang tua harus nyoblos di pagi hari.
Jumlah TPS juga akan ditambah. Agar prinsip jaga jarak bisa terpenuhi –tidak
terjadi antrean.

Yang perlu dicatat: Lee Hsien
Loong tetap pada pendiriannya. Hasil pemilu ini akan membuat ia meletakkan
jabatan. Ia akan menyerahkan kepemimpinan ke 4G: Heng Swee Keat. Yang sekarang
menjabat Wakil PM. 

Sudah setahun lamanya nama itu
dimasukkan test the water. Sejak setahun lalu orang
Singapura tahu: itulah calon pemimpin baru mereka. Bukan dari keluarga Lee
lagi.

Ternyata tes itu seperti tidak
ada gunanya. Pandemi Covid-19 membuat rakyat tidak punya waktu mempersoalkan
calon itu. Rakyat sudah sangat lelah memikirkan nasibnya sendiri.

Baca Juga :  Habaib, Alim Ulama dan Rakhman Ebol Doakan Kemenangan Rudini-Samsudin

Lee Hsien Loong –yang menjadi
perdana menteri sejak 2004– tentu akan punya jabatan baru: mungkin menteri
senior.

Sayangnya masa jabatan sepanjang
16 tahun itu harus berakhir di masa pandemi. Bahkan sebelum wabah pun sudah
ditandai dengan sengketa terbuka dengan kedua adiknya. 

Rakyat Singapura juga tidak
sempat menilai: apakah pemerintahannya gagal atau berhasil menangani pandemi.

Dari segi jumlah yang mati boleh
dibilang berhasil. Tapi dari jumlah yang tertular mestinya memalukan. 

Kok Singapura kalah hebat dengan
Indonesia. Penduduknya hanya 5 juta. Yang terkena Covid-19 mencapai 36.000
lebih. Padahal Indonesia yang berpenduduk 250 juta saja penderitanya kurang
dari 25.000. 

Tingginya penderita Covid-19 di
Singapura itu sekaligus menyingkap borok: di negara berpenduduk 5 juta itu
punya tenaga kerja asingnya 1,2 juta. Yang 350.000 di antaranya buruh kasar.
Dari Bangladesh, India, atau Myanmar. Mereka inilah yang terbanyak tertular.
Akibat kondisi asrama buruh yang tidak sehat. 

Tentu Singapura tidak perlu cari
pinjaman. Cadangan devisanya mencapai satu triliun dolar –10 kali lipat
cadangan devisa kita. 

Cadangan itulah yang dipakai
untuk mengatasi wabah Covid-19. Cukup dengan hanya mengambil 10
persennya. 

Bagi Singapura, New Normal adalah
New Leader. (Dahlan Iskan)

Tiba-tiba akan ada pemilihan umum
di Singapura. Juli bulan depan. Alasannya: di masa sulit ini –akibat pandemi
virus seperti ini– perlu jaminan kestabilan politik. Terutama bagi para
investor.

Alasan itu bisa sungguh-sungguh.
Bisa juga dicari-cari. Yang jelas di tengah wabah seperti ini siapa yang mau
mikir politik. Rasanya rakyat masa bodo dengan politik. Rakyat lagi punya
kesibukan sendiri: menjaga diri masing-masing.

Kalau pemerintah mengadakan
pemilu di masa seperti ini pasti ada tujuannya: agar tidak ada lawan yang
muncul.

Pun kalau ada oposisi akan sulit
memasarkan diri. Kan pergerakan manusia lagi dibatasi.

Partai penguasa Singapura pintar
memanfaatkan keadaan ini. Kekuasaan harus diperpanjang –sepanjang-panjangnya.
Kan ”baru” 60 tahun. Bisa tambah 10 tahun lagi. Atau berapa pun.

Pandemi Covid-19 membuat
pemerintah Singapura sangat pede –di bidang politik. Ancaman dari dua adik
perdana menteri boleh dikata tenggelam oleh pandemi. Tiga bersaudara keturunan
Lee Kuan Yew itu memang belum rukun. Tapi Covid-19 mendinginkan perang keluarga
ini.

Dua hari lalu Perdana Menteri 3G
Singapura, Lee Hsien Loong, tampil di TV. Anak sulung Lee Kuan Yew itu
menguraikan perlunya stabilitas politik itu. Ia bilang betapa sulitnya ekonomi
akibat pandemi ini. Berarti usaha untuk membangkitkannya juga harus sangat
khusus.

Baca Juga :  Pers Jendela Informasi Utama Bagi Masyarakat

Maka perlu dikaji apa saja yang
diperlukan untuk membangkitkan ekonomi Singapura itu. Salah satunya: mengharap
investasi yang lebih besar. Maka iklim investasi harus baik.

Hampir dapat dipastikan partai penguasa
ini akan menang telak lagi.

Roadmap menuju
Pemilu dadakan itu harus sudah dimulai dua-tiga hari lagi. Pekerjaan pertama:
partai menugaskan Presiden Singapura untuk membubarkan parlemen. Agar pemilu
bisa segera digelar.

Tentu tidak akan ada kampanye.
Dengan alasan pandemi. Tapi pemerintah tetap bisa kampanye secara terselubung.
Melalui keterangan-keterangan pemerintah seperti yang sudah terjadi itu.

Cara pemungutan suara pun sudah
diatur. Jam nyoblos dibagi-bagi. Orang-orang tua harus nyoblos di pagi hari.
Jumlah TPS juga akan ditambah. Agar prinsip jaga jarak bisa terpenuhi –tidak
terjadi antrean.

Yang perlu dicatat: Lee Hsien
Loong tetap pada pendiriannya. Hasil pemilu ini akan membuat ia meletakkan
jabatan. Ia akan menyerahkan kepemimpinan ke 4G: Heng Swee Keat. Yang sekarang
menjabat Wakil PM. 

Sudah setahun lamanya nama itu
dimasukkan test the water. Sejak setahun lalu orang
Singapura tahu: itulah calon pemimpin baru mereka. Bukan dari keluarga Lee
lagi.

Ternyata tes itu seperti tidak
ada gunanya. Pandemi Covid-19 membuat rakyat tidak punya waktu mempersoalkan
calon itu. Rakyat sudah sangat lelah memikirkan nasibnya sendiri.

Baca Juga :  Habaib, Alim Ulama dan Rakhman Ebol Doakan Kemenangan Rudini-Samsudin

Lee Hsien Loong –yang menjadi
perdana menteri sejak 2004– tentu akan punya jabatan baru: mungkin menteri
senior.

Sayangnya masa jabatan sepanjang
16 tahun itu harus berakhir di masa pandemi. Bahkan sebelum wabah pun sudah
ditandai dengan sengketa terbuka dengan kedua adiknya. 

Rakyat Singapura juga tidak
sempat menilai: apakah pemerintahannya gagal atau berhasil menangani pandemi.

Dari segi jumlah yang mati boleh
dibilang berhasil. Tapi dari jumlah yang tertular mestinya memalukan. 

Kok Singapura kalah hebat dengan
Indonesia. Penduduknya hanya 5 juta. Yang terkena Covid-19 mencapai 36.000
lebih. Padahal Indonesia yang berpenduduk 250 juta saja penderitanya kurang
dari 25.000. 

Tingginya penderita Covid-19 di
Singapura itu sekaligus menyingkap borok: di negara berpenduduk 5 juta itu
punya tenaga kerja asingnya 1,2 juta. Yang 350.000 di antaranya buruh kasar.
Dari Bangladesh, India, atau Myanmar. Mereka inilah yang terbanyak tertular.
Akibat kondisi asrama buruh yang tidak sehat. 

Tentu Singapura tidak perlu cari
pinjaman. Cadangan devisanya mencapai satu triliun dolar –10 kali lipat
cadangan devisa kita. 

Cadangan itulah yang dipakai
untuk mengatasi wabah Covid-19. Cukup dengan hanya mengambil 10
persennya. 

Bagi Singapura, New Normal adalah
New Leader. (Dahlan Iskan)

Terpopuler

Artikel Terbaru