29.4 C
Jakarta
Tuesday, October 8, 2024

Menjadi ASN Produktif di Saat Pandemi

BERBICARA tentang dunia ASN tentu saja selalu menarik untuk dibahas
dan didiskusikan. Mengapa tidak? Hingga per Desember 2019, menurut data
statistik ASN yang dirilis oleh Badan Kepegawaian Negara, jumlah PNS di
Indonesia mencapai angka 4.189.121.

Tentu saja angka tersebut bukan
angka yang sedikit. Apalagi di era revolusi industri 4.0, PNS dituntut memiliki
kemampuan untuk memenuhi tuntutan serta memberikan respon terhadap beraneka
ragam perubahan yang terjadi. Ya tentu saja, tujuan akhirnya adalah menciptakan
birokrasi berkelas dunia 2024 sehingga nanti pada tahun 2024 ASN sudah harus
memiliki ciri-ciri SMART ASN yaitu berintegritas, nasionalisme,
profesionalisme, berwawasan global, menguasai IT dan bahasa asing, hospitality, networking dan entrepreneurship.

Sebetulnya hal ini bukanlah hal
yang baru. Presiden Joko Widodo dalam pidatonya pada Visi Indonesia di Sentul
International Convention Center pada 14 Juli 2019 telah mengatakan: “Tidak ada lagi pola pikir lama! Tidak ada
lagi kerja linier, tidak ada lagi kerja rutinitas, tidak ada lagi kerja
monoton, tidak ada lagi kerja di zona nyaman. Penyakit kita ada di situ. Kita
harus berubah! Kita harus berubah. Sekali lagi, kita harus berubah. Kita harus
membangun nilai-nilai baru dalam bekerja, menuntut kita harus cepat beradaptasi
dengan perkembangan zaman. Maka kita harus terus membangun Indonesia yang
adaptif, Indonesia yang produktif, dan Indonesia yang inovatif, Indonesia yang
kompetitif.”

Pidato Presiden tersebut,
mengisyaratkan bahwa ASN harus beranjak dari zona nyamannya selama ini, saatnya
bergerak maju agar Indonesia bisa bersaing dengan negara-negara tetangga
seperti Singapura dan Malaysia. Untuk itu, salah satu strategi Pemerintah dalam
mendukung terwujudnya SMART ASN dan birokrasi berkelas dunia adalah
pengembangan kapasitas.

Pengembangan kapasitas sebenarnya
dapat dilakukan mandiri oleh ASN, tanpa harus menunggu penugasan dari unit
pengelola kepegawaian untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan.

Ya, perlu kita akui bahwa
anggaran untuk pengembangan kapasitas bagi pegawai disebuah instansi pemerintah
masih belum cukup untuk mengakomodasi seluruh pegawai. Akan tetapi, hal
tersebut bukanlah menjadi sebuah alasan ASN tidak dapat mengembangkan kapasitas
dirinya.

Baca Juga :  PSKH Diterapkan Pemko Tidak Berbeda dengan PSBB

Seperti halnya disampaikan
Menteri Keuangan Sri Mulyani, beliau mengatakan “ASN harus mengubah mindset dan
perilaku agar bisa beradaptasi dengan revolusi Industri 4.0.”

Lantas bagaimana cara ASN
melakukan pengembangan kapasitas di kala pandemi?

Hampir 5 bulan sejak pertama kali
kasus covid 19 di umumkan masuk di Indonesia pada bulan maret lalu. Semenjak
itu pula, instansi pemerintah utamanya yang berada di Jakarta melalukan 2
mekanisme pola kerja yakni 50% pegawai melakukan work from home dan 50% pegawai
melakukan pegawai work from office.
Ini merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk menekan persebaran covid 19 di
Indonesia.

Dengan adanya pandemi covid 19,
ASN dituntut bekerja dengan menggunakan teknologi. Misal, rapat sering
dilakukan melalui platform digital seperti Zoom
Meeting
, Microsoft Team, dan
banyak lainnya.

Seperti yang kita tahu, beberapa
platform tersebut terdengar asing karena sebelumnya rapat selalu dilakukan
dengan bertatap muka secara langsung. Hingga pada akhirnya, kita “dipaksa” agar
dapat menggunakan platform tersebut.

Dengan beberapa “paksaan”
tersebut, sebenarnya secara tidak langsung seorang ASN melalukan
adaptasi-adaptasi terhadap keadaan yang terjadi. Secara tidak langsung pula,
ASN memiliki pengetahuan baru tentang penggunaan gadget dalam mendukung kinerja
ASN. Sebelumnya gadget hanya untuk berkomunikasi saja, ternyata bisa lho
digunakan untuk kerja. Ya, karena SMART ASN 2024 menekankan seorang ASN harus
menguasai IT.

Selain itu juga, pelayanan publik
pun saat ini bertransformasi menjadi pelayanan digital yang berbasis teknologi.
Jadi, bagaimana pelayanan bisa maksimal apabila ASN-nya sendiri gagap terhadap
teknologi.

Selain itu, perlu juga seorang
ASN memiliki sikap awareness terhadap
dirinya karena ia merasa bertanggung jawab atas kompetensi yang dimiliki
terutama dalam menunjang pekerjaannya. Contohnya peneliti. Seorang peneliti
tetap harus up to date terkait dengan
kepakarannya. Misalnya terkait dengan metode penelitian, metode analisis hingga
menyajikan hasil penelitian yang menarik.

Baca Juga :  Berdasarkan Survei Sugianto-Edy Unggul, Razak Minta Paslon, Tim Kampan

Banyak cara bagi ASN yang bisa
dilakukan untuk pengembangan kapasitas dirinya, misalnya saja mengikuti
webinar. Terlebih pada saat pandemi seperti saat ini, banyak instansi
pemerintah, NGO, maupun universitas melaksanakan webinar.

Webinar menjadi sebuah trend
kekinian di Indonesia sebagai salah satu cara sharing ilmu. Tentu saja kesempatan
untuk mengikuti webinar ini menjadi lebih mudah, karena kita tidak perlu datang
langsung ke tempat acara. Kita bisa mengikuti pada saat kita dirumah ataupun
dikantor asalkan memiliki jaringan internet di gadget yang kita miliki. Tidak
seperti dahulu, karena kita membutuhkan biaya yang cukup besar untuk mengikuti
seminar apalagi penyelenggaranya berbeda kota.

Cara lain yang dilakukan ASN
adalah memaksimalkan waktu dengan membaca buku. Apalagi, dengan sistem work from home ASN memiliki waktu
senggang yang bisa dimanfaatkan agar tetap produktif. Bagi soerang Jeni Karay (Papua Social Media Influencer), membaca
itu ibarat menambang. Semakin dalam, semakin banyak hal yang berharga didapati.
Mengapa hal ini penting ?

Karena menurut survei yang
dilakukan oleh organisasi pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan PBB
(UNESCO) tahun 2019, Indonesia menduduki peringkat 60 dari 61 negara di dunia
pada level literasi baca. Hal yang sangat memprihatikan tetapi juga harus bisa
menjadi semangat kita untuk lebih rajin membaca.

Pentingnya membaca bagi ASN pun
disampaikan oleh Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) Bima Haria Wibisana.
Dalam sebuah kesempatan webinar, Kepala BKN menyampaikan penting ASN melakukan
pengembangan diri secara mandiri atau self
development
seperti yang dicontohkan dia  mengalokasikan waktu 2 jam perhari untuk
membaca buku dan mempelejari hal-hal yang baru. Untuk itu, bukan hal yang tidak
mungkin kita akan bisa mewujudkan SMART ASN dan birokrasi berkelas dunia pada
tahun 2024.***

(Penulis adalah ASN pada Pusat
Inovasi Manajemen Pengembangan Kompetensi ASN, Lembaga Administrasi Negara)

BERBICARA tentang dunia ASN tentu saja selalu menarik untuk dibahas
dan didiskusikan. Mengapa tidak? Hingga per Desember 2019, menurut data
statistik ASN yang dirilis oleh Badan Kepegawaian Negara, jumlah PNS di
Indonesia mencapai angka 4.189.121.

Tentu saja angka tersebut bukan
angka yang sedikit. Apalagi di era revolusi industri 4.0, PNS dituntut memiliki
kemampuan untuk memenuhi tuntutan serta memberikan respon terhadap beraneka
ragam perubahan yang terjadi. Ya tentu saja, tujuan akhirnya adalah menciptakan
birokrasi berkelas dunia 2024 sehingga nanti pada tahun 2024 ASN sudah harus
memiliki ciri-ciri SMART ASN yaitu berintegritas, nasionalisme,
profesionalisme, berwawasan global, menguasai IT dan bahasa asing, hospitality, networking dan entrepreneurship.

Sebetulnya hal ini bukanlah hal
yang baru. Presiden Joko Widodo dalam pidatonya pada Visi Indonesia di Sentul
International Convention Center pada 14 Juli 2019 telah mengatakan: “Tidak ada lagi pola pikir lama! Tidak ada
lagi kerja linier, tidak ada lagi kerja rutinitas, tidak ada lagi kerja
monoton, tidak ada lagi kerja di zona nyaman. Penyakit kita ada di situ. Kita
harus berubah! Kita harus berubah. Sekali lagi, kita harus berubah. Kita harus
membangun nilai-nilai baru dalam bekerja, menuntut kita harus cepat beradaptasi
dengan perkembangan zaman. Maka kita harus terus membangun Indonesia yang
adaptif, Indonesia yang produktif, dan Indonesia yang inovatif, Indonesia yang
kompetitif.”

Pidato Presiden tersebut,
mengisyaratkan bahwa ASN harus beranjak dari zona nyamannya selama ini, saatnya
bergerak maju agar Indonesia bisa bersaing dengan negara-negara tetangga
seperti Singapura dan Malaysia. Untuk itu, salah satu strategi Pemerintah dalam
mendukung terwujudnya SMART ASN dan birokrasi berkelas dunia adalah
pengembangan kapasitas.

Pengembangan kapasitas sebenarnya
dapat dilakukan mandiri oleh ASN, tanpa harus menunggu penugasan dari unit
pengelola kepegawaian untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan.

Ya, perlu kita akui bahwa
anggaran untuk pengembangan kapasitas bagi pegawai disebuah instansi pemerintah
masih belum cukup untuk mengakomodasi seluruh pegawai. Akan tetapi, hal
tersebut bukanlah menjadi sebuah alasan ASN tidak dapat mengembangkan kapasitas
dirinya.

Baca Juga :  PSKH Diterapkan Pemko Tidak Berbeda dengan PSBB

Seperti halnya disampaikan
Menteri Keuangan Sri Mulyani, beliau mengatakan “ASN harus mengubah mindset dan
perilaku agar bisa beradaptasi dengan revolusi Industri 4.0.”

Lantas bagaimana cara ASN
melakukan pengembangan kapasitas di kala pandemi?

Hampir 5 bulan sejak pertama kali
kasus covid 19 di umumkan masuk di Indonesia pada bulan maret lalu. Semenjak
itu pula, instansi pemerintah utamanya yang berada di Jakarta melalukan 2
mekanisme pola kerja yakni 50% pegawai melakukan work from home dan 50% pegawai
melakukan pegawai work from office.
Ini merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk menekan persebaran covid 19 di
Indonesia.

Dengan adanya pandemi covid 19,
ASN dituntut bekerja dengan menggunakan teknologi. Misal, rapat sering
dilakukan melalui platform digital seperti Zoom
Meeting
, Microsoft Team, dan
banyak lainnya.

Seperti yang kita tahu, beberapa
platform tersebut terdengar asing karena sebelumnya rapat selalu dilakukan
dengan bertatap muka secara langsung. Hingga pada akhirnya, kita “dipaksa” agar
dapat menggunakan platform tersebut.

Dengan beberapa “paksaan”
tersebut, sebenarnya secara tidak langsung seorang ASN melalukan
adaptasi-adaptasi terhadap keadaan yang terjadi. Secara tidak langsung pula,
ASN memiliki pengetahuan baru tentang penggunaan gadget dalam mendukung kinerja
ASN. Sebelumnya gadget hanya untuk berkomunikasi saja, ternyata bisa lho
digunakan untuk kerja. Ya, karena SMART ASN 2024 menekankan seorang ASN harus
menguasai IT.

Selain itu juga, pelayanan publik
pun saat ini bertransformasi menjadi pelayanan digital yang berbasis teknologi.
Jadi, bagaimana pelayanan bisa maksimal apabila ASN-nya sendiri gagap terhadap
teknologi.

Selain itu, perlu juga seorang
ASN memiliki sikap awareness terhadap
dirinya karena ia merasa bertanggung jawab atas kompetensi yang dimiliki
terutama dalam menunjang pekerjaannya. Contohnya peneliti. Seorang peneliti
tetap harus up to date terkait dengan
kepakarannya. Misalnya terkait dengan metode penelitian, metode analisis hingga
menyajikan hasil penelitian yang menarik.

Baca Juga :  Berdasarkan Survei Sugianto-Edy Unggul, Razak Minta Paslon, Tim Kampan

Banyak cara bagi ASN yang bisa
dilakukan untuk pengembangan kapasitas dirinya, misalnya saja mengikuti
webinar. Terlebih pada saat pandemi seperti saat ini, banyak instansi
pemerintah, NGO, maupun universitas melaksanakan webinar.

Webinar menjadi sebuah trend
kekinian di Indonesia sebagai salah satu cara sharing ilmu. Tentu saja kesempatan
untuk mengikuti webinar ini menjadi lebih mudah, karena kita tidak perlu datang
langsung ke tempat acara. Kita bisa mengikuti pada saat kita dirumah ataupun
dikantor asalkan memiliki jaringan internet di gadget yang kita miliki. Tidak
seperti dahulu, karena kita membutuhkan biaya yang cukup besar untuk mengikuti
seminar apalagi penyelenggaranya berbeda kota.

Cara lain yang dilakukan ASN
adalah memaksimalkan waktu dengan membaca buku. Apalagi, dengan sistem work from home ASN memiliki waktu
senggang yang bisa dimanfaatkan agar tetap produktif. Bagi soerang Jeni Karay (Papua Social Media Influencer), membaca
itu ibarat menambang. Semakin dalam, semakin banyak hal yang berharga didapati.
Mengapa hal ini penting ?

Karena menurut survei yang
dilakukan oleh organisasi pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan PBB
(UNESCO) tahun 2019, Indonesia menduduki peringkat 60 dari 61 negara di dunia
pada level literasi baca. Hal yang sangat memprihatikan tetapi juga harus bisa
menjadi semangat kita untuk lebih rajin membaca.

Pentingnya membaca bagi ASN pun
disampaikan oleh Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) Bima Haria Wibisana.
Dalam sebuah kesempatan webinar, Kepala BKN menyampaikan penting ASN melakukan
pengembangan diri secara mandiri atau self
development
seperti yang dicontohkan dia  mengalokasikan waktu 2 jam perhari untuk
membaca buku dan mempelejari hal-hal yang baru. Untuk itu, bukan hal yang tidak
mungkin kita akan bisa mewujudkan SMART ASN dan birokrasi berkelas dunia pada
tahun 2024.***

(Penulis adalah ASN pada Pusat
Inovasi Manajemen Pengembangan Kompetensi ASN, Lembaga Administrasi Negara)

Terpopuler

Artikel Terbaru