JAKARTA – Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) siap menyetorkan dividen kepada negara hingga Rp80,2 triliun pada tahun ini. Angka tersebut dicatatkan menjadi yang terbesar dalam sejarah BUMN.
Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri BUMN RI Erick Thohir bahwa pihaknya akan memberikan dividen terbesar sepanjang sejarah BUMN kepada negara yakni Rp80,2 triliun. Erick Thohir juga menyebutkan, tidak hanya dalam bentuk dividen, kontribusi empat bank BUMN terhadap perekonomian nasional cukup besar. “Kontribusi keempat bank terhadap lapangan kerja tidak kurang dari 34,6 juta pada 2022. Dari jumlah itu, sekitar 33 juta dikontribusi oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk melalui kehadiran pekerja UMKM penyaluran KUR BRI”, jelas Erick.
Dari total dividen yang disetorkan ke negara, sebanyak Rp40,74 triliun atau 50,8% dikontribusi oleh empat BUMN perbankan termasuk PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI. Dimana BRI menjadi kontributor terbesar dengan berkontribusi sebesar Rp23,15 triliun atau 59,97% dari total dividen BRI sepanjang tahun 2022.
Kontribusi optimal BRI tersebut tidak lepas dari kinerja gemilang sepanjang tahun 2022 dengan pencapaian laba sebesar Rp51,41 triliun, angka tersebut menjadi yang terbesar di antara BUMN perbankan lainnya.
Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan bahwa dengan strategic response yang tepat, BRI Group berhasil mencatatkan kinerja positif dengan pencapaian rekor laba. “Alhamdulillah, kita selalu didampingi kawan setia, Si Untung dan Si Slamet sepanjang Januari hingga Desember 2022, BRI Group berhasil mencatatkan laba bersih senilai Rp51,4 triliun atau tumbuh 67,15% secara year on year dengan total aset tumbuh double digit sebesar 11,18% yoy menjadi Rp1.865,64 triliun”, ujar Sunarso.
Atas pencapaian tersebut, Sunarso pun menegaskan komitmen BRI untuk terus memberikan economic value dan social value utamanya terhadap negara dan masyarakat Indonesia. “Saya ingin menegaskan kembali bahwa BRI adalah banknya rakyat. BRI berbisnis dengan rakyat dan diproses dengan caranya rakyat. Melalui pajak dan dividen, keuntungan BRI akan disetorkan kepada negara dan kemudian kembali lagi menjadi berbagai program Pemerintah untuk rakyat,” tegasnya.
Tahun 2023 Optimis Lebih Baik
Ditengah kondisi perekonomian global yang mengalami perlambatan karena gejolak keuangan, terutama setelah kegagalan beberapa bank di Amerika Serikat, Sunarso mengungkapkan optimismenya. “BRI melihat bahwa perlambatan dan gejolak ekonomi global di tahun 2023 tidak akan berdampak signifikan terhadap perekonomian domestik dengan potensi resesi sebesar 2% di 2023. Keyakinan itu berdasarkan prediksi dari BRI dengan menggunakan metode Markov Switching Dynamic Model (MSDM). Metode ini memperkuat evaluasi dan analisa Bloomberg sebelumnya, serta telah terbukti secara akurat pada kasus terdahulu seperti memproyeksi resesi di Indonesia pada ASEAN Financial Crisis tahun 1998 dan saat pandemi Covid-19 pada 2020 lalu”, jelasnya.
Optimisme tersebut digambarkan dari kinerja BRI hingga akhir kuartal I tahun 2023 yang mampu mencatatkan laba secara konsolidasian (BRI Group) sebesar Rp15,56 triliun atau tumbuh 27,37% year on year (yoy). Adapun asset BRI Group tumbuh 10,46% yoy menjadi Rp1.822,97 triliun.
Sunarso pun mengungkapkan optimismenya bahwa Indonesia akan mampu bertahan dari ancaman risiko resesi. “Sehingga prospek dan kinerja industri perbankan khususnya BRI juga akan lebih baik di tahun 2023, dengan kredit BRI kami proyeksikan mampu tumbuh di level 10-12% dan didukung oleh pertumbuhan pada segmen UMKM khususnya Mikro dan Ultra Mikro”, pungkasnya.