33.2 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Hukuman Ilmuwan

Lulu
dan Nana
 hari ini, 1 Januari 2020, berumur 1 tahun 2 bulan.

Dokter yang melahirkannya, Senin
lalu dijatuhi hukuman 3 tahun penjara. Ditambah denda Rp 6 miliar.

Lulu dan Nana adalah bayi hasil
eksperimen Dr He Jiankui. Lokasi eksperimennya di rumah sakit universitas di
Shenzhen, Tiongkok.

Secara ilmu pengetahuan Dr He
dianggap berhasil. Riset yang dilakukannya di bidang editing gen manusia.

Ia dokter pertama di dunia yang
berhasil melakukan itu.

Tujuan editing itu adalah: agar
sang bayi tidak terkena penyakit tertentu. Yakni penyakit sang ayah yang
memalukan dan sangat berbahaya: HIV.

Maka gen Lulu dan Nana diedit.
Ketika calon bayi itu masih berupa benih manusia. Bagian yang kelak akan
menjadi penyakit dibuang.

Saat editing benih manusia itu
dilakukan memang timbul pertanyaan: apakah embrio itu nanti masih bisa menjadi
janin. Lalu: kalau toh bisa apakah janin itu akan bisa menjadi bayi yang
normal.

Tapi semua itu menjadi rahasia
dokter He. Bersama dua dokter asistennya. Maksimum hanya sampai profesor
pembimbingnya: di Amerika Serikat sana.

Ups… Ada satu lagi yang tahu:
ibu yang mengandung embrio tersebut.

Rahasia uji coba kehidupan
manusia itu memang berhasil  ditutup rapat. Pun sampai bayi yang dimaksud
lahir. Kembar. Secara cesar.

Wanita semua. Diberi kode nama
penelitian: Lulu dan Nana.

Sebulan kemudian bayi itu hidup
normal. Yakni setelah dikeluarkan dari inkubasi.

Baca Juga :  Pin Nadiem

Saat masih di inkubasi si kembar
dibebat kain putih. Yang dililitkan rapat di tubuh mungil mereka. Itu akibat si
kembar harus dilahirkan secara prematur.

Kelahiran bersejarah itu terjadi
di bulan Oktober 2018.

Sebulan kemudian Dr. dr. He
membuka sebagian rahasianya.  Di Hongkong. Dalam. Sebuah seminar ilmiah
kedokteran.

Yang mendengar pun terkejut.
Terjadilah kehebohan di dunia ilmu pengetahuan –khususnya bidang kedokteran.

Kehebohan itu melebar ke soal
etika: apakah boleh seorang dokter melakukan editing gen.

Perbuatan itu bisa dianggap sudah
mencampuri otoritas Tuhan. Hampir seluruh dunia melarang tindakan seperti itu.

Dunia pun heboh.

Pemerintah Tiongkok turun tangan.
Dokter He dianggap melanggar hukum. Ia dipecat dari universitas. Lalu dikenakan
tahanan rumah.

Dan Senin 30 Desember kemarin ia
dijatuhi hukuman tiga tahun. Jumlah denda yang harus ia bayar rupanya sama
dengan anggaran negara yang telah digunakan untuk riset itu.

Yang menarik, salah satu
kesalahan dokter He adalah: telah menggunakan riset universitas untuk
popularitas pribadi.

Rupanya di situlah inti
masalahnya. Harusnya biarlah instansi resmi Tiongkok yang mengumumkan.

Harusnya dokter He tetap saja
diam dulu. Sampai penelitian lebih lanjut dilakukan. Misalnya apakah
benar-bemar Lulu dan Nana kebal penyakit HIV.

Kalau saja penelitian dokter He
itu benar-benar berhasil, mungkin saja editing gen bisa melebar ke penyakit
lain. Misalnya diabetes.

Baca Juga :  Politisasi Dana Bansos Covid-19 Jelang Pilkada

Betapa ratusan juta orang
tersiksa oleh penyakit diabetes. Yang sangat sulit disembuhkan itu.

Mereka menderita diabetes hanya
karena salah satu orang tua mereka menderita gula darah.

Orang seperti Jaya Suprana –yang
kaya raya– sampai tidak mau punya anak. Hanya karena ia tidak ingin anaknya
mewarisi diabetesnya –di samping mewarisi kekayaan dari pabrik jamu Jagonya.

Penderita diabetes pasti menunggu
keberhasilan riset itu.

Lalu bisa meluas lagi ke
penyakit-penyakit lain. Sehingga, kelak, setiap bayi yang lahir sudah dibuat
kebal penyakit apa pun.

Sementara ini sang peneliti harus
‘menderita’ dulu.

Dua staf dokter He juga dijatuhi
hukuman. Yang satu dua tahun tidak boleh menjalankan pekerjaan kedokteran. Dan
satunya lagi diberi hukuman percobaan. Masing-masing juga harus membayar denda
–meski tidak sebesar denda untuk dokter He.

Selebihnya tidak bisa banyak
diketahui. Media Tiongkok sangat ketat dalam melakukan editing berita.

Saya juga tidak berhasil mencari
tahu bagaimana kehidupan Lulu dan Nana. Apakah tetap diperbolehkan hidup atau
tidak.

Pun kalau boleh hidup di manakah
mereka dibesarkan.

Sampai suatu saat kelak kita dibuat
kaget lagi: dokter He berhasil pula melakukan editing gen untuk penyakit
diabetes.

Sekitar 10 tahun lagi.

Siapa tahu.

Saat itu nanti umur dokter He
masih 45 tahun.(Dahlan Iskan)

 

Lulu
dan Nana
 hari ini, 1 Januari 2020, berumur 1 tahun 2 bulan.

Dokter yang melahirkannya, Senin
lalu dijatuhi hukuman 3 tahun penjara. Ditambah denda Rp 6 miliar.

Lulu dan Nana adalah bayi hasil
eksperimen Dr He Jiankui. Lokasi eksperimennya di rumah sakit universitas di
Shenzhen, Tiongkok.

Secara ilmu pengetahuan Dr He
dianggap berhasil. Riset yang dilakukannya di bidang editing gen manusia.

Ia dokter pertama di dunia yang
berhasil melakukan itu.

Tujuan editing itu adalah: agar
sang bayi tidak terkena penyakit tertentu. Yakni penyakit sang ayah yang
memalukan dan sangat berbahaya: HIV.

Maka gen Lulu dan Nana diedit.
Ketika calon bayi itu masih berupa benih manusia. Bagian yang kelak akan
menjadi penyakit dibuang.

Saat editing benih manusia itu
dilakukan memang timbul pertanyaan: apakah embrio itu nanti masih bisa menjadi
janin. Lalu: kalau toh bisa apakah janin itu akan bisa menjadi bayi yang
normal.

Tapi semua itu menjadi rahasia
dokter He. Bersama dua dokter asistennya. Maksimum hanya sampai profesor
pembimbingnya: di Amerika Serikat sana.

Ups… Ada satu lagi yang tahu:
ibu yang mengandung embrio tersebut.

Rahasia uji coba kehidupan
manusia itu memang berhasil  ditutup rapat. Pun sampai bayi yang dimaksud
lahir. Kembar. Secara cesar.

Wanita semua. Diberi kode nama
penelitian: Lulu dan Nana.

Sebulan kemudian bayi itu hidup
normal. Yakni setelah dikeluarkan dari inkubasi.

Baca Juga :  Pin Nadiem

Saat masih di inkubasi si kembar
dibebat kain putih. Yang dililitkan rapat di tubuh mungil mereka. Itu akibat si
kembar harus dilahirkan secara prematur.

Kelahiran bersejarah itu terjadi
di bulan Oktober 2018.

Sebulan kemudian Dr. dr. He
membuka sebagian rahasianya.  Di Hongkong. Dalam. Sebuah seminar ilmiah
kedokteran.

Yang mendengar pun terkejut.
Terjadilah kehebohan di dunia ilmu pengetahuan –khususnya bidang kedokteran.

Kehebohan itu melebar ke soal
etika: apakah boleh seorang dokter melakukan editing gen.

Perbuatan itu bisa dianggap sudah
mencampuri otoritas Tuhan. Hampir seluruh dunia melarang tindakan seperti itu.

Dunia pun heboh.

Pemerintah Tiongkok turun tangan.
Dokter He dianggap melanggar hukum. Ia dipecat dari universitas. Lalu dikenakan
tahanan rumah.

Dan Senin 30 Desember kemarin ia
dijatuhi hukuman tiga tahun. Jumlah denda yang harus ia bayar rupanya sama
dengan anggaran negara yang telah digunakan untuk riset itu.

Yang menarik, salah satu
kesalahan dokter He adalah: telah menggunakan riset universitas untuk
popularitas pribadi.

Rupanya di situlah inti
masalahnya. Harusnya biarlah instansi resmi Tiongkok yang mengumumkan.

Harusnya dokter He tetap saja
diam dulu. Sampai penelitian lebih lanjut dilakukan. Misalnya apakah
benar-bemar Lulu dan Nana kebal penyakit HIV.

Kalau saja penelitian dokter He
itu benar-benar berhasil, mungkin saja editing gen bisa melebar ke penyakit
lain. Misalnya diabetes.

Baca Juga :  Politisasi Dana Bansos Covid-19 Jelang Pilkada

Betapa ratusan juta orang
tersiksa oleh penyakit diabetes. Yang sangat sulit disembuhkan itu.

Mereka menderita diabetes hanya
karena salah satu orang tua mereka menderita gula darah.

Orang seperti Jaya Suprana –yang
kaya raya– sampai tidak mau punya anak. Hanya karena ia tidak ingin anaknya
mewarisi diabetesnya –di samping mewarisi kekayaan dari pabrik jamu Jagonya.

Penderita diabetes pasti menunggu
keberhasilan riset itu.

Lalu bisa meluas lagi ke
penyakit-penyakit lain. Sehingga, kelak, setiap bayi yang lahir sudah dibuat
kebal penyakit apa pun.

Sementara ini sang peneliti harus
‘menderita’ dulu.

Dua staf dokter He juga dijatuhi
hukuman. Yang satu dua tahun tidak boleh menjalankan pekerjaan kedokteran. Dan
satunya lagi diberi hukuman percobaan. Masing-masing juga harus membayar denda
–meski tidak sebesar denda untuk dokter He.

Selebihnya tidak bisa banyak
diketahui. Media Tiongkok sangat ketat dalam melakukan editing berita.

Saya juga tidak berhasil mencari
tahu bagaimana kehidupan Lulu dan Nana. Apakah tetap diperbolehkan hidup atau
tidak.

Pun kalau boleh hidup di manakah
mereka dibesarkan.

Sampai suatu saat kelak kita dibuat
kaget lagi: dokter He berhasil pula melakukan editing gen untuk penyakit
diabetes.

Sekitar 10 tahun lagi.

Siapa tahu.

Saat itu nanti umur dokter He
masih 45 tahun.(Dahlan Iskan)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru