Tapi, setiba di lautan pasir Bromo, yang
didapati rombongan wisatawan dari Malang, Jawa Timur, itu hanya kekecewaan.
Embun es tak ada.
“Udah pengin banget lihat esnya, pegang,
foto-foto. Eh, disamperin malah nggak ada,†ujar Candra Kirana, salah seorang
di antara kesembilan orang tersebut, Kamis lalu (27/6).
Candra dkk tak sendirian. Pada Kamis pagi lalu
itu di Bromo, ada banyak rombongan wisatawan lain yang juga kecele. Tak bertemu
es yang dicari.
Dibutuhkan kesabaran dan nasib baik memang
untuk bisa bertemu banyu upas, sebutan masyarakat sekitar Bromo, Probolinggo,
Jawa Timur, untuk embun es. Perburuan yang dilakukan Jawa Pos pada
Kamis (27/6) dan Jumat dini hari hingga pagi lalu (28/6) juga tak membuahkan
hasil maksimal.
Termasuk di tanaman-tanaman belukar yang ada
di kanan kiri jalan. Begitu pula saat sampai di lautan pasir setelah bertolak
dari sunrise point sekitar pukul 06.15 WIB.
Yoyo, sopir jip yang ditumpangi Jawa
Pos, menuturkan bahwa cuaca pada Kamis pagi lalu itu memang relatif cukup
hangat. Meski, pengukur temperatur memperlihatkan suhu berada di kisaran 8
derajat Celsius.
“Banyak kabut, tandanya suhu lagi hangat.
Kalau nggak ketutup kabut, berarti sedang sangat dingin dan ada peluang besar
nemu es,†terangnya.
Menurut Yoyo, pagi sebelumnya, tepatnya Rabu
(26/6), suhu lebih dingin. Kristal es dengan gampang bisa ditemui di sepanjang
bentangan padang pasir.
Di Dieng,
embun upas baru terlihat tipis sekali pada Sabtu pagi kemarin (29/6). Itu pun
hanya titik-titik kecil di atas semak.
Padahal, seperti juga di Bromo, banyak
wisatawan yang sengaja ke Dieng kali ini untuk menemukan es.
“Ke Dieng udah beberapa kali, tapi kalau untuk
memburu es baru kali ini,†kata Reza Taufik Digara, salah seorang wisatawan,
kepada Jawa Pos.
Tak beda dengan Candra dkk di Bromo, Reza dan
sejumlah kawan yang datang dari Wonogiri, Jawa Tengah, mengaku tertarik ke Dieng
karena kehebohan yang dia ketahui di berbagai platform media. Tentang embun es
yang memang tercatat turun di sana sejak pekan ketiga Juni.
Namun, di lapangan ternyata tidak seperti yang
dia bayangkan. Tak mudah berburu dan bertemu es musim kemarau. Meski suhu Dieng
tetap saja menggigit. “Kami berenam, cuma saya yang keluar mobil. Lainnya
kedinginan,†ujarnya.
Suwarman, petugas jaga pos pariwisata Gunung
Bromo, juga mengonfirmasi antusiasme pengunjung untuk melihat banyu upas. Sejak
sampai di gerbang masuk pertama atau karcis kendaraan pertama, banyak wisatawan
yang sudah menanyakan.
Lelaki yang biasa disapa Maman itu biasanya
memilih tidak memberikan jawaban pasti. Takut pengunjung merasa di-PHP (pemberi
harapan palsu), lantas kecewa. Sebab, namanya alam tidak bisa dipastikan.
“Kalau rezeki pasti bisa nemui es. Kalau nggak, ya harus tinggal beberapa
hari,†katanya.(jpc)