31.4 C
Jakarta
Sunday, November 24, 2024

WFH Selama Pandemi, Perempuan Lebih Fleksibel Jalani Peran Ganda

Secara kodratnya, perempuan memiliki peran sebagai
seorang ibu yang mengurus anak dan rumah tangga. Pada perkembangannya,
perempuan kini semakin berdaya dan sejajar dengan pria dalam berkarya. Karena
itu pada era pandemi Covid-19 yang memaksa semua orang lebih banyak berada di
rumah termasuk untuk bekerja. Sehingga membuat perempuan menjadi fleksibel
dalam menjalankan perannya.

Dalam webinar daring Katadata bertajuk Economic
Sustainability Pathway: Indonesian Women in the Workforce, baru-baru ini,
mengkampanyekan semangat agar perempuan memiliki akses setara serta
keberlanjutan di dunia kerja. Sebab masih banyak perempuan yang tak bisa
melanjutkan bekerja akibat dibebankan oleh pekerjaan domestik hingga ekosistem
kerja yang tidak mendukung.

Badan Pusat Statistik (BPS) membeberkan partisipasi
angkatan kerja pada kelompok kerja perempuan per Februari 2020 mengalami
penurunan dari 55,6 persen menjadi 54,6 persen. Sedangkan, pada kelompok
laki-laki masih jauh lebih tinggi dengan kenaikan dari sekitar 82 persen
menjadi di level 83 persen.

Baca Juga :  Modal Keberanian, Lewat Suara Agus Mengais Rezeki untuk Keluarga

Executive Director, Indonesia Business Coalition for
Women Empowerment (IBCWE), Maya Juwita mengungkapkan ketimpangan posisi
perempuan di dunia kerja ini perlu menjadi perhatian serius. Terlebih dengan
adanya pandemi Covid-19 yang memberi pengaruh signifikan kepada perempuan. Dia
menyebut, perempuan yang notabene banyak bekerja paruh waktu atau sektor jasa
tak sedikit yang kemudian lebih mudah kehilangan pekerjaan.

“Aspek Covid-19 lebih memperparah. Sektor yang
didominisi perempuan seperti pada retail, pariwisata,” ujar Maya.

Meski demikian, survei yang dilakukan oleh IBCWE
berkolaborasi dengan Investing in Women menunjukkan, adanya potensi untuk
mendorong cara bekerja perempuan yang lebih fleksibel serta ekosistem mendukung
agar perempuan bisa bertahan di dunia kerja. Misalnya saja, terkait work from
home (WFH) hingga cuti orang tua.

Baca Juga :  Kisah Andreansyah, Cintai Profesi Berawal dari Hobi

“Bekerja dari rumah bisa membuat perempuan semakin
produktif dan fleksibel. Sangat menarik tentang flexible work arrangment,”
tegasnya.

Executive Vice President Gajah Tunggal Group Catharina
Widjaja mendukung hal itu. Menurutnya perempuan perlu didorong keberlanjutannya
bukan hanya dalam konsep keterwakilan tetapi dan hak setara untuk berkembang
dan ekosistem yang memadai.

“Kami melihat waktu kami menerima karyawan tidak
membedakan harus perempuan atau laki-laki,” kata dia.

Dalam hal penyediakan ekosistem yang suportif bagi
pekerja perempuan, HR Director Danone Indonesia Dedie Renaldi Manahera punya
pendapat senada. Hal karyawan perempuan bisa lebih bijaksana seperti inisiatif
cuti melahirkan bagi perempuan 6 bulan dan laki-laki 10 hari untuk mendampingi istri.

“Post-natal program lagi digenjot di saat sudah
melahirkan, perempuan mengambil 6 bulannya supaya bisa merawat anak,” ungkap
Dedie.

Secara kodratnya, perempuan memiliki peran sebagai
seorang ibu yang mengurus anak dan rumah tangga. Pada perkembangannya,
perempuan kini semakin berdaya dan sejajar dengan pria dalam berkarya. Karena
itu pada era pandemi Covid-19 yang memaksa semua orang lebih banyak berada di
rumah termasuk untuk bekerja. Sehingga membuat perempuan menjadi fleksibel
dalam menjalankan perannya.

Dalam webinar daring Katadata bertajuk Economic
Sustainability Pathway: Indonesian Women in the Workforce, baru-baru ini,
mengkampanyekan semangat agar perempuan memiliki akses setara serta
keberlanjutan di dunia kerja. Sebab masih banyak perempuan yang tak bisa
melanjutkan bekerja akibat dibebankan oleh pekerjaan domestik hingga ekosistem
kerja yang tidak mendukung.

Badan Pusat Statistik (BPS) membeberkan partisipasi
angkatan kerja pada kelompok kerja perempuan per Februari 2020 mengalami
penurunan dari 55,6 persen menjadi 54,6 persen. Sedangkan, pada kelompok
laki-laki masih jauh lebih tinggi dengan kenaikan dari sekitar 82 persen
menjadi di level 83 persen.

Baca Juga :  Modal Keberanian, Lewat Suara Agus Mengais Rezeki untuk Keluarga

Executive Director, Indonesia Business Coalition for
Women Empowerment (IBCWE), Maya Juwita mengungkapkan ketimpangan posisi
perempuan di dunia kerja ini perlu menjadi perhatian serius. Terlebih dengan
adanya pandemi Covid-19 yang memberi pengaruh signifikan kepada perempuan. Dia
menyebut, perempuan yang notabene banyak bekerja paruh waktu atau sektor jasa
tak sedikit yang kemudian lebih mudah kehilangan pekerjaan.

“Aspek Covid-19 lebih memperparah. Sektor yang
didominisi perempuan seperti pada retail, pariwisata,” ujar Maya.

Meski demikian, survei yang dilakukan oleh IBCWE
berkolaborasi dengan Investing in Women menunjukkan, adanya potensi untuk
mendorong cara bekerja perempuan yang lebih fleksibel serta ekosistem mendukung
agar perempuan bisa bertahan di dunia kerja. Misalnya saja, terkait work from
home (WFH) hingga cuti orang tua.

Baca Juga :  Kisah Andreansyah, Cintai Profesi Berawal dari Hobi

“Bekerja dari rumah bisa membuat perempuan semakin
produktif dan fleksibel. Sangat menarik tentang flexible work arrangment,”
tegasnya.

Executive Vice President Gajah Tunggal Group Catharina
Widjaja mendukung hal itu. Menurutnya perempuan perlu didorong keberlanjutannya
bukan hanya dalam konsep keterwakilan tetapi dan hak setara untuk berkembang
dan ekosistem yang memadai.

“Kami melihat waktu kami menerima karyawan tidak
membedakan harus perempuan atau laki-laki,” kata dia.

Dalam hal penyediakan ekosistem yang suportif bagi
pekerja perempuan, HR Director Danone Indonesia Dedie Renaldi Manahera punya
pendapat senada. Hal karyawan perempuan bisa lebih bijaksana seperti inisiatif
cuti melahirkan bagi perempuan 6 bulan dan laki-laki 10 hari untuk mendampingi istri.

“Post-natal program lagi digenjot di saat sudah
melahirkan, perempuan mengambil 6 bulannya supaya bisa merawat anak,” ungkap
Dedie.

Terpopuler

Artikel Terbaru