29.1 C
Jakarta
Monday, April 21, 2025

Bertolak dari The Powerpuff Girls

RUANG Atas menggelar pameran
singkat bertajuk The Powerpuff Girls telah berakhir. Pameran bersama
ini menampilkan karya empat perupa muda perempuan. Mereka adalah Atisa
Sykurandani, Nisrina Nur Kamila, Dewi Salwa, dan Shelly Maliana. The
Powerpuff Girls menyajikan rupa-rupa karya dari cat air di atas kertas
hingga seni instalasi.

’’Pameran ini diselenggarakan
untuk menyajikan karya-karya segar dari teman-teman seniman muda di Solo,’’
kata Wahyu Eko Prasetyo, pengelola Ruang Atas. Sebagai ruang alternatif untuk
menyajikan karya kepada publik, Wahyu menyebut Ruang Atas terbuka dengan
ide-ide presentasi karya yang tidak harus kaku dengan batasan-batasan pameran
ala galeri dan museum.

The Powerpuff
Girsl adalah serial film kartun dari Cartoon Network yang tenar pada tahun
2000-an. Film ini banyak digemari oleh anak-anak perempuan. Kesamaan ingatan
dan pengalaman personal berupa sama-sama pernah menggemari The Powerpuff
Girls seiring masa belia mejadi titik tolak penyelenggaraan pameran ini.
’’Kami memang sama-sama menyukai The Powerpuff Girl yang saat itu sedang hit,’’
kata Atisa Syukurandani.

Baca Juga :  Pasutri Pendongeng di Daerah Konflik, Trauma Healing dengan Cerita

Berangkat dari kesamaan minat
pada film kartun tidak berarti karya-karya dalam The Powerpuff
Girls berisi bentuk-bentuk visual merujuk tokoh-tokoh super hero anak-anak
perempuan rekaan Craig McCracken tersebut. Tak ada kartun dalam The
Powerpuff Girls di Ruang Atas. Masing-masing perupa menampilkan karya yang
berangkat dari respons mereka terhadap tiga bocah berkekuatan super
dari The Powerpuff Girls tanpa terjebak mengulang kehadiran mereka di
ruang pameran.

Dalam pameran ini, selain
karya empat perupa muda itu, ada pula satu karya bersama yang mereka beri
judul Ruang Catcalling. Karya instalasi ini disajikan di dalam ruang
khusus seukuran kamar. Dinding tembok ruang tersebut ditempel potongan-potongan
kertas bergambar bibir dalam beragam ekspresi. Ada bibir nganga dengan lidah
sedikit terjulur, bibir tergigit gigi, hingga bibir menyungging senyum. Di
sekitar potongan bibir itu tertempel kertas-kertas yang diisi pengunjung
tentang pengalaman mereka melakukan atau mengalami pelecehan verbal.

Baca Juga :  Eratkan Silaturahmi RSUD Doris Sylvanus Buka Puasa Bersama

Karya ini tampak menunjukkan
kerisihan para perupa perempuan muda itu kala harus berhadapan dengan
mulut-mulut kampungan lelaki yang tak sadar bersiul atau menggoda mereka lewat
kata-kata adalah sebuah pelecehan. ’’Pelecehan verbal itu masih terjadi hingga
sekarang kepada banyak perempuan,’’ kata Atisa. Karya bersama ini diharap dapat
mengintervensi isi kepala para lelaki yang tak tahu mulut mereka bisa menjadi
bencana bagi perempuan dan di saat sama mengingatkan para perempuan untuk tak
diam saat menjadi korban catcalling.(jpc)

 

RUANG Atas menggelar pameran
singkat bertajuk The Powerpuff Girls telah berakhir. Pameran bersama
ini menampilkan karya empat perupa muda perempuan. Mereka adalah Atisa
Sykurandani, Nisrina Nur Kamila, Dewi Salwa, dan Shelly Maliana. The
Powerpuff Girls menyajikan rupa-rupa karya dari cat air di atas kertas
hingga seni instalasi.

’’Pameran ini diselenggarakan
untuk menyajikan karya-karya segar dari teman-teman seniman muda di Solo,’’
kata Wahyu Eko Prasetyo, pengelola Ruang Atas. Sebagai ruang alternatif untuk
menyajikan karya kepada publik, Wahyu menyebut Ruang Atas terbuka dengan
ide-ide presentasi karya yang tidak harus kaku dengan batasan-batasan pameran
ala galeri dan museum.

The Powerpuff
Girsl adalah serial film kartun dari Cartoon Network yang tenar pada tahun
2000-an. Film ini banyak digemari oleh anak-anak perempuan. Kesamaan ingatan
dan pengalaman personal berupa sama-sama pernah menggemari The Powerpuff
Girls seiring masa belia mejadi titik tolak penyelenggaraan pameran ini.
’’Kami memang sama-sama menyukai The Powerpuff Girl yang saat itu sedang hit,’’
kata Atisa Syukurandani.

Baca Juga :  Pasutri Pendongeng di Daerah Konflik, Trauma Healing dengan Cerita

Berangkat dari kesamaan minat
pada film kartun tidak berarti karya-karya dalam The Powerpuff
Girls berisi bentuk-bentuk visual merujuk tokoh-tokoh super hero anak-anak
perempuan rekaan Craig McCracken tersebut. Tak ada kartun dalam The
Powerpuff Girls di Ruang Atas. Masing-masing perupa menampilkan karya yang
berangkat dari respons mereka terhadap tiga bocah berkekuatan super
dari The Powerpuff Girls tanpa terjebak mengulang kehadiran mereka di
ruang pameran.

Dalam pameran ini, selain
karya empat perupa muda itu, ada pula satu karya bersama yang mereka beri
judul Ruang Catcalling. Karya instalasi ini disajikan di dalam ruang
khusus seukuran kamar. Dinding tembok ruang tersebut ditempel potongan-potongan
kertas bergambar bibir dalam beragam ekspresi. Ada bibir nganga dengan lidah
sedikit terjulur, bibir tergigit gigi, hingga bibir menyungging senyum. Di
sekitar potongan bibir itu tertempel kertas-kertas yang diisi pengunjung
tentang pengalaman mereka melakukan atau mengalami pelecehan verbal.

Baca Juga :  Eratkan Silaturahmi RSUD Doris Sylvanus Buka Puasa Bersama

Karya ini tampak menunjukkan
kerisihan para perupa perempuan muda itu kala harus berhadapan dengan
mulut-mulut kampungan lelaki yang tak sadar bersiul atau menggoda mereka lewat
kata-kata adalah sebuah pelecehan. ’’Pelecehan verbal itu masih terjadi hingga
sekarang kepada banyak perempuan,’’ kata Atisa. Karya bersama ini diharap dapat
mengintervensi isi kepala para lelaki yang tak tahu mulut mereka bisa menjadi
bencana bagi perempuan dan di saat sama mengingatkan para perempuan untuk tak
diam saat menjadi korban catcalling.(jpc)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru