26.3 C
Jakarta
Friday, March 29, 2024

Vaksin Genexine Uji Klinis Tahap II di Indonesia September

Setelah
vaksin dari Sinovac Tiongkok, Indonesia siap kedatangan lagi vaksin dari
Genexine, Korea Selatan. Melalui sistem kerja sama dengan Kalbe Farma, bakal
calon vaksin Covid-19 ini akan menjalani uji klinis tahap II di Tanah Air.

Menteri
Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi menyampaikan, pembahasan kerja sama keduanya
telah difasilitisasi oleh KBRI Seoul sejak Juni 2020. Saat ini, Genexine sedang
melakukan uji klinis tahap I di Korea Selatan. Diperkirakan, uji klinis ini
bakal berjalan hingga Agustus 2020.

Jika
berjalan dengan baik, akan diteruskan dengan uji klinis tahap II. Sebagai
informasi, dalam kerja sama Genexine-Kalbe Farma ini menggunakan pendekatan DNA
untuk pengembangan vaksin Covid-19nya.

”Uji
klinis tahap II direncanakan akan dimulai di Indonesia pada bulan September
atau Oktober 2020,” paparnya dalam temu media secara daring di Jakarta, Kamis
(23/7).

Selain
dua kerja sama tersebut, Sinovac-Bio Farma dan Genexine-Kalbe Farma, Indonesia
juga tengah menjanjaki kolaborasi dengan dengan Coalition for Epidemic
Preparedness Innovations (CEPI). ”Saat ini, Bio Farma telah masuk dalam
shortlist potential manufacturers for Covid-19 vaccine CEPI,” ungkapnya.

Retno
menuturkan, KBRI Oslo telah melakukan komunikasi intensif dan memfasilitasi
penyampaian proposal kerja sama Bio Farma kepada CEPI sejak April 2020. Hal ini
untuk menjajaki peluang kerja sama sebagai mitra pengembangan dan produksi
vaksin CEPI.

Baca Juga :  Hasil Survei: 77 Persen Perempuan Mengaku Dibully karena Berjerawat

Menurutnya,
CEPI merupakan salah satu platform Public Private Partnership (PPP) terdepan
dalam pengembangan vaksin. Setidaknya 7 kandidat vaksin CEPI telah masuk dalam
tahap uji klinis. Yakni, Inovio (DNA), Moderna (RNA), Novavax (protein sub
unit), Astra Zeneca (non- replicating viral vector), Curevac (RNA), dan Clover
Pharmaceuticals (protein sub-unit), the University of Queensland (protein sub
unit).

Retno
menekankan, kerja sama dengan berbagai pihak ini dilakukan secara parallel
untuk mendapatkan akses tercepat kepada vaksin. Upaya ini merupakan program
jangka pendek Indonesia saat ini dalam menghadapi pandemi Covid-19.

Indonesia
sendiri, dalam di setiap pertemuan internasional termasuk pada level KTT terus
menyuarakan pentingnya akses terhadap vaksin yang aman, tepat waktu dan dengan
harga terjangkau bagi semua negara. Mengingat vaksin meruapakan game-changer
yang akan menjadi titik tolak pemulihan pandemi Covid-19.

”Sementara
strategi jangka panjang menuju kemandirian melalui pengembangan vaksin nasional
oleh Konsorsium Vaksin Nasional,”paparnya.

Kemenlu
sendiri berperan besar dalam seluruh kerja sama ini. Diplomasi tingkat tinggi
dilakukan untuk membantu tercukupinya kebutuhan alat kesehatan, obat-obatan,
dan vaksin. Misalnya, terkait kerja sama dengan Sinovac. Dubes di Beijing
secara langsung menemui Sinovac di fasilitas pengembangan vaksin Sinovac untuk
kerja sama ini pada 27 Mei 2020 lalu. Seperti diketahui, sinovac jadi salah
satu dari 5 kandidat terdepan yang telah memasuki fase ke-3 uji klinis vaksin
ke manusia dari 166 kandidat vaksin.

Baca Juga :  Kehadiran Mobil Listrik Harus Diimbangi Infrastruktur Memadai

Selain
itu, Kemenlu juga terlibat langsung dalam upaya Bio Farma melakukan upgrading
mesin produksi vaksin untuk mencapai 250 juta dosis/tahun. Kemenlu
memfasilitasi kedatangan tenaga ahli dari Eropa di saat masih terjadi penutupan
perbatasan berbagai negara di masa pandemi ini.

”Yang
ingin saya garisbawahi, bahwa kerja sama antara Bio Farma dan Sinovac ini
adalah kerja sama yang setara. equal and mutual,” tegas Menlu.

Terpisah
Presiden Direktur Kalbe Farma Vidjongtius menyatakan, sebenarnya pihaknya tidak
memiliki rencana untuk memproduksi vaksin. Namun, kebutuhan masyarakat untuk
terhindar dari infeksi Covid-19 di Indonesia membuat perseroan melakukan
perubahan secara cepat.

Kalbe
Farma melakukan penandatanganan nota kesepahaman dengan Genexine Inc,
perusahaan farmasi Korea Selatan, Mei lalu. Melalui nota tersebut Kalbe Farma
mengajak kolaborasi untuk mengembangkan vaksin Covid-19 baru.

“Kami
langsung bekerjasama dengan pemain luar negeri yang punya teknologi. Kita bawa
ke Indonesia. Kali ini, kami berpatner untuk melakukan riset secara
internasional, uji klinis dengan menggunakan metode DNA,” beber Vidjongtius.

Jika
semua tahapan uji klinis berjalan dengan baik. Ditambah pemerintah mendukung
dalam hal peraturan, Vidjongtius memperkirakan vaksin Kalbe Farma siap produksi
di pertengahan 2021.

Setelah
vaksin dari Sinovac Tiongkok, Indonesia siap kedatangan lagi vaksin dari
Genexine, Korea Selatan. Melalui sistem kerja sama dengan Kalbe Farma, bakal
calon vaksin Covid-19 ini akan menjalani uji klinis tahap II di Tanah Air.

Menteri
Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi menyampaikan, pembahasan kerja sama keduanya
telah difasilitisasi oleh KBRI Seoul sejak Juni 2020. Saat ini, Genexine sedang
melakukan uji klinis tahap I di Korea Selatan. Diperkirakan, uji klinis ini
bakal berjalan hingga Agustus 2020.

Jika
berjalan dengan baik, akan diteruskan dengan uji klinis tahap II. Sebagai
informasi, dalam kerja sama Genexine-Kalbe Farma ini menggunakan pendekatan DNA
untuk pengembangan vaksin Covid-19nya.

”Uji
klinis tahap II direncanakan akan dimulai di Indonesia pada bulan September
atau Oktober 2020,” paparnya dalam temu media secara daring di Jakarta, Kamis
(23/7).

Selain
dua kerja sama tersebut, Sinovac-Bio Farma dan Genexine-Kalbe Farma, Indonesia
juga tengah menjanjaki kolaborasi dengan dengan Coalition for Epidemic
Preparedness Innovations (CEPI). ”Saat ini, Bio Farma telah masuk dalam
shortlist potential manufacturers for Covid-19 vaccine CEPI,” ungkapnya.

Retno
menuturkan, KBRI Oslo telah melakukan komunikasi intensif dan memfasilitasi
penyampaian proposal kerja sama Bio Farma kepada CEPI sejak April 2020. Hal ini
untuk menjajaki peluang kerja sama sebagai mitra pengembangan dan produksi
vaksin CEPI.

Baca Juga :  Hasil Survei: 77 Persen Perempuan Mengaku Dibully karena Berjerawat

Menurutnya,
CEPI merupakan salah satu platform Public Private Partnership (PPP) terdepan
dalam pengembangan vaksin. Setidaknya 7 kandidat vaksin CEPI telah masuk dalam
tahap uji klinis. Yakni, Inovio (DNA), Moderna (RNA), Novavax (protein sub
unit), Astra Zeneca (non- replicating viral vector), Curevac (RNA), dan Clover
Pharmaceuticals (protein sub-unit), the University of Queensland (protein sub
unit).

Retno
menekankan, kerja sama dengan berbagai pihak ini dilakukan secara parallel
untuk mendapatkan akses tercepat kepada vaksin. Upaya ini merupakan program
jangka pendek Indonesia saat ini dalam menghadapi pandemi Covid-19.

Indonesia
sendiri, dalam di setiap pertemuan internasional termasuk pada level KTT terus
menyuarakan pentingnya akses terhadap vaksin yang aman, tepat waktu dan dengan
harga terjangkau bagi semua negara. Mengingat vaksin meruapakan game-changer
yang akan menjadi titik tolak pemulihan pandemi Covid-19.

”Sementara
strategi jangka panjang menuju kemandirian melalui pengembangan vaksin nasional
oleh Konsorsium Vaksin Nasional,”paparnya.

Kemenlu
sendiri berperan besar dalam seluruh kerja sama ini. Diplomasi tingkat tinggi
dilakukan untuk membantu tercukupinya kebutuhan alat kesehatan, obat-obatan,
dan vaksin. Misalnya, terkait kerja sama dengan Sinovac. Dubes di Beijing
secara langsung menemui Sinovac di fasilitas pengembangan vaksin Sinovac untuk
kerja sama ini pada 27 Mei 2020 lalu. Seperti diketahui, sinovac jadi salah
satu dari 5 kandidat terdepan yang telah memasuki fase ke-3 uji klinis vaksin
ke manusia dari 166 kandidat vaksin.

Baca Juga :  Kehadiran Mobil Listrik Harus Diimbangi Infrastruktur Memadai

Selain
itu, Kemenlu juga terlibat langsung dalam upaya Bio Farma melakukan upgrading
mesin produksi vaksin untuk mencapai 250 juta dosis/tahun. Kemenlu
memfasilitasi kedatangan tenaga ahli dari Eropa di saat masih terjadi penutupan
perbatasan berbagai negara di masa pandemi ini.

”Yang
ingin saya garisbawahi, bahwa kerja sama antara Bio Farma dan Sinovac ini
adalah kerja sama yang setara. equal and mutual,” tegas Menlu.

Terpisah
Presiden Direktur Kalbe Farma Vidjongtius menyatakan, sebenarnya pihaknya tidak
memiliki rencana untuk memproduksi vaksin. Namun, kebutuhan masyarakat untuk
terhindar dari infeksi Covid-19 di Indonesia membuat perseroan melakukan
perubahan secara cepat.

Kalbe
Farma melakukan penandatanganan nota kesepahaman dengan Genexine Inc,
perusahaan farmasi Korea Selatan, Mei lalu. Melalui nota tersebut Kalbe Farma
mengajak kolaborasi untuk mengembangkan vaksin Covid-19 baru.

“Kami
langsung bekerjasama dengan pemain luar negeri yang punya teknologi. Kita bawa
ke Indonesia. Kali ini, kami berpatner untuk melakukan riset secara
internasional, uji klinis dengan menggunakan metode DNA,” beber Vidjongtius.

Jika
semua tahapan uji klinis berjalan dengan baik. Ditambah pemerintah mendukung
dalam hal peraturan, Vidjongtius memperkirakan vaksin Kalbe Farma siap produksi
di pertengahan 2021.

Terpopuler

Artikel Terbaru