27.3 C
Jakarta
Tuesday, November 26, 2024

Idetitas Diri Modal Membangun Pariwisata

PALANGKA
RAYA
  – Sekarang pariwisata menjadi
bisnis yang besar di dunia. Hampir semua negara berlomba-lomba membangun
kepariwisataanya. Modal utama membangun kepariwisataan adalah identitas diri.
Karena orang berwisata itu untuk mencari pengalaman dan tempat baru yang tidak
ada di tempat asal.

Pentingnya
identitas diri ini digali lagi untuk pengembangan pariwisata ini disampaikan
oleh  Anneke Prasyanti Tenaga Ahli
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dan Gede Mahaputra PhD Dosen
Arsitektur Warmadewa Bali,  Jumat
(22/11).

Keduanya
menjadi narasumber dalam Talkshow Arsitektur dan Pariwisata yang
diselenggarakan oleh Ikatan Arsitek Indoensia (IAI) Kalteng, Jumat (22/11).
Selain keduanya, IAI juga mengundang M Cahyo Novianto Arsitek, Rio S Migang
Prinsipal Ecoplan Australia. Talkshow yang dipandu oleh ketua IAI Kalteng
Indrabakti Sangalang merupakan kegiatan terakhir  dari rangkaian kegiatan yang diselenggarakan
oleh IAI Kalteng bertema Heart of Borneo Architecture Urbanisme 2019.

Anneke
menyampaikan tiga tahun terakhir ini Kementerian Pariwisata melakukan
pembenahan desa wisata dan homestay. Kenapa homestay, ini sesuai arahan
presiden bahwa pemberdayaan ekonomi dimulai dari entitas terkecil yakni
masyarakat. Asset yang paling mudah diaktivasi adalah rumah tempat tinggal.

Baca Juga :  Tak Pernah Puas Atas Pencapaian, 5 Zodiak Ini Selalu Ingin Sempurna

Kenapa
homestay, ini ada skema bisnis yang sangat baik untuk masa depan. Kalau
rumah-rumah tradisi tidak manfaatkan selama ini, sangat sayang. Karena
pariwisata itu orang datang untuk menikmati pengalaman baru. Terutama, kalau
rumah di setiap daerah , suku itu punya ciri khas masing-masing.

“Kami
tenaga ahli ini hanya penugasan sementara. Masyarakat yang bisa
melaksanakannya.  Ini program presiden
untuk masyarakat,” ujar Anneke yang juga seorang arsitektur.

Namun
untuk bisa melakukannya, masyarakat harus tahu potensi yang terbesar pada
dirinya. Potensi yang merupakan harta terbesar masyarakat adalah identitas
diri, budaya, hunian, dan desa adat. Itu pontesi pariwisata yang bisa
menghasilkan uang.

 â€œPosisi masyarakat sebagai pencari nafkah
rutin, kadang lupa saya ini siapa, punya apa? Kalau di desa ini rasanya selalu
merasa kekurangan.  Ini  yang harus diedukasi lagi,” ujar Anneke yang
juga seorang arsitektur

Sementara
itu Gede menyampaikan sekarang pariwisata menjadi bisnis yang besar di dunia.
Hampir semua negara berlomba-lomba membangun kepariwisataanya. Modal utama
membangun kepariwisataan adalah identitas. Karena pariwisata itu mencari tempat
yang tidak ditemukan di tempat asalnya.

Baca Juga :  Intip Busana Daily Wear Keren yang Terinspirasi dari Bahan APD

“Saya
dari Bali ke Palangka Raya pasti mencari yang tidak ada di Bali. Apa yang
menjadi identitas di Palangka Raya, itu lah yang dicari oleh wisatawan,” ujar
Gede.

Sayang,
kata Gede, di zaman globalisasi semua menjadi sama. Bangunan menjadi
terstandar, kesenian jadi terstandar, musik-musik juga menjadi terdikte dari
luar negeri. Keunikan itu pelan-pelan menghilang.

“Di
saat keunikan itu hilang, disini kesempatan kita untuk membangkitkan kembali
keunikan itu dan bisa kita jual menjadi komoditas pariwisata. Karena pariwisata
ini tidak perlu menambang yang merusak, tidak perlu menanam yang repot.
Pariwisata cukup menjaga keunikan yang ada. Kemudian dikapitalisasi sehingga
mempunyai nilai ekonomi,” ujar Gede.

Untuk
Kalteng Gede menyarankan untuk menggali lagi keunikan-keunikan dari sisi arsitektur,
dan juga sungai. Bisa dalam bentuk alami, sepeti tumbuhan, ikan. Atau buatan
seperti aktivitas manusia. Kemudian juga kebudayaan. (sma/OL)

PALANGKA
RAYA
  – Sekarang pariwisata menjadi
bisnis yang besar di dunia. Hampir semua negara berlomba-lomba membangun
kepariwisataanya. Modal utama membangun kepariwisataan adalah identitas diri.
Karena orang berwisata itu untuk mencari pengalaman dan tempat baru yang tidak
ada di tempat asal.

Pentingnya
identitas diri ini digali lagi untuk pengembangan pariwisata ini disampaikan
oleh  Anneke Prasyanti Tenaga Ahli
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dan Gede Mahaputra PhD Dosen
Arsitektur Warmadewa Bali,  Jumat
(22/11).

Keduanya
menjadi narasumber dalam Talkshow Arsitektur dan Pariwisata yang
diselenggarakan oleh Ikatan Arsitek Indoensia (IAI) Kalteng, Jumat (22/11).
Selain keduanya, IAI juga mengundang M Cahyo Novianto Arsitek, Rio S Migang
Prinsipal Ecoplan Australia. Talkshow yang dipandu oleh ketua IAI Kalteng
Indrabakti Sangalang merupakan kegiatan terakhir  dari rangkaian kegiatan yang diselenggarakan
oleh IAI Kalteng bertema Heart of Borneo Architecture Urbanisme 2019.

Anneke
menyampaikan tiga tahun terakhir ini Kementerian Pariwisata melakukan
pembenahan desa wisata dan homestay. Kenapa homestay, ini sesuai arahan
presiden bahwa pemberdayaan ekonomi dimulai dari entitas terkecil yakni
masyarakat. Asset yang paling mudah diaktivasi adalah rumah tempat tinggal.

Baca Juga :  Tak Pernah Puas Atas Pencapaian, 5 Zodiak Ini Selalu Ingin Sempurna

Kenapa
homestay, ini ada skema bisnis yang sangat baik untuk masa depan. Kalau
rumah-rumah tradisi tidak manfaatkan selama ini, sangat sayang. Karena
pariwisata itu orang datang untuk menikmati pengalaman baru. Terutama, kalau
rumah di setiap daerah , suku itu punya ciri khas masing-masing.

“Kami
tenaga ahli ini hanya penugasan sementara. Masyarakat yang bisa
melaksanakannya.  Ini program presiden
untuk masyarakat,” ujar Anneke yang juga seorang arsitektur.

Namun
untuk bisa melakukannya, masyarakat harus tahu potensi yang terbesar pada
dirinya. Potensi yang merupakan harta terbesar masyarakat adalah identitas
diri, budaya, hunian, dan desa adat. Itu pontesi pariwisata yang bisa
menghasilkan uang.

 â€œPosisi masyarakat sebagai pencari nafkah
rutin, kadang lupa saya ini siapa, punya apa? Kalau di desa ini rasanya selalu
merasa kekurangan.  Ini  yang harus diedukasi lagi,” ujar Anneke yang
juga seorang arsitektur

Sementara
itu Gede menyampaikan sekarang pariwisata menjadi bisnis yang besar di dunia.
Hampir semua negara berlomba-lomba membangun kepariwisataanya. Modal utama
membangun kepariwisataan adalah identitas. Karena pariwisata itu mencari tempat
yang tidak ditemukan di tempat asalnya.

Baca Juga :  Intip Busana Daily Wear Keren yang Terinspirasi dari Bahan APD

“Saya
dari Bali ke Palangka Raya pasti mencari yang tidak ada di Bali. Apa yang
menjadi identitas di Palangka Raya, itu lah yang dicari oleh wisatawan,” ujar
Gede.

Sayang,
kata Gede, di zaman globalisasi semua menjadi sama. Bangunan menjadi
terstandar, kesenian jadi terstandar, musik-musik juga menjadi terdikte dari
luar negeri. Keunikan itu pelan-pelan menghilang.

“Di
saat keunikan itu hilang, disini kesempatan kita untuk membangkitkan kembali
keunikan itu dan bisa kita jual menjadi komoditas pariwisata. Karena pariwisata
ini tidak perlu menambang yang merusak, tidak perlu menanam yang repot.
Pariwisata cukup menjaga keunikan yang ada. Kemudian dikapitalisasi sehingga
mempunyai nilai ekonomi,” ujar Gede.

Untuk
Kalteng Gede menyarankan untuk menggali lagi keunikan-keunikan dari sisi arsitektur,
dan juga sungai. Bisa dalam bentuk alami, sepeti tumbuhan, ikan. Atau buatan
seperti aktivitas manusia. Kemudian juga kebudayaan. (sma/OL)

Terpopuler

Artikel Terbaru