26.3 C
Jakarta
Sunday, November 24, 2024

Teknologi 5G Mudahkan Banyak Hal, Kampanye Pilpres 2024 Pakai Hologram

Selain menjanjikan
kecepatan tinggi, teknologi jaringan seluler generasi kelim alias 5G juga
diklaim akan banyak memudahkan berbagai hal. Segmen industri, kesehatan,
manufaktur, perkebunan, dan banyak bidang lainnya termasuk yang akan menerima
manfaat 5G. Tentunya juga untuk konsumen biasa dengan penggunaan smartphone dan
perangkat Internet of Things (IoT).

Baru-baru ini,
operator seluler XL Axiata melakukan pengujian 5G untuk aplikasi teknologi
hologram yang nantinya akan menyasar kalangan Business to Business (B2B).
Menariknya, teknologi hologram menurut Menteri Komunikasi dan Informatika
(Menkominfo) Rudiantara akan menjadi hype di masa depan, mungkin pada 2024
mendatang.

“Teknologi hologram
ini adalah salah satu contoh aplikasi 5G untuk B2B. Ini pada tahun 2024 akan
menjadi bisnis. Hologram akan jadi salah satu contoh aplikasi 5G yang akan jadi
hype ke depan. Nanti, bisa saja kampanye pemilihan presiden (pilpres) pada 2024
cukup pakai hologram,” ujar Rudiantara saat acara uji coba 5G XL Axiata di
Jakarta, Rabu (21/8).

Pada tahun tersebut,
pria yang karib disapa Chief RA itu menyakini bahwa teknologi 5G sudah makin
dikenal oleh masyarakat secara luas. Artinya, 5G selain menyasar B2B juga akan
banyak digunakan oleh level consumer.

Berdasarkan
pengalamannya, Rudiantara bercerita bahwa hologram yang ada saat ini masih
terbilang sebagai perangkat yang rumit dan mahal. Ke depan, seiring berjalannya
waktu, teknologi yang kian membumi, hologram diyakini akan semakin dikenal
masyarakat sebagai sarana komunikasi jarak jauh yang menghilangkan batas jarak
dan waktu secara real-time.

Baca Juga :  Ikut Pawai Taaruf, Ajarkan Nilai Agama

“Saya mengalami tahun
2019. Untuk apa? Untuk kampanye presiden. Saya di mana, Pak Jokowi di mana,
hologram kita di mana dan disaksikan masyarakat. Bayangkan ini kalau dipakai
kampanye 2024, calon presidennya cukup di satu tempat, hologramnya jalan-jalan,
muter-muter ke kampung-kampung. Efisien kan,” ungkapnya.

Pria asal Bogor, Jawa
Barat, itu juga menyebut bahwa hologram ini akan jadi salah satu aplikasi yang
mungkin jadi ‘killer application’ untuk calon presiden 2024. Rudiantara
mengungkapkan, calon presiden RI masa mendatang tak perlu lagi menyambangi
berbagai daerah untuk melakukan kampanye. Dengan struktur geografis Indonesia
yang merupakan negara kepulauan dan sangat luas, perjalanan tersebut memakan
waktu dan biaya.

5G di Indonesia Kapan?

Pertanyaan tersebut
mungkin kerap terdengar belakangan. Terlebih, beberapa negara maju sudah mulai
menggelar layanan 5G kepada konsumen. Smartphone 5G pun juga sudah mulai
bermunculan.

Dalam kesempatan
tersebut, Presiden Direktur XL Axiata Dian Siswarini memprediksi, Indonesia
baru bisa mengimplementasikan teknologi 5G dalam waktu tiga tahun lagi.
Pemerintah sendiri juga sampai saat ini belum menentukan spektrum yang akan
digunakan untuk jaringan 5G di Indonesia.

Baca Juga :  Menata Perpustakaan Agar Memiliki Daya Tarik

“Untuk sampai pada
implementasi 5G, banyak sekali persiapan, termasuk fiberisasi. Selain dari sisi
infrastruktur, bisnis model, dan investasinya, terutama untuk spektrum dan
peralatannya,” kata Dian.

Dalam upaya
implementasi 5G, XL Axiata saat ini fokus pada infrastruktur fiber optik atau
fiberisasi. Dengan fiberisasi, kecepatan data tentu akan semakin tinggi, jumlah
pemakai lebih banyak, serta latensi atau yang rendah. Keunggulan teknologi 5G
tersebut hanya bisa didapatkan jika site atau Base Transceiver Station (BTS)
terhubung dengan fiber.

Persiapan lainnya yang
perlu disiapkan adalah bisnis model dan spektrum yang tepat. Dalam hal ini
termasuk investasi biaya untuk spektrum. Sejauh ini ada tiga kandidat pita
frekuensi yang kerap disebut akan menjadi pilihan di Indonesia, yakni 3,5 GHz;
2,6 GHz; dan 2,8 GHz.

Seperti sudah
disinggung di atas, Dian mengungkapkan, tekologi jaringan seluler kelima ini
ideal untuk berbagai industri, termasuk kesehatan, kontruksi, transportasi, dan
pendidikan. Selain itu juga cocok untuk pemerintah seperti penerapan smart
city.

“Kebutuhan terbesar
untuk 5G itu, kita lihat untuk B2B. Ada banyak use case untuk B2B karena
dibutuhkan berbagai industri termasuk kesehatan dan transportasi. Di luar B2B,
komersialisasi 5G saat ini kebanyakan baru untuk mengoptimalkan pengalaman
bermain game online dan Virtual Reality (VR),” tutup Dian.(jpg)

 

Selain menjanjikan
kecepatan tinggi, teknologi jaringan seluler generasi kelim alias 5G juga
diklaim akan banyak memudahkan berbagai hal. Segmen industri, kesehatan,
manufaktur, perkebunan, dan banyak bidang lainnya termasuk yang akan menerima
manfaat 5G. Tentunya juga untuk konsumen biasa dengan penggunaan smartphone dan
perangkat Internet of Things (IoT).

Baru-baru ini,
operator seluler XL Axiata melakukan pengujian 5G untuk aplikasi teknologi
hologram yang nantinya akan menyasar kalangan Business to Business (B2B).
Menariknya, teknologi hologram menurut Menteri Komunikasi dan Informatika
(Menkominfo) Rudiantara akan menjadi hype di masa depan, mungkin pada 2024
mendatang.

“Teknologi hologram
ini adalah salah satu contoh aplikasi 5G untuk B2B. Ini pada tahun 2024 akan
menjadi bisnis. Hologram akan jadi salah satu contoh aplikasi 5G yang akan jadi
hype ke depan. Nanti, bisa saja kampanye pemilihan presiden (pilpres) pada 2024
cukup pakai hologram,” ujar Rudiantara saat acara uji coba 5G XL Axiata di
Jakarta, Rabu (21/8).

Pada tahun tersebut,
pria yang karib disapa Chief RA itu menyakini bahwa teknologi 5G sudah makin
dikenal oleh masyarakat secara luas. Artinya, 5G selain menyasar B2B juga akan
banyak digunakan oleh level consumer.

Berdasarkan
pengalamannya, Rudiantara bercerita bahwa hologram yang ada saat ini masih
terbilang sebagai perangkat yang rumit dan mahal. Ke depan, seiring berjalannya
waktu, teknologi yang kian membumi, hologram diyakini akan semakin dikenal
masyarakat sebagai sarana komunikasi jarak jauh yang menghilangkan batas jarak
dan waktu secara real-time.

Baca Juga :  Ikut Pawai Taaruf, Ajarkan Nilai Agama

“Saya mengalami tahun
2019. Untuk apa? Untuk kampanye presiden. Saya di mana, Pak Jokowi di mana,
hologram kita di mana dan disaksikan masyarakat. Bayangkan ini kalau dipakai
kampanye 2024, calon presidennya cukup di satu tempat, hologramnya jalan-jalan,
muter-muter ke kampung-kampung. Efisien kan,” ungkapnya.

Pria asal Bogor, Jawa
Barat, itu juga menyebut bahwa hologram ini akan jadi salah satu aplikasi yang
mungkin jadi ‘killer application’ untuk calon presiden 2024. Rudiantara
mengungkapkan, calon presiden RI masa mendatang tak perlu lagi menyambangi
berbagai daerah untuk melakukan kampanye. Dengan struktur geografis Indonesia
yang merupakan negara kepulauan dan sangat luas, perjalanan tersebut memakan
waktu dan biaya.

5G di Indonesia Kapan?

Pertanyaan tersebut
mungkin kerap terdengar belakangan. Terlebih, beberapa negara maju sudah mulai
menggelar layanan 5G kepada konsumen. Smartphone 5G pun juga sudah mulai
bermunculan.

Dalam kesempatan
tersebut, Presiden Direktur XL Axiata Dian Siswarini memprediksi, Indonesia
baru bisa mengimplementasikan teknologi 5G dalam waktu tiga tahun lagi.
Pemerintah sendiri juga sampai saat ini belum menentukan spektrum yang akan
digunakan untuk jaringan 5G di Indonesia.

Baca Juga :  Menata Perpustakaan Agar Memiliki Daya Tarik

“Untuk sampai pada
implementasi 5G, banyak sekali persiapan, termasuk fiberisasi. Selain dari sisi
infrastruktur, bisnis model, dan investasinya, terutama untuk spektrum dan
peralatannya,” kata Dian.

Dalam upaya
implementasi 5G, XL Axiata saat ini fokus pada infrastruktur fiber optik atau
fiberisasi. Dengan fiberisasi, kecepatan data tentu akan semakin tinggi, jumlah
pemakai lebih banyak, serta latensi atau yang rendah. Keunggulan teknologi 5G
tersebut hanya bisa didapatkan jika site atau Base Transceiver Station (BTS)
terhubung dengan fiber.

Persiapan lainnya yang
perlu disiapkan adalah bisnis model dan spektrum yang tepat. Dalam hal ini
termasuk investasi biaya untuk spektrum. Sejauh ini ada tiga kandidat pita
frekuensi yang kerap disebut akan menjadi pilihan di Indonesia, yakni 3,5 GHz;
2,6 GHz; dan 2,8 GHz.

Seperti sudah
disinggung di atas, Dian mengungkapkan, tekologi jaringan seluler kelima ini
ideal untuk berbagai industri, termasuk kesehatan, kontruksi, transportasi, dan
pendidikan. Selain itu juga cocok untuk pemerintah seperti penerapan smart
city.

“Kebutuhan terbesar
untuk 5G itu, kita lihat untuk B2B. Ada banyak use case untuk B2B karena
dibutuhkan berbagai industri termasuk kesehatan dan transportasi. Di luar B2B,
komersialisasi 5G saat ini kebanyakan baru untuk mengoptimalkan pengalaman
bermain game online dan Virtual Reality (VR),” tutup Dian.(jpg)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru