Site icon Prokalteng

Kiat Orang Tua dan Guru Agar Anak Tidak Stres Belajar dari Rumah

kiat-orang-tua-dan-guru-agar-anak-tidak-stres-belajar-dari-rumah

Sudah
8 bulan pelajar dan mahasiswa harus belajar dari rumah di masa pandemi
Covid-19. Kondisi ini tentu membuat mereka stres dan jenuh. Apalagi belajar
dari rumah atau Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) membuat mereka sulit berinteraksi
dan bersosialiasi langsung dengan teman-temannya.

Covid-19
memang telah menggeser hampir seluruh aktivitas sosial masyarakat. Tidak hanya
anak sekolah yang dipaksa harus belajar dari rumah, para pekerja pun dituntut
untuk tetap produktif menyelesaikan tugas-tugas kantornya selama working from
home.

Namun,
belajar secara daring ternyata bukan tanpa kendala. Selain sulitnya koordinasi,
akses internet yang kurang memadai juga membuat proses pembelajaran jadi terasa
makin sulit. Masalah bertambah ketika guru hanya mengandalkan media belajar
iLearning yang itu-itu saja. Akibatnya, murid lama-lama merasa bosan.

“PJJ
secara tidak sadar juga telah merampas kehidupan guru dan murid bahkan orang
tua. Akibatnya, engagement antara pengajar dan siswanya menurun drastis. Dengan
tekanan yang cukup besar, bukan tidak mungkin hal ini akan menimbulkan rasa
frustrasi bagi setiap pihak yang terlibat,” kata Praktisi Pendidikan yang juga
Dekan School of Computer Science BINUS University Fredy Purnomo, secara daring
baru-baru ini.

Menurutnya,
guru dan orang tua dituntut untuk menghadirkan suasana pembelajaran jarak jauh
yang tidak hanya efektif, tetapi juga menyenangkan. Caranya yakni dengan metode
belajar Gamifikasi. Apa itu?

Gamifikasi
sendiri artinya penerapan prinsip-prinsip dan elemen struktural game
(permainan) pada berbagai aktivitas. Beruntung sekarang sudah banyak teknologi
berbasis gamifikasi atau game based learning sehingga kegiatan PJJ bisa lebih
maksimal.

“Dalam
konteks pendidikan, game bisa menjadi wadah yang menarik bagi para murid untuk
belajar banyak hal dengan cara yang menyenangkan. Tidak sedikit game yang
mempromosikan cara berkomunikasi, koordinasi, atau bahkan persaingan
antarpemain,” jelas Fredy.

Berdasar
itu, guru dan orang tua saat mendampingi anak di rumah diminta melakukan pendekatan
belajar dengan menyelipkan unsur permainan. Misalnya seperti problem solving,
mendongeng (story telling), kompetisi, reward and punishment, dan sebagainya
terbukti telah meningkatkan minat belajar murid selama proses PJJ.

“Berkat
gamifikasi, guru pun bisa lebih maksimal dalam menyampaikan materi dan mencapai
tujuan belajar,” jelasnya.

Menurutnya,
di Indonesia sendiri, penerapan gamifikasi masih menemui banyak kendala. Selain
akses internet yang belum merata, SDM dengan kualifikasi di bidang ini juga
terbilang masih sangat terbatas. Padahal SDM yang berkualitas adalah kunci
sukses terwujudnya gamifikasi di segala bidang, tak terkecuali pendidikan.

“Dengan
Game Application and Technology tidak hanya fokus pada disiplin ilmu yang
berkaitan dengan gaming tapi juga akan dibekali dengan softskill lain seperti
kemampuan berkomunikasi efektif, critical thinking, dan problem solving,”
tandasnya.

Exit mobile version