Site icon Prokalteng

Dulu Suka Merusak, Kini Ikut Lestarikan Terumbu Karang

dulu-suka-merusak-kini-ikut-lestarikan-terumbu-karang

Tak ada kata telat bagi
Kelompok Nelayan Sari Indah, Banjar Dinas Yeh Biu, Desa Patas, Gerokgak,
Buleleng, untuk ikut melestarikan terumbu karang wilayah pesisir utara Bali.
Meskipun dulu ikut merusak, kini mereka giat merawat dan melakukan
konservasi.

JULIADI, Gerokgak

PAGI buta, sejumlah
nelayan, aparat TNI dari Kodim 1609/Buleleng, Pemkab Buleleng,
karyawan Pelindo III Pelabuhan Celukan Bawang, para penyelam (diver),
pegiat lingkungan dari komunitas Bali Resik berkumpul di pinggir Pantai
Desa Patas.

Mereka datang dengan membawa
aneka peralatan selam dan media transplansi (mencangkok) terumbu karang. Maklum,
mereka akan melakukan penanaman pada kedalaman sekitar 5 meter sampai 10 meter
laut, di Desa Patas. Sebelum dilakukan penanaman terumbu karang dengan
model transplansi, mereka melakukan aksi bersih-bersih sampah plastik di pantai
dan penebaran bibit ikan bandeng dan kerapu di laut.

Total ada sekitar lima
kerangka besi sebagai media penanaman terumbu, dengan 1.200-an karang yang
akan ditanam. Ketua Kelompok Nelayan Sari Indah, Desa Patas, Abu Hasan,
mengatakan bahwa kali ini beruntung sekali nelayan Desa Patas dilibatkan dalam
pelestarian terumbu karang.

Lebih lagi diberi bantuan
corporate social responsibility (CSR) oleh Pelindo III, Pelabuhan Laut Celukan
Bawang, untuk konservasi terumbu karang. “Bantuan CSR yang diberikan tidak
berupa fisik semata. Tetapi nelayan diberi bekal pengetahuan dan edukasi. Yakni,
bagaimana cara melakukan pelestarian terumbu karang di bawah laut,” ungkap Abu,
sapaan akrab nelayan berusia 56 tahun. Abu menjelaskan bahwa saat ini
sebanyak 1.200 bibit terumbu karang ditanam berjarak 200 meter dari bibir
pantai dengan model transplansi.

Model transplansi dengan
menggunakan media kerangka besi berukuran 3×2 meter. Potongan-potongan karang
kemudian ditempel di atas besi. Baru selanjutnya ditanam di bawah
laut. Abu mengaku rusaknya karang di Pantai Patas sudah terjadi sejak 30
tahun silam. Ada yang diakibatkan ombak atau gelombang laut juga akibat dari
penangkapan ikan hias yang secara besar-besar oleh nelayan menggunakan
potasium.  “Bahkan dulu ada yang menggunakan bom (bom ikan) untuk
menangkap ikan. Puncaknya mengambil karang untuk keperluan bahan kapur,”
bebernya. 

Menurut Abu, perlahan-lahan
kesadaran para nelayan di desanya mulai tumbuh dan menginginkan adanya
konservasi terumbu karang di Pantai Desa Patas. Masyarakat nelayan sudah
meninggalkan cara menangkap ikan dengan merusak karang.  Ke depan juga
setelah dilakukan penanaman terumbu karang, selanjutnya ini menjadi tanggung
jawab kelompok nelayan untuk menjaga.

Juga melindungi terumbu,
khususnya untuk wilayah konservasi di Pantai Patas. â€œKami berencana
membuat sebuah aturan semacam sanksi tegas bagi para nelayan yang merusak
karang di wilayah konservasi,” tandasnya. 

Sementara itu, GM Pelindo
III Pelabuhan Celukan Bawang, Rio Dwi Santoso, mengatakan bahwa pemberian
bantuan sosial (CSR) yakni konservasi terumbu karang, bibit ikan merupakan
bentuk dukungan Pelindo terhadap kelestarian lingkungan.

Kegiatan lainnya yang juga
pihaknya lakukan dalam pelestarian lingkungan yakni bersih pantai, penanaman
pohon dan pembagian botol air minum ke sekolah. (rb/jul/mus/JPR)

Exit mobile version