28.9 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Pakar Relationship: Harapan bisa Memicu Kekecewaan dan Kebencian

Sebagian
orang memiliki standar dan batasan saat memilih pasangan. Bahkan ada yang boleh
dibilang terlalu selektif dan pilih-pilih pasangan. Namun standar Sayangnya,
kerap kali standar dan impian tak sesuai dengan kenyataan.

Psikolog
dan penulis Marriage and the Law of Attraction, Paulette Sherman, menilai,
harapan adalah tentang bagaimana berharap orang lain akan merespons. Standa
dalam memilih seseorang, kata dia, hanya bisa diketahui oleh individu tersebut
sesuai keinginannya.

’’Ada
standar lebih banyak dalam memilih pasangan. Tergantung dengan siapa Anda ingin
menjalani hidup,’’ jekasnya seperti dilansir dari Mind Body Green, Rabu (2/12).
’’Misalnya, Anda memiliki standar kejujuran dalam suatu hubungan atau standar
komunikasi yang saling menghormati. Maka seseorang pasti mengutamakan
kejujuran, kesetiaan, dan selalu menepati janji,’’ jelasnya.

Baca Juga :  Game Ragnarok Forever Love Resmi Rilis Dua Episode Baru

Menurutnya,
menetapkan standar itu sehat. Penting untuk memiliki standar. ’’Begitu Anda
memilih seseorang, Anda seharusnya sudah menentukan apakah mereka cocok dengan
standar. Sebaiknya perhatikan dengan cermat dan tentukan standar apakah Anda
sesuai juga dengan standarnya,’’ katanya.

Menurut
Sherman, standar yang tinggi terkadang tidak bisa selalu memenuhi ekspektasi.
Maka seseorang tetap harus berpikir realistis. ’’Ekspektasi bahwa seorang
pasangan dapat membaca pikiran Anda dan cocok satu sama lain, tentu tak
semuanya bisa sesuai kenyataan dan harapa,’’ jelasnya.

Seperti
yang dicatat Sherman, hampir setiap pasangan harus belajar mengelola ekspektasi
dan impian. ’’Sebab masing-masing orang tumbuh secara berbeda. Maka terimalah
segala perbedaan’’ tegasnya.

Sementara
itu, pakar hubungan Valerie Kolick, menilai rasa kecewa bisa saja muncul ketika
seseorang tak menemukan pasangan sesuai harapannya. ’’Harapan tidak selalu
sesuai kecocokan. Justru di balik harapan, bisa memicu kekecewaan dan
kebencian,’’ ungkapnya.

Baca Juga :  Inspirasi 5 Gaya Busana yang Selalu Jadi Ciri Khas Jennie BLACKPINK

Kesimpulannya,
jika masih ragu dengan si dia, komunikasi lebih intens dan dalam ​​saat
berkencan akan lebih banyak menentukan apakah dia sesuai standar atau bisa
dikompromikan. Sehingga pasangan dapat mengetahui apakah dapat menemukan
kecocokan satu sama lain dengan cara yang sehat. (*)

Sebagian
orang memiliki standar dan batasan saat memilih pasangan. Bahkan ada yang boleh
dibilang terlalu selektif dan pilih-pilih pasangan. Namun standar Sayangnya,
kerap kali standar dan impian tak sesuai dengan kenyataan.

Psikolog
dan penulis Marriage and the Law of Attraction, Paulette Sherman, menilai,
harapan adalah tentang bagaimana berharap orang lain akan merespons. Standa
dalam memilih seseorang, kata dia, hanya bisa diketahui oleh individu tersebut
sesuai keinginannya.

’’Ada
standar lebih banyak dalam memilih pasangan. Tergantung dengan siapa Anda ingin
menjalani hidup,’’ jekasnya seperti dilansir dari Mind Body Green, Rabu (2/12).
’’Misalnya, Anda memiliki standar kejujuran dalam suatu hubungan atau standar
komunikasi yang saling menghormati. Maka seseorang pasti mengutamakan
kejujuran, kesetiaan, dan selalu menepati janji,’’ jelasnya.

Baca Juga :  Game Ragnarok Forever Love Resmi Rilis Dua Episode Baru

Menurutnya,
menetapkan standar itu sehat. Penting untuk memiliki standar. ’’Begitu Anda
memilih seseorang, Anda seharusnya sudah menentukan apakah mereka cocok dengan
standar. Sebaiknya perhatikan dengan cermat dan tentukan standar apakah Anda
sesuai juga dengan standarnya,’’ katanya.

Menurut
Sherman, standar yang tinggi terkadang tidak bisa selalu memenuhi ekspektasi.
Maka seseorang tetap harus berpikir realistis. ’’Ekspektasi bahwa seorang
pasangan dapat membaca pikiran Anda dan cocok satu sama lain, tentu tak
semuanya bisa sesuai kenyataan dan harapa,’’ jelasnya.

Seperti
yang dicatat Sherman, hampir setiap pasangan harus belajar mengelola ekspektasi
dan impian. ’’Sebab masing-masing orang tumbuh secara berbeda. Maka terimalah
segala perbedaan’’ tegasnya.

Sementara
itu, pakar hubungan Valerie Kolick, menilai rasa kecewa bisa saja muncul ketika
seseorang tak menemukan pasangan sesuai harapannya. ’’Harapan tidak selalu
sesuai kecocokan. Justru di balik harapan, bisa memicu kekecewaan dan
kebencian,’’ ungkapnya.

Baca Juga :  Inspirasi 5 Gaya Busana yang Selalu Jadi Ciri Khas Jennie BLACKPINK

Kesimpulannya,
jika masih ragu dengan si dia, komunikasi lebih intens dan dalam ​​saat
berkencan akan lebih banyak menentukan apakah dia sesuai standar atau bisa
dikompromikan. Sehingga pasangan dapat mengetahui apakah dapat menemukan
kecocokan satu sama lain dengan cara yang sehat. (*)

Terpopuler

Artikel Terbaru