26.3 C
Jakarta
Saturday, November 23, 2024

Mahalnya Biaya Tampil di Pekan Mode, Sekali Show Capai Rp 350 Juta

Ajang perhelatan pekan mode bergengsi yang dikenal dengan
istilah Fashion Week, ternyata membutuhkan biaya besar. Untuk seorang desainer
menampilkan koleksinya di 
runway, membutuhkan kocek ratusan juta
rupiah. Salah satunya perhelatan mode tahunan Jakarta Fashion Week (JFW) yang
baru saja selesai pekan lalu.

“Benar sih mahal, Rp 300 juta sampai Rp 350 juta untuk sekali show.
Kalau di Atrium atau di dalam mal Rp 250 juta,” kata Desainer Fashion Ai Syarif
tersenyum saat berbincang dengan JawaPos.com baru-baru ini.

Harga yang mahal itu, biasanya disiasati oleh para desainer
dengan berbagi ruang atau tampil bersama agar biayanya lebih
ringan. Biasanya 3-4 desainer akan berkolaborasi tampil dalam satu
panggung dengan koleksi yang berbeda.

“Menurut saya sih worth-it ya. Karena semua
kebutuhan dari mulai lighting, koreo, MUA, dan model sudah
disediakan. Tapi kan bisa sharing sampai 3-4 desainer makanya masing-masing
minimal menanpilkan 12 look misalnya” kata Ai.

Jangan salah, biaya segitu mahalnya bisa membuat para desainer
balik modal lho. Buktinya, kata Ai, para desainer yang sudah
merasakan asyiknya ikut di panggung pekan mode, justru ikut lagi setiap tahun.

Baca Juga :  Ikut Pawai Taaruf, Ajarkan Nilai Agama

“Sejauh ini sih iya (balik modal). Buktinya ikut-ikut lagi,
branding image untuk kami memperkenalkan produk. Dan dapat pelanggan juga
‘banjir’ jualan,” katanya tertawa.

Ai mencontohkan setiap desainer harus siap dengan stok yang
cukup saat busananya ditampilkan di atas runway. Desainer harus
sudah siap ketika pengunjung langsung naksir ingin membeli beberapa koleksinya.

“Oh iya langsung ditanya itu biasanya kalau habis show.
Saya mau kemejanya ya, saya mau T-Shirt-nya ya. Nah itu mau enggak
mau stok awal sudah kami siapkan misalnya 12 pieces. Baru kalau ada
permintaan lain, di-repeat lagi. Maka jadi desainer dan berjalan di
pekan mode itu harus konsisten ya,” ujarnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh CEO Bateeq, Michele
Tjokrosaputro. Menurutnya bagi sebuah label dan desainer mengikuti ajang pekan
mode bisa memperkenalkan produk sekaligus branding image kepada
konsumen. Selain itu, pengunjung bisa mendapatkan gambaran tentang prediksi
tren mode tahun depan.

Baca Juga :  Apple Watch Series 6, Deteksi Tingkat Oksigen Darah

“Pekan mode, pasti ada jualannya ya. Di JFW mungkin hari-hari
pertama lebih ke branding image tapi hari terakhir mungkin
minimal customer bisa lihat koleksi label kayak apa. Bisa jualan
dan memperkenalkan koleksi para desainer,” tutur Michele.

Maka dari itu, seorang desainer atau label harus konsisten dalam
hal produksi dan marketing. Apalagi jika sudah mengikuti pekan mode, kata dia,
bicara ketersediaan stok juga harus selalu siap sedia.

“Mau pakai influencer juga harus bayar lagi.
Maka menjadi desainer enggak cuma produksi bajunya tapi promosi juga mahal,”
kata Michele.

Desainer Fashion Defrico Audy juga punya pendapat yang sama.
Seorang desainer harus memiliki jejaring antar teman untuk selalu bergandengan
tangan berkolaborasi. Contohnya dalam setiap ajang pekan mode. Sebab, promosi
itu memang mahal.

“Harga promosi 2 kali lipat dari harga produksi. Misalnya JFW
harus beli slot kan. Kalau enggak bergandengan tangan dengan yang lain, kami
lebih ringan lagi. Itu sebabnya jejaring teman itu penting,” tandasnya.(jpg)

 

Ajang perhelatan pekan mode bergengsi yang dikenal dengan
istilah Fashion Week, ternyata membutuhkan biaya besar. Untuk seorang desainer
menampilkan koleksinya di 
runway, membutuhkan kocek ratusan juta
rupiah. Salah satunya perhelatan mode tahunan Jakarta Fashion Week (JFW) yang
baru saja selesai pekan lalu.

“Benar sih mahal, Rp 300 juta sampai Rp 350 juta untuk sekali show.
Kalau di Atrium atau di dalam mal Rp 250 juta,” kata Desainer Fashion Ai Syarif
tersenyum saat berbincang dengan JawaPos.com baru-baru ini.

Harga yang mahal itu, biasanya disiasati oleh para desainer
dengan berbagi ruang atau tampil bersama agar biayanya lebih
ringan. Biasanya 3-4 desainer akan berkolaborasi tampil dalam satu
panggung dengan koleksi yang berbeda.

“Menurut saya sih worth-it ya. Karena semua
kebutuhan dari mulai lighting, koreo, MUA, dan model sudah
disediakan. Tapi kan bisa sharing sampai 3-4 desainer makanya masing-masing
minimal menanpilkan 12 look misalnya” kata Ai.

Jangan salah, biaya segitu mahalnya bisa membuat para desainer
balik modal lho. Buktinya, kata Ai, para desainer yang sudah
merasakan asyiknya ikut di panggung pekan mode, justru ikut lagi setiap tahun.

Baca Juga :  Ikut Pawai Taaruf, Ajarkan Nilai Agama

“Sejauh ini sih iya (balik modal). Buktinya ikut-ikut lagi,
branding image untuk kami memperkenalkan produk. Dan dapat pelanggan juga
‘banjir’ jualan,” katanya tertawa.

Ai mencontohkan setiap desainer harus siap dengan stok yang
cukup saat busananya ditampilkan di atas runway. Desainer harus
sudah siap ketika pengunjung langsung naksir ingin membeli beberapa koleksinya.

“Oh iya langsung ditanya itu biasanya kalau habis show.
Saya mau kemejanya ya, saya mau T-Shirt-nya ya. Nah itu mau enggak
mau stok awal sudah kami siapkan misalnya 12 pieces. Baru kalau ada
permintaan lain, di-repeat lagi. Maka jadi desainer dan berjalan di
pekan mode itu harus konsisten ya,” ujarnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh CEO Bateeq, Michele
Tjokrosaputro. Menurutnya bagi sebuah label dan desainer mengikuti ajang pekan
mode bisa memperkenalkan produk sekaligus branding image kepada
konsumen. Selain itu, pengunjung bisa mendapatkan gambaran tentang prediksi
tren mode tahun depan.

Baca Juga :  Apple Watch Series 6, Deteksi Tingkat Oksigen Darah

“Pekan mode, pasti ada jualannya ya. Di JFW mungkin hari-hari
pertama lebih ke branding image tapi hari terakhir mungkin
minimal customer bisa lihat koleksi label kayak apa. Bisa jualan
dan memperkenalkan koleksi para desainer,” tutur Michele.

Maka dari itu, seorang desainer atau label harus konsisten dalam
hal produksi dan marketing. Apalagi jika sudah mengikuti pekan mode, kata dia,
bicara ketersediaan stok juga harus selalu siap sedia.

“Mau pakai influencer juga harus bayar lagi.
Maka menjadi desainer enggak cuma produksi bajunya tapi promosi juga mahal,”
kata Michele.

Desainer Fashion Defrico Audy juga punya pendapat yang sama.
Seorang desainer harus memiliki jejaring antar teman untuk selalu bergandengan
tangan berkolaborasi. Contohnya dalam setiap ajang pekan mode. Sebab, promosi
itu memang mahal.

“Harga promosi 2 kali lipat dari harga produksi. Misalnya JFW
harus beli slot kan. Kalau enggak bergandengan tangan dengan yang lain, kami
lebih ringan lagi. Itu sebabnya jejaring teman itu penting,” tandasnya.(jpg)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru