27.5 C
Jakarta
Friday, April 19, 2024

Waspadai Skoliosis, Anak Suka Menyendiri dan Jaketan

JAKARTA-Para orang tua diminta lebih peduli
terhadap perkembangan fisik buah hatinya. Sebab, 
skoliosis terus
mengintai anak-anak terutama di masa pertumbuhan usia 10-15 tahun.

Data World Health Organization
(WHO) menyebutkan, 3 persen warga di dunia rentan terkena skoliosis dan di
Indonesia setidaknya 3-5 persen. Skoliosis adalah kelainan pada rangka tubuh
berupa abnormalitas bentuk belakang di mana tulang belakang melengkung seperti
huruf C atau S.

Menurut dr Phedy Sp.OT-K,
kelainan ini biasanya ditemukan pada anak-anak sebelum masa pubertas, 10-15
tahun. “Skoliosis di atas 70 derajat dapat menyebabkan gangguan fungsi
paru-paru. Sedangkan di atas 100 derajat dapat mengganggu fungsi jantung,”
terang Dokter Phedy, spesialis ortopedi konsultan tulang belakang Siloam
Hospitals Kebun Jeruk di Jakarta, Kamis (31/10) lalu.

Dia menyebutkan, sebagian
besar Skoliosis tidak ditemukan penyebabnya. Skoliosis akan semakin parah jika
dibiarkan atau ditangani dengan cara yang tidak tepat. Namun, tidak semua penanganan
Skoliosis harus dengan cara operasi.

Baca Juga :  Bangga Masker Desainnya Dipakai Lady Gaga, Ini Cerita Mety Choa

“Tidak selalu harus operasi.
Penanganan Skoliosis sebenarnya bisa lewat observasi, ortosis dan operasi.
Operasi dilakukan untuk sudut di bawah 30 derajat. Selain itu, pasien juga
dianjurkan melakukan latihan dengan stretching untuk memperbaiki imbalance
otot. Pasien dengan sudut 30-40 derajat dan masih dalam usia pertumbuhan biasanya
akan diberikan ortosis,” bebernya.

Dokter Phedy mengungkapkan,
banyak pasien Skoliosis yang dibawa ke rumah sakit sudah stadium lanjut.
Padahal deteksi dini Skoliosis sangat mudah. Bisa dilakukan oleh siapa saja,
dan tidak membutuhkan alat khusus.

Deteksi dini dianjurkan
dilakukan pada anak perempuan usia 11-13 tahun. Anak laki-laki usia 13-14
tahun. Beberapa tanda kemungkinan anak menderita Skoliosis adalah bahu tidak
sama tinggi, tonjolan punggung tidak sama tinggi, lipat pinggang tidak sama
tinggi, panggul tidak sama tinggi, jarak siku ke tubuh tidak sama, tonjolan
punggung atas atau bawah tidak sama tinggi saat membungkuk ke depan. Bila
ditemukan salah satu tanda tersebut, kemungkinan anaknya kena Skoliosis.

Baca Juga :  Jangan Dibuang, Buktikan 3 Manfaat Teh Celup Untuk Kecantikan Kulit

“Deteksi anak-anak sudah kena
Skoliosis mudah saja. Lihat bahu dan punggungnya, kalau asimetris tandanya
Skoliosis. Anak-anak yang kena Skoliosis cenderung menyendiri dan sering pakai
jaket. Karena malu dengan kondisi fisiknya, si anak menutup diri dan jaketan
terus meski di dalam rumah,” tuturnya.

Dia menyarankan, orang tua
untuk sering melihat fisik anaknya. Mulai dari bahu, punggung hingga pinggang.
Bila ada yang asimetris segera bawa ke dokter spesialis ortopedi khusus tulang
belakang. Sebab tidak semua dokter bisa mendeteksi dini adanya Skoliosis atau
tidak.

“Di Siloam Hospitals Kebun
Jeruk sudah ada penanganan Skoliosis di Sports, Shoulder and Spine Clinic yang
khusus menangani otot dan tulang yang berhubungan dengan cedera olahraga, kaki,
pergelangan kaki, bahu, dan tulang belakang,” tandasnya.(esy/jpnn)

 

 

JAKARTA-Para orang tua diminta lebih peduli
terhadap perkembangan fisik buah hatinya. Sebab, 
skoliosis terus
mengintai anak-anak terutama di masa pertumbuhan usia 10-15 tahun.

Data World Health Organization
(WHO) menyebutkan, 3 persen warga di dunia rentan terkena skoliosis dan di
Indonesia setidaknya 3-5 persen. Skoliosis adalah kelainan pada rangka tubuh
berupa abnormalitas bentuk belakang di mana tulang belakang melengkung seperti
huruf C atau S.

Menurut dr Phedy Sp.OT-K,
kelainan ini biasanya ditemukan pada anak-anak sebelum masa pubertas, 10-15
tahun. “Skoliosis di atas 70 derajat dapat menyebabkan gangguan fungsi
paru-paru. Sedangkan di atas 100 derajat dapat mengganggu fungsi jantung,”
terang Dokter Phedy, spesialis ortopedi konsultan tulang belakang Siloam
Hospitals Kebun Jeruk di Jakarta, Kamis (31/10) lalu.

Dia menyebutkan, sebagian
besar Skoliosis tidak ditemukan penyebabnya. Skoliosis akan semakin parah jika
dibiarkan atau ditangani dengan cara yang tidak tepat. Namun, tidak semua penanganan
Skoliosis harus dengan cara operasi.

Baca Juga :  Bangga Masker Desainnya Dipakai Lady Gaga, Ini Cerita Mety Choa

“Tidak selalu harus operasi.
Penanganan Skoliosis sebenarnya bisa lewat observasi, ortosis dan operasi.
Operasi dilakukan untuk sudut di bawah 30 derajat. Selain itu, pasien juga
dianjurkan melakukan latihan dengan stretching untuk memperbaiki imbalance
otot. Pasien dengan sudut 30-40 derajat dan masih dalam usia pertumbuhan biasanya
akan diberikan ortosis,” bebernya.

Dokter Phedy mengungkapkan,
banyak pasien Skoliosis yang dibawa ke rumah sakit sudah stadium lanjut.
Padahal deteksi dini Skoliosis sangat mudah. Bisa dilakukan oleh siapa saja,
dan tidak membutuhkan alat khusus.

Deteksi dini dianjurkan
dilakukan pada anak perempuan usia 11-13 tahun. Anak laki-laki usia 13-14
tahun. Beberapa tanda kemungkinan anak menderita Skoliosis adalah bahu tidak
sama tinggi, tonjolan punggung tidak sama tinggi, lipat pinggang tidak sama
tinggi, panggul tidak sama tinggi, jarak siku ke tubuh tidak sama, tonjolan
punggung atas atau bawah tidak sama tinggi saat membungkuk ke depan. Bila
ditemukan salah satu tanda tersebut, kemungkinan anaknya kena Skoliosis.

Baca Juga :  Jangan Dibuang, Buktikan 3 Manfaat Teh Celup Untuk Kecantikan Kulit

“Deteksi anak-anak sudah kena
Skoliosis mudah saja. Lihat bahu dan punggungnya, kalau asimetris tandanya
Skoliosis. Anak-anak yang kena Skoliosis cenderung menyendiri dan sering pakai
jaket. Karena malu dengan kondisi fisiknya, si anak menutup diri dan jaketan
terus meski di dalam rumah,” tuturnya.

Dia menyarankan, orang tua
untuk sering melihat fisik anaknya. Mulai dari bahu, punggung hingga pinggang.
Bila ada yang asimetris segera bawa ke dokter spesialis ortopedi khusus tulang
belakang. Sebab tidak semua dokter bisa mendeteksi dini adanya Skoliosis atau
tidak.

“Di Siloam Hospitals Kebun
Jeruk sudah ada penanganan Skoliosis di Sports, Shoulder and Spine Clinic yang
khusus menangani otot dan tulang yang berhubungan dengan cedera olahraga, kaki,
pergelangan kaki, bahu, dan tulang belakang,” tandasnya.(esy/jpnn)

 

 

Terpopuler

Artikel Terbaru