25.8 C
Jakarta
Sunday, July 7, 2024
spot_img

Viral, Lelaki Tua dan Supra

Kalau akhir-akhir ini Tuan gemar mengunjungi media sosial, Tuan akan mendapati kisah viral tentang lelaki tua dan motor Supra. Kisahnya yang kocak dan menyentuh hati membuat pengguna media sosial mengunggah ulang, dengan beragam cara, di berbagai saluran media sosial yang ada.

Kalau Tuan belum sempat mendengar atau melihat video dan gambarnya, saya bersedia menceritakannya.

Sudah siap? Perlu kopi?

Pada siang yang terik, berdasar latar video yang viral beredar itu, seorang lelaki tua sedang berjongkok di tepi jalan, di depan motor Honda Astrea Supra. Dilihat dari warna dan bentuknya, motor tua itu keluaran tahun 1997, masih menggunakan rem tromol, dan, sebagaimana dikenali, seri ini menggunakan kapasitas mesin 97 cc.

Seorang pesepeda, yang kebetulan melintas dengan kamera pada setang, berhenti. Menduga lelaki tua itu sedang butuh bantuan, pesepeda itu bertanya apa yang sedang terjadi?

”Mogok. Olinya habis.

”Itu? Minyak goreng?”

Baca Juga: Fiksi Mini: Lepas, Lugas, tanpa Pretensi Menggurui

 

”Betul. Dua kali penyaringan. Motor ini,” lelaki tua itu menepuk-nepuk pantat motornya dengan mesra, ”seperti istriku. Dia tidak butuh oli buat memasak. Dia butuhnya minyak goreng.”

Lelaki tua itu tertawa, tubuhnya yang besar berguncang seakan ada isyarat yang rahasia, lalu melanjutkan menuangkan minyak goreng kemasan ke lubang oli mesin. Dia mengatakan ini darurat, meski yang darurat ini sering terjadi.

”Dengan minyak goreng bisa?” suara pesepeda itu terdengar ragu dalam video yang terekam.

”Bisa! Bahkan minyak kayu putih atau minyak telon pun bisa, asal jangan minyak lintah atau minyak kadal,” lelaki tua berkata meyakinkan, kemudian dia menutup sisi wajah dengan telapak tangan kiri dan, dengan suara berbisik, seolah takut terdengar motornya, sebelum berkata, ”Hanya memang sedikit ngomel-ngomel, suaranya, biasalah. Tapi, aroma asapnya benar-benar seperti aroma dapur keluarga. Mas-nya sudah menikah?”

Sampai pada potongan tersebut, pesepeda itu mengunggah videonya di akun TikTok dan Instagram @pitmabur. Komentar yang muncul beragam.

Dari komentar-komentar tersebut, apabila disusun secara teliti, dapat kita ketahui siapa sebenarnya lelaki tua itu, dari mana dia berasal, apa yang dia lakukan dengan motor Supra tua di jalan dekat kebun semangka yang sepi pada terik siang hari?

Komentar teratas mengira lelaki tua itu orang asing yang tersesat. Jika penduduk lokal, tidak mungkin dia telantar. Paling tidak, bisa menghubungi atau meminta seseorang menjemputnya.

”Berani sumpah! Saya pernah melihatnya tidur di dekat Alun-Alun Purwokerto, bulan lalu, depan masjid, di atas motor Supra,” komentar dari @Yuksehatsusukedelai.

Bukannya fokus mencari informasi mengapa lelaki tua itu di Alun-Alun Purwokerto, @JiwaTampan malah mengomentari nama akun, ”Tolong jelaskan, @Yuksehatsusukedelai, memangnya kedelai punya susu? Kok susu kedelai? Sejak kapan tempe dan kecambah bisa berubah jadi mamalia?”

Kita lewati saja perdebatan tidak penting itu. Kita fokus menelusuri komentar penting dan berhenti pada balasan ke enam puluh dua dari @JualBeliTuyulKiloan, ”Itu tetangga saya,” ketiknya, ”Ya Allah jauh sekali perginya sampai ke daerah Pangandaran begitu. Beliau memang penggemar Supra sejati.”

Menurut kesaksian tetangganya itu, yang memberi bukti saat sedang kerja bakti bersama, saking cintanya pada Supra, lelaki tua itu dengan segenap kebanggaan yang tak tergoyahkan telah memberi nama anak-anaknya dengan identitas motor kesayangan.

Baca Juga :  Pak RT Membawa Gergaji

Anak pertamanya, seorang perempuan, diberi nama Supriyanti Cakram Kusuma. Anak keduanya, laki-laki, diberi nama siapa lagi kalau bukan Supra, Supranoto Ilham Fit.

Keseharian lelaki tua itu tinggal di kompleks perumahan dan kebiasaannya pergi jauh dengan motor Supra tua hingga berhari-hari lamanya baru terjadi beberapa tahun terakhir.

”Apa penyebabnya?”

”Tidak tahu pastinya. Sebelumnya dia hanya rutin ke kampus, lalu pulang dengan motor yang sama. Selama bertahun-tahun hingga masa tua,” jawab @JualBeliTuyulKiloan.

 

Tidak lama kemudian muncul komentar berupa kiriman foto yang lain. Supra yang sama berada di dalam kamar, standar dua, ditutupi selimut putih. Tak jauh dari situ, di ranjang, lelaki tua tidur miring sambil tangan dan kakinya memeluk motor.

”Apakah ini orang yang sama?” tanya pengirim. ”Dia pernah singgah di penginapan kami, di Cirebon, dan minta tidur bersama Supra-nya, dalam satu kamar. Kami sudah izin memfoto.”

Seiring mulai banyak yang melihat dan memberi tanda hati, makin banyak pula kesaksian yang mulai muncul, baik disertai gambar maupun video, dari yang normal hingga terkesan tidak masuk akal.

@PenjagaJodohOrang, ”Saya kondektur bus malam Surabaya–Jogja, saya pernah rekam motor ini jalan sendiri. Belum lama. Yang naik ketiduran pegang setang, kepalanya nempel di spidometer. Ini videonya. Motornya sama, yakin. Lihat pelat nomornya.”

Komentar di atas terlalu mistis, meski dengan bukti teramat meyakinkan. Di bawahnya, ada komentar yang lebih realistis dari @PijatSopan.

”Kami ingat. Kami masih punya fotonya. Lihat. Ini akhir Mei lalu lelaki tua ini memanggil dua terapis pijat lelaki di pusat kebugaran kami. Kami beroperasi di area Giayar, Bali. Ketika kami sampai di penginapan yang sederhana, yang kami temui ternyata hanya satu orang.

Awalnya kami mengira dua orang untuk memijat satu orang, tetapi tidak. Teman saya kebagian memijat motor Supra tua rem tromol! Teman saya menanyakan sekali lagi, jangan-jangan lelaki tua ini mabuk.

Namun, tidak. Lelaki tua ini saleh religius, baik hati, murah senyum, dan satu-satunya masalahnya adalah otot kakinya yang terlalu keras. Saat kami tanya, dia menjawab baru saja menggendong motor Supra-nya yang mogok. Kami mengira dia bercanda, tapi salah. Dia menunjukkan foto sedang menggendong motor Supra! Ini fotonya.

”Pelan-pelan teman saya, @Rino_TerapistJP, menanyakan sekali lagi. Lelaki tua itu menjawab, ’Tukang bengkel itu hanya memandang kekasihku sebagai kumpulan baut dan besi. Aku tahu, kalian lebih manusiawi dalam melihat segala sesuatu. Kami telah menempuh ribuan kilometer perjalanan bersama. Dia menggendongku selama bertahun-tahun lamanya. Dia pasti lelah, bantulah. Buatlah rileks setiap inci dari tubuhnya. Ini uangnya.’ Saya tidak tahu apa yang membuat teman saya menuruti, uang atau rasa empati yang mendalam. Kami pun mengobrol tentang siapa dirinya, dari mana berasal, ke mana akan pergi, dan mengapa begitu mencintai motornya dan memperlakukannya seperti seorang manusia?”

Lanjutan…

”Mana lanjutannya?!” Komentar lain tak sabar menunggu.

”Woi!” Masih tak sabar.

Tidak ada lanjutan apa pun dari akun @PijatSopan.

Mereka yang sudah telanjur penasaran terus mengejar dan menunggu.

Baca Juga :  Viral di Tiktok Usai Dicover Fadhilah Intan, Rupanya Ini Penyanyi Aslinya

Dari komentar-komentar mereka yang haru dan gelisah, tergambar kenyataan tersembunyi bahwa mereka jangan-jangan memiliki kendaraan atau benda kesayangan. Namun, belum ada dalam diri mereka rasa cinta yang sedemikian mengagumkan seperti yang dijalani dan dilakukan oleh lelaki tua itu, yang belakangan diketahui ternyata pergi dengan motor tuanya sendiri ke sejumlah daerah di Pulau Jawa hingga Bali.

Berbagai prasangka muncul tentang mengapa lelaki tua melakukannya? Apakah persoalan cinta? Keluarga? Mencari seseorang? Atau suatu janji tertentu yang belum diberitahukan pada orang lain? Orang-orang semakin penasaran.

Seperti biasa, artis-artis yang hidup mencari pandangan orang lain mulai berdatangan ikut nimbrung seperti penjual balon di setiap keramaian. Artis-artis itu telah berubah dari seniman menjadi orang yang mencari klik dan perhatian. Mereka ingin ambil bagian, bagian untung cuan, menumpang kisah-kisah orang lain yang sedang viral.

Mereka mulai mencari alamat, menawarkan donasi motor keluaran terbaru, sampai produk-produk iklan bermunculan ingin ambil tempat di antara riuh sesak pertanyaan yang belum terselesaikan.

”Dari pelat nomornya itu Sleman, colek @SeduluranSupraSleman,” komen seseorang dengan lampiran pelat nomor yang diperbesar.

”Keluarganya atau temannya, plis, ceritakan, siapa lelaki tua ini dan mengapa dia melakukan semua itu, biar kami bisa tidur nyenyak.”

”Dia melakukan semua itu untuk menebus masa lalunya, Kak. Ketika dia muda ingin menikmati hobinya, tetapi dia harus bekerja menghidupi anak dan istri. Sulit pergi sendirian. Dia telah menghabiskan usianya untuk membahagiakan orang lain. Sampai akhirnya, ketika anak-anaknya sudah beranjak dewasa dan mandiri, dia memutuskan untuk menuntaskan impian masa mudanya dengan motor kesayangannya (tapi ini aku ngarang).”

”Masuk akal sih,” balas komentar di bawahnya, ”atau mungkin ini tentang cinta? Kita hanya bisa menduga. Ayo dong @SeduluranSupraSleman!”

Sehari kemudian, akun yang dicolek muncul memberikan komentar.

”Terima kasih telah mencolek kami. Kami sangat mengenal lelaki tua itu. Walaupun lelaki tua itu tidak mau bergabung dalam komunitas kami. Kami pernah menawari beliau sebagai ketua komunitas, mengingat beliau seorang dosen, akademisi, tetapi tetap ditolak.

Alasannya bahwa beliau tidak ingin berubah dari mengagumi motor tua ke mengagumi kelompok. Kalau sudah berkelompok, orang akan kagum dengan identitas, membuat jaket, kaus, acara, dan cenderung bertindak arogan karena mulai menilai yang di luar identitasnya tidak istimewa.

Nasihat ini yang kami pegang di @SeduluranSupraSleman dengan slogan yang juga diberikan oleh beliau: semua roda menggelinding, di jalan semua penting.

”Tentang mengapa beliau bepergian sedemikian rupa, kami tidak tahu. Mungkin itu lelakunya di dalam hidup seperti para sufi atau pertapa. Yang jelas, beliau pernah berkata bahwa terkadang seorang lelaki lebih nyaman menangis sendirian di atas motor, keliling-keliling, lalu pulang dalam keadaan sudah tenang dan seakan semuanya baik-baik saja.”

Kalau akhir-akhir ini Tuan mengunjungi media sosial dan sudah mendapati kisah viral tentang lelaki tua dan motor Supra-nya, lalu menemukan informasi tentang mengapa lelaki tua itu melakukannya, tolong ganti ceritakan pada saya tentang apa penyebab yang sebenarnya? (*)

Meja Prodi, 19 Juni 2024

EKO TRIONO, Lahir di Cilacap 1989. Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Yogyakarta.

Kalau akhir-akhir ini Tuan gemar mengunjungi media sosial, Tuan akan mendapati kisah viral tentang lelaki tua dan motor Supra. Kisahnya yang kocak dan menyentuh hati membuat pengguna media sosial mengunggah ulang, dengan beragam cara, di berbagai saluran media sosial yang ada.

Kalau Tuan belum sempat mendengar atau melihat video dan gambarnya, saya bersedia menceritakannya.

Sudah siap? Perlu kopi?

Pada siang yang terik, berdasar latar video yang viral beredar itu, seorang lelaki tua sedang berjongkok di tepi jalan, di depan motor Honda Astrea Supra. Dilihat dari warna dan bentuknya, motor tua itu keluaran tahun 1997, masih menggunakan rem tromol, dan, sebagaimana dikenali, seri ini menggunakan kapasitas mesin 97 cc.

Seorang pesepeda, yang kebetulan melintas dengan kamera pada setang, berhenti. Menduga lelaki tua itu sedang butuh bantuan, pesepeda itu bertanya apa yang sedang terjadi?

”Mogok. Olinya habis.

”Itu? Minyak goreng?”

Baca Juga: Fiksi Mini: Lepas, Lugas, tanpa Pretensi Menggurui

 

”Betul. Dua kali penyaringan. Motor ini,” lelaki tua itu menepuk-nepuk pantat motornya dengan mesra, ”seperti istriku. Dia tidak butuh oli buat memasak. Dia butuhnya minyak goreng.”

Lelaki tua itu tertawa, tubuhnya yang besar berguncang seakan ada isyarat yang rahasia, lalu melanjutkan menuangkan minyak goreng kemasan ke lubang oli mesin. Dia mengatakan ini darurat, meski yang darurat ini sering terjadi.

”Dengan minyak goreng bisa?” suara pesepeda itu terdengar ragu dalam video yang terekam.

”Bisa! Bahkan minyak kayu putih atau minyak telon pun bisa, asal jangan minyak lintah atau minyak kadal,” lelaki tua berkata meyakinkan, kemudian dia menutup sisi wajah dengan telapak tangan kiri dan, dengan suara berbisik, seolah takut terdengar motornya, sebelum berkata, ”Hanya memang sedikit ngomel-ngomel, suaranya, biasalah. Tapi, aroma asapnya benar-benar seperti aroma dapur keluarga. Mas-nya sudah menikah?”

Sampai pada potongan tersebut, pesepeda itu mengunggah videonya di akun TikTok dan Instagram @pitmabur. Komentar yang muncul beragam.

Dari komentar-komentar tersebut, apabila disusun secara teliti, dapat kita ketahui siapa sebenarnya lelaki tua itu, dari mana dia berasal, apa yang dia lakukan dengan motor Supra tua di jalan dekat kebun semangka yang sepi pada terik siang hari?

Komentar teratas mengira lelaki tua itu orang asing yang tersesat. Jika penduduk lokal, tidak mungkin dia telantar. Paling tidak, bisa menghubungi atau meminta seseorang menjemputnya.

”Berani sumpah! Saya pernah melihatnya tidur di dekat Alun-Alun Purwokerto, bulan lalu, depan masjid, di atas motor Supra,” komentar dari @Yuksehatsusukedelai.

Bukannya fokus mencari informasi mengapa lelaki tua itu di Alun-Alun Purwokerto, @JiwaTampan malah mengomentari nama akun, ”Tolong jelaskan, @Yuksehatsusukedelai, memangnya kedelai punya susu? Kok susu kedelai? Sejak kapan tempe dan kecambah bisa berubah jadi mamalia?”

Kita lewati saja perdebatan tidak penting itu. Kita fokus menelusuri komentar penting dan berhenti pada balasan ke enam puluh dua dari @JualBeliTuyulKiloan, ”Itu tetangga saya,” ketiknya, ”Ya Allah jauh sekali perginya sampai ke daerah Pangandaran begitu. Beliau memang penggemar Supra sejati.”

Menurut kesaksian tetangganya itu, yang memberi bukti saat sedang kerja bakti bersama, saking cintanya pada Supra, lelaki tua itu dengan segenap kebanggaan yang tak tergoyahkan telah memberi nama anak-anaknya dengan identitas motor kesayangan.

Baca Juga :  Pak RT Membawa Gergaji

Anak pertamanya, seorang perempuan, diberi nama Supriyanti Cakram Kusuma. Anak keduanya, laki-laki, diberi nama siapa lagi kalau bukan Supra, Supranoto Ilham Fit.

Keseharian lelaki tua itu tinggal di kompleks perumahan dan kebiasaannya pergi jauh dengan motor Supra tua hingga berhari-hari lamanya baru terjadi beberapa tahun terakhir.

”Apa penyebabnya?”

”Tidak tahu pastinya. Sebelumnya dia hanya rutin ke kampus, lalu pulang dengan motor yang sama. Selama bertahun-tahun hingga masa tua,” jawab @JualBeliTuyulKiloan.

 

Tidak lama kemudian muncul komentar berupa kiriman foto yang lain. Supra yang sama berada di dalam kamar, standar dua, ditutupi selimut putih. Tak jauh dari situ, di ranjang, lelaki tua tidur miring sambil tangan dan kakinya memeluk motor.

”Apakah ini orang yang sama?” tanya pengirim. ”Dia pernah singgah di penginapan kami, di Cirebon, dan minta tidur bersama Supra-nya, dalam satu kamar. Kami sudah izin memfoto.”

Seiring mulai banyak yang melihat dan memberi tanda hati, makin banyak pula kesaksian yang mulai muncul, baik disertai gambar maupun video, dari yang normal hingga terkesan tidak masuk akal.

@PenjagaJodohOrang, ”Saya kondektur bus malam Surabaya–Jogja, saya pernah rekam motor ini jalan sendiri. Belum lama. Yang naik ketiduran pegang setang, kepalanya nempel di spidometer. Ini videonya. Motornya sama, yakin. Lihat pelat nomornya.”

Komentar di atas terlalu mistis, meski dengan bukti teramat meyakinkan. Di bawahnya, ada komentar yang lebih realistis dari @PijatSopan.

”Kami ingat. Kami masih punya fotonya. Lihat. Ini akhir Mei lalu lelaki tua ini memanggil dua terapis pijat lelaki di pusat kebugaran kami. Kami beroperasi di area Giayar, Bali. Ketika kami sampai di penginapan yang sederhana, yang kami temui ternyata hanya satu orang.

Awalnya kami mengira dua orang untuk memijat satu orang, tetapi tidak. Teman saya kebagian memijat motor Supra tua rem tromol! Teman saya menanyakan sekali lagi, jangan-jangan lelaki tua ini mabuk.

Namun, tidak. Lelaki tua ini saleh religius, baik hati, murah senyum, dan satu-satunya masalahnya adalah otot kakinya yang terlalu keras. Saat kami tanya, dia menjawab baru saja menggendong motor Supra-nya yang mogok. Kami mengira dia bercanda, tapi salah. Dia menunjukkan foto sedang menggendong motor Supra! Ini fotonya.

”Pelan-pelan teman saya, @Rino_TerapistJP, menanyakan sekali lagi. Lelaki tua itu menjawab, ’Tukang bengkel itu hanya memandang kekasihku sebagai kumpulan baut dan besi. Aku tahu, kalian lebih manusiawi dalam melihat segala sesuatu. Kami telah menempuh ribuan kilometer perjalanan bersama. Dia menggendongku selama bertahun-tahun lamanya. Dia pasti lelah, bantulah. Buatlah rileks setiap inci dari tubuhnya. Ini uangnya.’ Saya tidak tahu apa yang membuat teman saya menuruti, uang atau rasa empati yang mendalam. Kami pun mengobrol tentang siapa dirinya, dari mana berasal, ke mana akan pergi, dan mengapa begitu mencintai motornya dan memperlakukannya seperti seorang manusia?”

Lanjutan…

”Mana lanjutannya?!” Komentar lain tak sabar menunggu.

”Woi!” Masih tak sabar.

Tidak ada lanjutan apa pun dari akun @PijatSopan.

Mereka yang sudah telanjur penasaran terus mengejar dan menunggu.

Baca Juga :  Viral di Tiktok Usai Dicover Fadhilah Intan, Rupanya Ini Penyanyi Aslinya

Dari komentar-komentar mereka yang haru dan gelisah, tergambar kenyataan tersembunyi bahwa mereka jangan-jangan memiliki kendaraan atau benda kesayangan. Namun, belum ada dalam diri mereka rasa cinta yang sedemikian mengagumkan seperti yang dijalani dan dilakukan oleh lelaki tua itu, yang belakangan diketahui ternyata pergi dengan motor tuanya sendiri ke sejumlah daerah di Pulau Jawa hingga Bali.

Berbagai prasangka muncul tentang mengapa lelaki tua melakukannya? Apakah persoalan cinta? Keluarga? Mencari seseorang? Atau suatu janji tertentu yang belum diberitahukan pada orang lain? Orang-orang semakin penasaran.

Seperti biasa, artis-artis yang hidup mencari pandangan orang lain mulai berdatangan ikut nimbrung seperti penjual balon di setiap keramaian. Artis-artis itu telah berubah dari seniman menjadi orang yang mencari klik dan perhatian. Mereka ingin ambil bagian, bagian untung cuan, menumpang kisah-kisah orang lain yang sedang viral.

Mereka mulai mencari alamat, menawarkan donasi motor keluaran terbaru, sampai produk-produk iklan bermunculan ingin ambil tempat di antara riuh sesak pertanyaan yang belum terselesaikan.

”Dari pelat nomornya itu Sleman, colek @SeduluranSupraSleman,” komen seseorang dengan lampiran pelat nomor yang diperbesar.

”Keluarganya atau temannya, plis, ceritakan, siapa lelaki tua ini dan mengapa dia melakukan semua itu, biar kami bisa tidur nyenyak.”

”Dia melakukan semua itu untuk menebus masa lalunya, Kak. Ketika dia muda ingin menikmati hobinya, tetapi dia harus bekerja menghidupi anak dan istri. Sulit pergi sendirian. Dia telah menghabiskan usianya untuk membahagiakan orang lain. Sampai akhirnya, ketika anak-anaknya sudah beranjak dewasa dan mandiri, dia memutuskan untuk menuntaskan impian masa mudanya dengan motor kesayangannya (tapi ini aku ngarang).”

”Masuk akal sih,” balas komentar di bawahnya, ”atau mungkin ini tentang cinta? Kita hanya bisa menduga. Ayo dong @SeduluranSupraSleman!”

Sehari kemudian, akun yang dicolek muncul memberikan komentar.

”Terima kasih telah mencolek kami. Kami sangat mengenal lelaki tua itu. Walaupun lelaki tua itu tidak mau bergabung dalam komunitas kami. Kami pernah menawari beliau sebagai ketua komunitas, mengingat beliau seorang dosen, akademisi, tetapi tetap ditolak.

Alasannya bahwa beliau tidak ingin berubah dari mengagumi motor tua ke mengagumi kelompok. Kalau sudah berkelompok, orang akan kagum dengan identitas, membuat jaket, kaus, acara, dan cenderung bertindak arogan karena mulai menilai yang di luar identitasnya tidak istimewa.

Nasihat ini yang kami pegang di @SeduluranSupraSleman dengan slogan yang juga diberikan oleh beliau: semua roda menggelinding, di jalan semua penting.

”Tentang mengapa beliau bepergian sedemikian rupa, kami tidak tahu. Mungkin itu lelakunya di dalam hidup seperti para sufi atau pertapa. Yang jelas, beliau pernah berkata bahwa terkadang seorang lelaki lebih nyaman menangis sendirian di atas motor, keliling-keliling, lalu pulang dalam keadaan sudah tenang dan seakan semuanya baik-baik saja.”

Kalau akhir-akhir ini Tuan mengunjungi media sosial dan sudah mendapati kisah viral tentang lelaki tua dan motor Supra-nya, lalu menemukan informasi tentang mengapa lelaki tua itu melakukannya, tolong ganti ceritakan pada saya tentang apa penyebab yang sebenarnya? (*)

Meja Prodi, 19 Juni 2024

EKO TRIONO, Lahir di Cilacap 1989. Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Yogyakarta.

spot_img
spot_img

Terpopuler

spot_img

Artikel Terbaru