28.9 C
Jakarta
Friday, November 22, 2024

Rumah

Di rumahku

Dijejak kehampaan

Ditekan kekuasaan

Digulung air bah dari hulu

Sedang ada yang masih mencandu,

balok balok kayu

lembar lembar uang

dan tumpukan dosa yang sedang coba dilegalkan.

Tak banyak kata, terlihat teramat taat,

Dan tergelak, setelah rakusnya melindas kerat.

Di rumahku

Menginjak air, menekan perut, menggulung umbut

Sedang tak terlelap walau sudah gelap,

Karena kamar berubah sawit

Hutan berganti duit

Dan kebodohan yang masih didahulukan.

Di rumahku

Yang sudah tak lagi senyaman dulu,

Tanpa udara segar berembus, dan tanah sesubur Firdaus

Kamu masih rumah, walau sudah bercelah

(NURUL ZANAH. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Palangka Raya)

Baca Juga :  Misteri Pulpen di Kusen Jendela

Di rumahku

Dijejak kehampaan

Ditekan kekuasaan

Digulung air bah dari hulu

Sedang ada yang masih mencandu,

balok balok kayu

lembar lembar uang

dan tumpukan dosa yang sedang coba dilegalkan.

Tak banyak kata, terlihat teramat taat,

Dan tergelak, setelah rakusnya melindas kerat.

Di rumahku

Menginjak air, menekan perut, menggulung umbut

Sedang tak terlelap walau sudah gelap,

Karena kamar berubah sawit

Hutan berganti duit

Dan kebodohan yang masih didahulukan.

Di rumahku

Yang sudah tak lagi senyaman dulu,

Tanpa udara segar berembus, dan tanah sesubur Firdaus

Kamu masih rumah, walau sudah bercelah

(NURUL ZANAH. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Palangka Raya)

Baca Juga :  Misteri Pulpen di Kusen Jendela

Terpopuler

Artikel Terbaru