Site icon Prokalteng

Sajak Amir Yahyapati Aby

sajak-amir-yahyapati-aby

PULANG

Engkau yang bimbang menuju hilang

Jangan dengarkan gemuruh suara
langit yang tumbang

Teruslah melayang dan berloncatan
dari bintang ke bintang

Teruslah menggantang awan yang
membawa wahyu Tuhan

Yang dititipkan hujan dan dingin
yang mengambang transparan

Setelah melewati beratus-ratus
tikungan

Ternyata banyak langkah yang
harus diluruskan

Tetapi tidak mesti berbalik dan
memulai dari awal

Pulang adalah jalan yang selalu
menghadap ke depan

Sedikit berputar untuk mengintip
cahaya di balik cadar

Engkau yang pulang lewat jalan
keselamatan

Akan selalu ada tangan yang
meluruskan

Mencucikan kotoran dan daki

Dari semua mimpi yang menyangkut
di bumi.

Kudus, 2020

—————-

DUNIA KACA

Dunia kini terperam dalam ruang
kaca

Maka yang menakutkan di antara
kita

Ketika selubung rahasia tak
kunjung terbuka

Kita adalah cermin yang saling
memantulkan rupa

Kita berjalan dengan pikiran yang
nyaris sama

Yang membedakan hanya melalui
jalur cepat atau lambat

Dan cara mudah atau dengan cara
yang sulit

Sejarah hanyalah
potongan-potongan masa lalu yang kelabu

Yang menina-bobo dan
menyerimpungi langkah-langkah baru

Maka yang nyata sering kita
yakini tipuan mata belaka

Yang maya kita yakini sebuah
kenyataan di depan mata

Yang ada di luar diri kita adalah
kebenaran yang nyata

Sedang yang ada di dalam diri
sendiri hanya fatamorgana

Kini kita sudah terbiasa
menyerahkan semua kepada yang di luar diri kita

Karena sekali percaya pada diri
sendiri maka menjadi hantu di antara kita.

Kudus, 2020

—————-

DUNIA LEMPUNG

[In memoriam masa kanak-kanak]

Ketika pestisida belum merajalela

Ketika pupuk kimia belum tersebar
ke mana-mana

Aku teringat masa kecilku bersama
ayah dan ibu

Makan nasi bungkus daun pisang di
galengan sawah

Nasi Rojolele dengan sambal
terasi dan ikan asin

Setelah lelah meratakan tanah
yang habis dibajak

Kami mencuci tangan di parit
kecil yang berair jernih

Pernah ibu lupa membawa wedang
jahe kesukaan ayah

Padahal kami sudah menikmati nasi
dan hampir habis

Maka kami mengambil air dari
parit dan meminumnya

Sesudah kami menikmati semua
langit seperti terbuka

Menerima rasa syukur dan nikmat
yang tak terhingga

Sementara ayah dan ibu menebar
abu dapur

Dan pupuk kandang dari kotoran
kerbau di sawah

Aku mencari ikan wader dan belut
di parit

Dan memungut daun semanggi untuk
dibikin pecel

Buat santap makan malam hari

Sebelum mainan terhidang di layar
handphone dan komputer

Sebelum mainan tinggal comot di
rak-rak mal dan supermarket

Aku dan teman sebayaku bermain
gundu

Dan gobak sodor di bawah sinar
rembulan

Membuat mobil-mobilan dari kulit
jeruk bali

Bermain musik di sungai dengan
memukulkan tangan ke air

Suaranya membentur-bentur di
antara tebing sungai

Plung templang-templung
plang-plung templung-templang

Plang templung-templang
templang-templung plang-plung

Bergema seperti suara gendang
yang berirama magis

Tepat ke mana perginya
sungai-sungai tempat bermain di masa kecilku

Airnya yang jernih bergemercik di
sela-sela bebatuan

Udang dan ikan-ikan berselundupan
di antara batu-batu

Sungai-sungai menghitam dan penuh
tumpukan sampah-sampah plastik

Dan bau busuk dan bacin yang
menyengat dari limbah-limbah pabrik

Bolehkah kini aku menyebutnya
dunia api dan besi

Di mana kami cepat terbakar oleh
permainan diri sendiri

Dan saling berbenturan oleh
sesuatu yang tak berarti

Hingga bintang-bintang impian
kami di langit mati

Bintang-bintang yang biasa
mengembalikan kami

Memandang semua sisi kehidupan
dari sudut manusiawi.

Kudus, 2020

—

AMIR YAHYAPATI ABY

Lahir di Kota Kretek Kudus, 23
Desember 1962. Menulis sejak 1980, sejak tahun itu pula tulisannya yang berupa
cerpen dan puisi telah dipublikasikan di Sinar Harapan, Mutiara, HAI, D&R,
Variasi, Amanah, Panji Masyarakat, Suara Karya, Merdeka, Lampung Post, Pikiran
Rakyat, Surabaya Post, Jawa Pos, The Jakarta Post, Republika, Bahana (majalah
sastra Brunei Darussalam), Suara Pembaruan, Kedaulatan Rakyat, Suara Merdeka,
Wawasan, dll.

Exit mobile version