32.3 C
Jakarta
Thursday, April 25, 2024

Pilih Naikkan Harga Khusus untuk ASN dan Aparat

Biasanya,kedai atau kafe memberi promo potongan harga. Namun Kedai Anyar ini sebaliknya. Memberi promo kenaikan harga!

 

_________________________IQBAL SYAHRONI, Radar Kediri

WARUNG kopi (warkop) di Desa Pelem, Kecamatan Pare itu tak terlalu banyak pembeli. Ada tiga lelaki yang tengah duduk-duduk sembari menghadapi cangkir minumannya. Ada juga makanan ringan di meja depan mereka. Teriknya sinar mentari di siang itu tak sampai mengganggu keasyikan mereka menikmati makanan dan minuman yang dipesan.

Warkop itu tak jauh dari RSUD Kabupaten Kediri (RSKK). Kalau ditarik garis lurus sekitar satu kilometer ke arah selatan. Namun, rutenya harus melalui jalan raya dari rumah sakit tersebut ke arah timur. Sekitar 50 meter kemudian belok ke selatan. Lurus terus hingga satu kilometer maka akan ketemu kedai ini.

Sebenarnya, tak ada yang aneh dengan kedai ini. Tempatnya seperti warkop kebanyakan. Berada di lokasi yang luas dengan banyak pepohonan. Meja dan kursi ditata di satu ruangan beratap namun tak berdinding. Mirip sebuah pendapa.

Yang unik, ada spanduk besar berwarna merah yang terpampang di bagian depan. Ada tulisan ‘promo’ dalam ukuran relatif besar. Sangat menarik perhatian bagi mereka yang melewati jalanan desa itu. Lebih menarik perhatian lagi, promo itu ternyata bukan promo turun harga. Melainkan promo naik harga. Lho?

“Promo naik harga ini khusus untuk ASN (aparatur sipil negara) dan aparat,” terang Firman Teguh Jayadi, 26, pemilik kedai.

Bila dilihat di banner itu, kenaikan harga yang dipromokan bikin alis kian melengkung. Setelah dipromokan, harga makanan dan minuman bisa naik jadi lima kali lipat! Kopi hitam yang biasanya Rp 5 ribu menjadi Rp 30 ribu. Bila ingin nambah gula harganya naik lagi Rp 5 ribu.

Baca Juga :  Sosialisasikan Prokes Covid-19 hingga Pencegahan Karhutla

“Sekali lagi hanya khusus ASN, satpol PP, polisi, dan TNI lho Mas,” ujarnya disusul tawa renyah.

Ide promo unik itu justru muncul karena warungnya yang kian sepi di tengah pandemi. Terutama ketika pemerintah menetapkan pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat. Seperti usaha-usaha lain, warungnya ikut terdampak. Pemasukan menurun drastis karena berkurangnya waktu operasi plus pengunjung. Akhirnya, dipasanglah promo itu dalam banner berukuran 3×2 meter.

“Ini bukan kritikan lho Mas. Hanya bentuk penyampaian aspirasi saja. Seharusnya ada rasa kepedulian terhadap pemilik warkop selama PPKM darurat ini,” akunya.

Lalu, mengapa hanya ASN dan aparat saja? Ia menilai bahwa penghasilan mereka tetap bisa cair selama PPKM darurat. Para aparat dan pegawai pemerintah, kondisi ekonominya cenderung baik-baik saja dan stabil dalam kondisi apapun. Termasuk dalam masa pandemi.

Dulu lelaki yang sudah tiga tahun membuka kedainya itu mengaku bisa mendapatkan penghasilan mencapai Rp 500 ribu dalam satu hari. Tetapi sejak pemberlakuan PPKM darurat pendapatan berkurang. Hingga hanya Rp 100-200 ribu saja.

Karena warungnya sepi, Teguh akhirnya mengurangi biaya produksi. Selain minuman, dia juga menyediakan menu makanan. Jika biasanya memasak nasi 3-4 kilogram, sekarang berkurang. Ia hanya bisa memasak sekitar 1/2 kilogram beras saja. Sedangkan untuk kopi, jika biasanya 1 kilogram kopi bubuk habis dalam waktu dua-tiga hari, sejak PPKM darurat ini baru habis seminggu.

Baca Juga :  Cetak Rekor Muri Makan Coto Keladi Korup Matah Terbanyak

Warung kopi yang biasanya buka dari pukul 08.00 hingga pukul 23.00 itu, kini hanya bisa buka hingga pukul 16.00, hingga pukul 19.00. “Itu saja juga masih sepi. Bisa sampeyan lihat sendiri sekarang. Kan juga kami batasi biar gak berkerumun juga,” terang Teguh.

Terkait banner, lelaki berkaus merah itu menjelaskan bahwa sebenarnya tidak memandang banner tersebut secara negatif. Karena hal tersebut hanya sebagai bentuk aspirasi. Bahkan, ada pula aparat yang memang secara fair membayar harga kopi dengan harga yang sama. “Seorang anggota TNI, bayarnya juga gak komplain, malah baik orangnya,” terang Teguh.

Bahkan ia juga saling berbincang dengan baik dan bercanda. Sejauh ini, baru satu aparat yang kelihatan mampir ke warungnya. Itupun yang mengaku langsung ke Teguh. Jika untuk ASN dan anggota lain yang datang menggunakan baju bebas, dan tidak mengaku pun ia juga tidak tahu. “Yang penting, semua bisa bekerja dengan baik dan sehat Mas,” terangnya.

Ia mengaku bahwa usaha warung ini satu-satunya mata pencahariannya. Ia berharap semoga usaha bisa terus berkembang dan berjalan lancar. “Tidak untuk saya saja. Namun juga bagi para pedagang lain yang terdampak langsung karena PPKM darurat ini,” ucapnya.

Teguh kemudian menyudahi pembicaraan. Dia kembali meladeni beberapa orang yang singgah di kedainya. Ada yang langsung nyangkruk, ada juga yang hanya pesan take away. Teguh pun sibuk di balik meja warkop.

Biasanya,kedai atau kafe memberi promo potongan harga. Namun Kedai Anyar ini sebaliknya. Memberi promo kenaikan harga!

 

_________________________IQBAL SYAHRONI, Radar Kediri

WARUNG kopi (warkop) di Desa Pelem, Kecamatan Pare itu tak terlalu banyak pembeli. Ada tiga lelaki yang tengah duduk-duduk sembari menghadapi cangkir minumannya. Ada juga makanan ringan di meja depan mereka. Teriknya sinar mentari di siang itu tak sampai mengganggu keasyikan mereka menikmati makanan dan minuman yang dipesan.

Warkop itu tak jauh dari RSUD Kabupaten Kediri (RSKK). Kalau ditarik garis lurus sekitar satu kilometer ke arah selatan. Namun, rutenya harus melalui jalan raya dari rumah sakit tersebut ke arah timur. Sekitar 50 meter kemudian belok ke selatan. Lurus terus hingga satu kilometer maka akan ketemu kedai ini.

Sebenarnya, tak ada yang aneh dengan kedai ini. Tempatnya seperti warkop kebanyakan. Berada di lokasi yang luas dengan banyak pepohonan. Meja dan kursi ditata di satu ruangan beratap namun tak berdinding. Mirip sebuah pendapa.

Yang unik, ada spanduk besar berwarna merah yang terpampang di bagian depan. Ada tulisan ‘promo’ dalam ukuran relatif besar. Sangat menarik perhatian bagi mereka yang melewati jalanan desa itu. Lebih menarik perhatian lagi, promo itu ternyata bukan promo turun harga. Melainkan promo naik harga. Lho?

“Promo naik harga ini khusus untuk ASN (aparatur sipil negara) dan aparat,” terang Firman Teguh Jayadi, 26, pemilik kedai.

Bila dilihat di banner itu, kenaikan harga yang dipromokan bikin alis kian melengkung. Setelah dipromokan, harga makanan dan minuman bisa naik jadi lima kali lipat! Kopi hitam yang biasanya Rp 5 ribu menjadi Rp 30 ribu. Bila ingin nambah gula harganya naik lagi Rp 5 ribu.

Baca Juga :  Sosialisasikan Prokes Covid-19 hingga Pencegahan Karhutla

“Sekali lagi hanya khusus ASN, satpol PP, polisi, dan TNI lho Mas,” ujarnya disusul tawa renyah.

Ide promo unik itu justru muncul karena warungnya yang kian sepi di tengah pandemi. Terutama ketika pemerintah menetapkan pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat. Seperti usaha-usaha lain, warungnya ikut terdampak. Pemasukan menurun drastis karena berkurangnya waktu operasi plus pengunjung. Akhirnya, dipasanglah promo itu dalam banner berukuran 3×2 meter.

“Ini bukan kritikan lho Mas. Hanya bentuk penyampaian aspirasi saja. Seharusnya ada rasa kepedulian terhadap pemilik warkop selama PPKM darurat ini,” akunya.

Lalu, mengapa hanya ASN dan aparat saja? Ia menilai bahwa penghasilan mereka tetap bisa cair selama PPKM darurat. Para aparat dan pegawai pemerintah, kondisi ekonominya cenderung baik-baik saja dan stabil dalam kondisi apapun. Termasuk dalam masa pandemi.

Dulu lelaki yang sudah tiga tahun membuka kedainya itu mengaku bisa mendapatkan penghasilan mencapai Rp 500 ribu dalam satu hari. Tetapi sejak pemberlakuan PPKM darurat pendapatan berkurang. Hingga hanya Rp 100-200 ribu saja.

Karena warungnya sepi, Teguh akhirnya mengurangi biaya produksi. Selain minuman, dia juga menyediakan menu makanan. Jika biasanya memasak nasi 3-4 kilogram, sekarang berkurang. Ia hanya bisa memasak sekitar 1/2 kilogram beras saja. Sedangkan untuk kopi, jika biasanya 1 kilogram kopi bubuk habis dalam waktu dua-tiga hari, sejak PPKM darurat ini baru habis seminggu.

Baca Juga :  Cetak Rekor Muri Makan Coto Keladi Korup Matah Terbanyak

Warung kopi yang biasanya buka dari pukul 08.00 hingga pukul 23.00 itu, kini hanya bisa buka hingga pukul 16.00, hingga pukul 19.00. “Itu saja juga masih sepi. Bisa sampeyan lihat sendiri sekarang. Kan juga kami batasi biar gak berkerumun juga,” terang Teguh.

Terkait banner, lelaki berkaus merah itu menjelaskan bahwa sebenarnya tidak memandang banner tersebut secara negatif. Karena hal tersebut hanya sebagai bentuk aspirasi. Bahkan, ada pula aparat yang memang secara fair membayar harga kopi dengan harga yang sama. “Seorang anggota TNI, bayarnya juga gak komplain, malah baik orangnya,” terang Teguh.

Bahkan ia juga saling berbincang dengan baik dan bercanda. Sejauh ini, baru satu aparat yang kelihatan mampir ke warungnya. Itupun yang mengaku langsung ke Teguh. Jika untuk ASN dan anggota lain yang datang menggunakan baju bebas, dan tidak mengaku pun ia juga tidak tahu. “Yang penting, semua bisa bekerja dengan baik dan sehat Mas,” terangnya.

Ia mengaku bahwa usaha warung ini satu-satunya mata pencahariannya. Ia berharap semoga usaha bisa terus berkembang dan berjalan lancar. “Tidak untuk saya saja. Namun juga bagi para pedagang lain yang terdampak langsung karena PPKM darurat ini,” ucapnya.

Teguh kemudian menyudahi pembicaraan. Dia kembali meladeni beberapa orang yang singgah di kedainya. Ada yang langsung nyangkruk, ada juga yang hanya pesan take away. Teguh pun sibuk di balik meja warkop.

Terpopuler

Artikel Terbaru