Bencana banjir tahun ini disebut-sebut menjadi yang terparah selamat satu dekade terakhir. Pasar Kahayan yang merupakan salah satu pasar tradisional terbesar di Palangka Raya ikut terendam. Tak sedikit pedagang yang memilih menutup lapak dagangannya.
EMANUEL LIU, Palangka Raya
AKTIVITAS di Pasar Kahayan terlihat ramai kembali. Sejumlah pedagang tampak sibuk memajangkan barang dagangan untuk menarik perhatian pembeli yang melintas.
“Sejak pasar mulai terendam, saya sudah memilih untuk tidak berjualan. Hampir seminggu berada di rumah saja,” kata Hamdi, salah satu pedagang sembako di Pasar Kahayan, Rabu (24/11).
Bapak empat anak itu menyebut, karena tidak berjualan selama sepekan, tidak ada pemasukan yang didapat. Namun, ia bersama keluarga tetap memilih bertahan di rumah walaupun terendam banjir.
“Alhamdullilah masih bisa bertahan, karena memang rumah agak tinggi, tapi terendam juga. Kami bisa bertahan berkat bantuan yang disalurkan oleh pemerintah dan pihak terkait,” tuturnya.
Diakui Hamdi, selama 11 tahun berjualan di Pasar Kahayan, baru kali ini terjadi banjir dengan genangan yang cukup tinggi.
“Baru berjualan tiga hari ini. Saya sangat senang karena bisa beraktivitas lagi, walaupun keuntungan tidak menentu, tapi setidaknya dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari untuk keluarga” ujarnya.
“Dari pada tidak ada kerjaan di rumah dan anak-anak juga membutuhkan makan, jadi mau tak mau harus berjualan lagi,” timpal Susanti, pedagang sayuran.
Selain tempat berjualan, rumahnya yang terletak di Jalan Mendawai juga terendam. Karena banjir kali ini cukup tinggi, ia memutuskan mengungsi ke tempat keluarga. Apalagi ia memiliki anak yang masih kecil.
“Sudah tiga hari ini banjir surut dan hari ini sudah mulia normal. Pembeli juga mulai banyak berdatangan. Kami sangat bersyukur sekali. Semoga kondisi ini (banjir) tidak terjadi lagi ke depan,” ucapnya.
Ibu dua anak tersebut juga sangat bangga, karena beberapa hari lalu Gubernur Kalteng H Sugianto Sabran dan jajaran memborong barang dagangannya. “Saya sangat terbantu, karena memang selama ini sedikit sekali pembeli yang datang. Alhamdullilah dan terima kasih kepada Bapak Gubernur H Sugianto Sabran,” tambahnya.
Sementara itu, penanggung jawab posko peduli banjir di lingkungan RT 04/RW 05 dan RT 03/RW 05 Jalan Mendawai, Setiyaningsih menjelaskan, jumlah pengungsi sebelumnya tercatat mencapai 1.302 jiwa dari 360 KK. Terdiri dari orang dewasa, anak-anak, balita, ibu hamil, dan yang lanjut usia (lansia).
“Saat ini (Rabu, 24/11) tersisa 67 jiwa yang masih bertahan, karena memang rumah mereka masih terendam air. Besok sudah berakhir posko ini dan tidak ada tenda lagi di sini,” sebutnya.
Ia mengatakan, pihaknya mulia bekerja sejak 15 hingga 24 November. Pengambilan nasi oleh warga menggunakan kupon. Sebagai relawan sekaligus pendamping, ia tetap berusaha semaksimal mungkin membantu warga yang terdampak bencana alam ini.
“Walaupun saya sendiri juga terdampak (rumah di Sakan 8), tapi karena untuk kepentingan bersama, maka harus saya laksanakan tugas ini dengan ikhlas,” tuturnya. (*/ce/ala)