25.6 C
Jakarta
Wednesday, April 16, 2025

Tersisa Belasan, Terancam Hanya Jadi Legenda

Dibanding badak, Kalimantan lebih dikenal
dengan orang utan dan pesutnya. Namun, beberapa waktu belakangan, keberadaan
badak di tanah Borneo mengemuka. Sayang, nasib mereka terancam. Upaya mencegah
kepunahan mulai dilakukan. Jangan sampai badak hanya jadi legenda.

NOFIYATUL CHALIMAH, Samarinda

 

Pemalu dan lebih suka menyendiri. Akibatnya tak
banyak yang mengetahui keberadaannya di pulau ini. Hanya desas-desus bahwa
mereka ada. Tanpa bukti nyata. Beberapa kamera jebak pun dipasang untuk
memastikan badak ada di tanah Borneo.

Pada 2015, sesosok badak tertangkap kamera
jebak yang dipasang di belantara Kutai Barat. Gambar memperlihatkan dia
tertatih karena kaki kirinya terjerat. Badak itu pun dinamakan Najaq. Badak
tersebut berhasil ditangkap, kemudian dilepas jerat talinya dan diobati. Namun
malang, jerat sudah telanjur membuat luka terlalu dalam dan terinfeksi. Najaq
pun mengembuskan napas terakhir pada April 2016 setelah dirawat sekitar dua
pekan.

Kini sudah ditemukan Pahu. Seekor badak betina
yang beratnya sekitar 350 kilogram. Sebuah ukuran yang terbilang kecil untuk
ukuran badak yang biasanya sampai 1 ton.

“Maka dari itu, kami masih mencoba
meneliti lebih terperinci. Siapa tahu ada perbedaan DNA. Jadi jenis baru,”
ungkap Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kaltim Sunandar.

Pahu kini tinggal di Kelian, Kutai Barat. Saat
ini, Pahu sendiri. Sunandar tengah mengupayakan pengumpulan teman-teman Pahu
yang diperkirakan menjelajah sekitar Kutai Barat, Mahakam Ulu, hingga
Kalimantan Tengah. Diperkirakan ada 15 badak Kalimantan yang masih ada. Jika
tak ada tindakan efektif, 10 tahun mendatang mereka hanya jadi kisah.

Baca Juga :  Sembuh dari Corona seperti Orang yang Diberi Nyawa Lagi

Namun, sejauh ini ada dua badak yang diketahui
menjelajah Mahakam Ulu. Jadi, ada tiga badak yang sudah diketahui
keberadaannya.

“Dua badak kami temukan di Mahakam Ulu.
Tetapi belum ditangkap. Nantinya badak-badak dikumpulkan di lahan 500 hektare
di Kelian itu,” sambung Sunandar.

Sebenarnya, populasi 15 badak itu tak ideal.
Sebab, idealnya adalah 20 ekor dalam satu populasi. Sunandar berharap, badak
yang ditemukan nanti berjenis kelamin jantan. Jadi, bisa jadi jodoh untuk Pahu.

 

Dibandingkan melakukan inseminasi buatan,
Sunandar mengaku, pihaknya memprioritaskan perkawinan secara alami terlebih
dulu. Sehingga, badak-badak ini bisa berkembang biak. Apalagi, kabar duka sudah
diterima dari negeri jiran Malaysia.

“Badak Kalimantan di Malaysia yang
berjenis kelamin jantan sudah mati. Tinggal yang betina satu ekor. Maka besar
harapan kita untuk menjaga badak ini dari ancaman kepunahan,” terang
Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH) KLHK Indra Exploitasia.

Dia mengungkapkan, kondisi badak Sumatra yang
tinggal di Kalimantan dan Sumatra berbeda. Di Sumatra, ada tempat khusus yaitu
di Aceh, Taman Nasional Way Kambas, dan Bukit Barisan. Namun, di Kalimantan
belum ada. Dan baru akan dibentuk. Harus bergerak cepat mengingat kondisi badak
yang makin terjepit. Sudah hidup sendiri, harus menghadapi perambahan hutan
karena perkembangan populasi manusia.

Baca Juga :  Prasasti Kutukan di Tengah Kebun

Dia pun berharap, badak Kalimantan bisa berefek
bagi masyarakat. Salah satunya, di bidang ekonomi. Misalnya dengan membuat ulap
doyo cap badak. “Walaupun tak langsung, tapi ada efeknya,” sambung
dia.

Sementara itu, Sunandar mengatakan, keberadaan
badak di Kalimantan ini cukup unik. Jejaknya tak terekam nyata dari berbagai
zaman. Hanya cerita dari mulut ke mulut tanpa bukti jelas. Sunandar meyakini
badak ini memang hewan asli Kalimantan.

“Tidak ada catatan sejarah dia hadiah dari
kerajaan lain. Seperti kasus gajah di Kaltara itu,” sambungnya.

Sementara itu, terkait bobot badak Kalimantan
yang lebih kecil, Sunandar meyakini bukan perkara nutrisi. Namun, memang
keanekaragaman satwa.

“Kita lihat badak Afrika itu besarnya
seperti apa. Di sini makanan banyak padahal, tapi lebih kecil,” ucapnya.

Di sisi lain, Wakil Gubernur Hadi Mulyadi
mengaku sangat mendukung program pencegahan kepunahan badak Kalimantan. Dia
berharap badak lestari, nantinya bisa jadi ikon Kaltim. (***/dwi/k8)

Dibanding badak, Kalimantan lebih dikenal
dengan orang utan dan pesutnya. Namun, beberapa waktu belakangan, keberadaan
badak di tanah Borneo mengemuka. Sayang, nasib mereka terancam. Upaya mencegah
kepunahan mulai dilakukan. Jangan sampai badak hanya jadi legenda.

NOFIYATUL CHALIMAH, Samarinda

 

Pemalu dan lebih suka menyendiri. Akibatnya tak
banyak yang mengetahui keberadaannya di pulau ini. Hanya desas-desus bahwa
mereka ada. Tanpa bukti nyata. Beberapa kamera jebak pun dipasang untuk
memastikan badak ada di tanah Borneo.

Pada 2015, sesosok badak tertangkap kamera
jebak yang dipasang di belantara Kutai Barat. Gambar memperlihatkan dia
tertatih karena kaki kirinya terjerat. Badak itu pun dinamakan Najaq. Badak
tersebut berhasil ditangkap, kemudian dilepas jerat talinya dan diobati. Namun
malang, jerat sudah telanjur membuat luka terlalu dalam dan terinfeksi. Najaq
pun mengembuskan napas terakhir pada April 2016 setelah dirawat sekitar dua
pekan.

Kini sudah ditemukan Pahu. Seekor badak betina
yang beratnya sekitar 350 kilogram. Sebuah ukuran yang terbilang kecil untuk
ukuran badak yang biasanya sampai 1 ton.

“Maka dari itu, kami masih mencoba
meneliti lebih terperinci. Siapa tahu ada perbedaan DNA. Jadi jenis baru,”
ungkap Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kaltim Sunandar.

Pahu kini tinggal di Kelian, Kutai Barat. Saat
ini, Pahu sendiri. Sunandar tengah mengupayakan pengumpulan teman-teman Pahu
yang diperkirakan menjelajah sekitar Kutai Barat, Mahakam Ulu, hingga
Kalimantan Tengah. Diperkirakan ada 15 badak Kalimantan yang masih ada. Jika
tak ada tindakan efektif, 10 tahun mendatang mereka hanya jadi kisah.

Baca Juga :  Sembuh dari Corona seperti Orang yang Diberi Nyawa Lagi

Namun, sejauh ini ada dua badak yang diketahui
menjelajah Mahakam Ulu. Jadi, ada tiga badak yang sudah diketahui
keberadaannya.

“Dua badak kami temukan di Mahakam Ulu.
Tetapi belum ditangkap. Nantinya badak-badak dikumpulkan di lahan 500 hektare
di Kelian itu,” sambung Sunandar.

Sebenarnya, populasi 15 badak itu tak ideal.
Sebab, idealnya adalah 20 ekor dalam satu populasi. Sunandar berharap, badak
yang ditemukan nanti berjenis kelamin jantan. Jadi, bisa jadi jodoh untuk Pahu.

 

Dibandingkan melakukan inseminasi buatan,
Sunandar mengaku, pihaknya memprioritaskan perkawinan secara alami terlebih
dulu. Sehingga, badak-badak ini bisa berkembang biak. Apalagi, kabar duka sudah
diterima dari negeri jiran Malaysia.

“Badak Kalimantan di Malaysia yang
berjenis kelamin jantan sudah mati. Tinggal yang betina satu ekor. Maka besar
harapan kita untuk menjaga badak ini dari ancaman kepunahan,” terang
Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH) KLHK Indra Exploitasia.

Dia mengungkapkan, kondisi badak Sumatra yang
tinggal di Kalimantan dan Sumatra berbeda. Di Sumatra, ada tempat khusus yaitu
di Aceh, Taman Nasional Way Kambas, dan Bukit Barisan. Namun, di Kalimantan
belum ada. Dan baru akan dibentuk. Harus bergerak cepat mengingat kondisi badak
yang makin terjepit. Sudah hidup sendiri, harus menghadapi perambahan hutan
karena perkembangan populasi manusia.

Baca Juga :  Prasasti Kutukan di Tengah Kebun

Dia pun berharap, badak Kalimantan bisa berefek
bagi masyarakat. Salah satunya, di bidang ekonomi. Misalnya dengan membuat ulap
doyo cap badak. “Walaupun tak langsung, tapi ada efeknya,” sambung
dia.

Sementara itu, Sunandar mengatakan, keberadaan
badak di Kalimantan ini cukup unik. Jejaknya tak terekam nyata dari berbagai
zaman. Hanya cerita dari mulut ke mulut tanpa bukti jelas. Sunandar meyakini
badak ini memang hewan asli Kalimantan.

“Tidak ada catatan sejarah dia hadiah dari
kerajaan lain. Seperti kasus gajah di Kaltara itu,” sambungnya.

Sementara itu, terkait bobot badak Kalimantan
yang lebih kecil, Sunandar meyakini bukan perkara nutrisi. Namun, memang
keanekaragaman satwa.

“Kita lihat badak Afrika itu besarnya
seperti apa. Di sini makanan banyak padahal, tapi lebih kecil,” ucapnya.

Di sisi lain, Wakil Gubernur Hadi Mulyadi
mengaku sangat mendukung program pencegahan kepunahan badak Kalimantan. Dia
berharap badak lestari, nantinya bisa jadi ikon Kaltim. (***/dwi/k8)

Terpopuler

Artikel Terbaru