27.3 C
Jakarta
Tuesday, April 23, 2024

Mencegah Kebakaran, Bernilai Ekonomis dengan Penyulingan

Mencegah kebakaran
hutan dan lahan (Karhutla)  perlu
inovasi, memberdayakan masyarakat agar mau membuka lahan tanpa bakar.
Manfaatnya pun tidak hanya pembukaan lahan mencegah kebakaran, tetapi juga
memberikan nilai ekonomi. Begini inovasi Daops Manggala Agni Kalteng I,
mencegah kebakaran lahan dengan proses penyulingan.

ANISA B WAHDAH,
Palangka Raya

SOSIALISASI pencegahan
kebakaran lahan terus digencarkan. Pemerintah juga sudah selesai menyusun
hingga mengundangkan peraturan daerah (perda) pengendalian kebakaran lahan di
Kalteng. Daops Manggala Agni Kalteng I mencoba mengenalkan inovasi yang sudah
disusun selama sekitar dua tahun terakhir.

Daops Manggala Agni Kalteng
I yang meliputi Kota Palangka Raya, Gunung Mas (Gumas) dan Katingan ini
berinovasi mengolah limbah pembabatan lahan menjadi produk eknomis. Tentu,
banyak manfaat yang didapatkan dalam proses yang dinamakan penyulingan ini.
Pertama, inovasi ini dapat membantu pemerintah untuk mencapai komitmen Kalteng
bebas asap. Kedua, masyarakat akan mendapatkan nilai ekonomis karena hasil
daripada penyulingan ini menghasilkan produk yang bisa diuangkan.

Kalteng Pos mencoba
mengkuti rangkaian proses pemanfaatan limbah yang dihasilkan dengan pembaatan
pembukaan lahan. Kemarin, Kamis (13/8) Daops Manggala Agni Kalteng I melakukan
penyulingan di lahan hak milik Kementerian Lingkngan Hidup dan Kehutanan (KLHK)
di Jalan Adonis Samad, Kota Palangka Raya.

Beberapa pria berseragam
merah dan celana hitam, kompak. Membagi tugas di lahan yang dekat dengan
permukiman warga. Sekaligus memberikan edukasi kepada masyarakat sekitar,
mereka memboyong alat penyulingan ke lokasi. Hal pertama yang dilakukan yakni
membabat lahan yang akan dijadikan sebagai kantor mereka (Manggala Agni,red).

Baca Juga :  Rektor: Keberadaan Kalteng Pos Sangat Bermanfaat bagi Kami

Ada beberapa tim yang
masih melakukan pembabatan, sedangkan tim lainnya mulai melakukan proses
penyulingan. Penulis mencoba mengamati dua tong drum yang cukup besar dengan
fungsi yang berbeda. Drum pertama berisi kayu hasil dari pembabatan yang sudah
dipilah, kayu yang tidak basah dilakukan pembakaran.

Drum berikutnya hanya
berisi sedikit air. Ada besi stainlis sekitar berukuran tiga meter yang
menghubungkan antara drum pembakar kayu dengan drum berisi air. Stainlis inilah
menjadi jalan asap dari pembakaran, ketika asap berjalan ke drum brisi air,
maka asap tersebut akan menjadi uap dan menghasilkan air yang mereka sebut
sebagai cuka kayu atau asap cair.

“Sangat mudah dan
sederhana. Alat-alat yang dibutuhkan hanya dua tong drum yang bisa dibeli dari
limbah,” kata Kepala Regu Daops Manggala Agni Kalteng I Suharno.

Dikatakannya, setelah
melakukan uji coba beberapa kali dalam kurun waktu sekitar dua tahun ini,
mereka membuktikan bahwa jenis kayu apapun bisa dilakukan proses peyulingan
dengan manfaat yang sama. Apabila jenis kayu berbeda maka hanya akan memberikan
dampak pada warna saja.

“Manfaat dari cuka kayu
ini dapat mengendalikan virus dan hama, dapat juga sebagai pengganti
disinfektan hingga nafsu makan ternak,” katanya kepada Kalteng Pos, kemarin.

Menurutnya, komposisi
dari penyulingan ini, dari 80 kilogram kayu dapat menghasilkan enam hingga
tujuh liter cuka kayu dengan proses pembakaran selama enam hingga tujuh jam
pula. Manggala Agni Kalteng I ini sudah mulai memproduksi dan mengemas cuka
kayu hasil inovasi mereka. Tetapi, masih belum melakukan pemasaran karena masih
diproduksi untuk kalangan sendiri.

Baca Juga :  Kisah Pilu Empat Bersaudara Meninggal Beruntun karena Covid-19

“Nantinya kami akan
bagi ilmu ke masyarakat, bahwa inovasi ini merupakan solusi dari pembukaan
lahan tanpa bakar, karena juga dapat memberikan nilai ekonomis,” tegasnya.

Saat ini, lanjut dia,
pihaknya sudah mengenalkan inovasi ini ke masyarakat peduli api (MPA) di
wilayah Manggala Agni Kalteng I. MPA di Kota Palangka Raya sudah ada yang
melakukan inovasi ini. Untuk dana yang dibutuhkan dalam pembuatan alat
penyulingan ini sekitar Rp1,5 hingga Rp2 juta.

“Untuk ukuran
menyesuaikan, tidak ada ukuran baku, asal dalam pembakaran bukan kayu basah,”
tegas dia.

Sementara itu,
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Subbagian (Kasubag) TU  Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan
Kebakaran Hutan dan Lahan (BPPIKHL) Nugroho Fajar mengapresiasi inovasi ini.
Lantaran, inovasi ini betul-betul memanfaatkan limbah, baik tong drum hingga
bahan baku yang berasal dari tebasan pembukaan lahan.

“Kami berharap nantinya
jika semakin banyak publikasi, maka masyarakat dapat mengetahui inovasi ini dan
dapat diiplementasikan di tingkat masyarakat,” ucapnya saat diawwancarai di
tempat yang sama.

Dengan inovasi ini,
maka akan membantu mengurangi titik api yang ada di Bumi Tambun Bungai ini.
Untuk masyarakat pun, dapat membantu dalam meningkatkan perekonomian dengan
memproduski dan memperjual belikan produknya.

“Memang, tantangan ke depan tentunya dalam hal
pemasaran, karena masyarakat juga masih perlu dilakukan pelatihan dan lainnya,
seperti membuka jairngan pasar dan lainnya,” pungkasnya.

Mencegah kebakaran
hutan dan lahan (Karhutla)  perlu
inovasi, memberdayakan masyarakat agar mau membuka lahan tanpa bakar.
Manfaatnya pun tidak hanya pembukaan lahan mencegah kebakaran, tetapi juga
memberikan nilai ekonomi. Begini inovasi Daops Manggala Agni Kalteng I,
mencegah kebakaran lahan dengan proses penyulingan.

ANISA B WAHDAH,
Palangka Raya

SOSIALISASI pencegahan
kebakaran lahan terus digencarkan. Pemerintah juga sudah selesai menyusun
hingga mengundangkan peraturan daerah (perda) pengendalian kebakaran lahan di
Kalteng. Daops Manggala Agni Kalteng I mencoba mengenalkan inovasi yang sudah
disusun selama sekitar dua tahun terakhir.

Daops Manggala Agni Kalteng
I yang meliputi Kota Palangka Raya, Gunung Mas (Gumas) dan Katingan ini
berinovasi mengolah limbah pembabatan lahan menjadi produk eknomis. Tentu,
banyak manfaat yang didapatkan dalam proses yang dinamakan penyulingan ini.
Pertama, inovasi ini dapat membantu pemerintah untuk mencapai komitmen Kalteng
bebas asap. Kedua, masyarakat akan mendapatkan nilai ekonomis karena hasil
daripada penyulingan ini menghasilkan produk yang bisa diuangkan.

Kalteng Pos mencoba
mengkuti rangkaian proses pemanfaatan limbah yang dihasilkan dengan pembaatan
pembukaan lahan. Kemarin, Kamis (13/8) Daops Manggala Agni Kalteng I melakukan
penyulingan di lahan hak milik Kementerian Lingkngan Hidup dan Kehutanan (KLHK)
di Jalan Adonis Samad, Kota Palangka Raya.

Beberapa pria berseragam
merah dan celana hitam, kompak. Membagi tugas di lahan yang dekat dengan
permukiman warga. Sekaligus memberikan edukasi kepada masyarakat sekitar,
mereka memboyong alat penyulingan ke lokasi. Hal pertama yang dilakukan yakni
membabat lahan yang akan dijadikan sebagai kantor mereka (Manggala Agni,red).

Baca Juga :  Rektor: Keberadaan Kalteng Pos Sangat Bermanfaat bagi Kami

Ada beberapa tim yang
masih melakukan pembabatan, sedangkan tim lainnya mulai melakukan proses
penyulingan. Penulis mencoba mengamati dua tong drum yang cukup besar dengan
fungsi yang berbeda. Drum pertama berisi kayu hasil dari pembabatan yang sudah
dipilah, kayu yang tidak basah dilakukan pembakaran.

Drum berikutnya hanya
berisi sedikit air. Ada besi stainlis sekitar berukuran tiga meter yang
menghubungkan antara drum pembakar kayu dengan drum berisi air. Stainlis inilah
menjadi jalan asap dari pembakaran, ketika asap berjalan ke drum brisi air,
maka asap tersebut akan menjadi uap dan menghasilkan air yang mereka sebut
sebagai cuka kayu atau asap cair.

“Sangat mudah dan
sederhana. Alat-alat yang dibutuhkan hanya dua tong drum yang bisa dibeli dari
limbah,” kata Kepala Regu Daops Manggala Agni Kalteng I Suharno.

Dikatakannya, setelah
melakukan uji coba beberapa kali dalam kurun waktu sekitar dua tahun ini,
mereka membuktikan bahwa jenis kayu apapun bisa dilakukan proses peyulingan
dengan manfaat yang sama. Apabila jenis kayu berbeda maka hanya akan memberikan
dampak pada warna saja.

“Manfaat dari cuka kayu
ini dapat mengendalikan virus dan hama, dapat juga sebagai pengganti
disinfektan hingga nafsu makan ternak,” katanya kepada Kalteng Pos, kemarin.

Menurutnya, komposisi
dari penyulingan ini, dari 80 kilogram kayu dapat menghasilkan enam hingga
tujuh liter cuka kayu dengan proses pembakaran selama enam hingga tujuh jam
pula. Manggala Agni Kalteng I ini sudah mulai memproduksi dan mengemas cuka
kayu hasil inovasi mereka. Tetapi, masih belum melakukan pemasaran karena masih
diproduksi untuk kalangan sendiri.

Baca Juga :  Kisah Pilu Empat Bersaudara Meninggal Beruntun karena Covid-19

“Nantinya kami akan
bagi ilmu ke masyarakat, bahwa inovasi ini merupakan solusi dari pembukaan
lahan tanpa bakar, karena juga dapat memberikan nilai ekonomis,” tegasnya.

Saat ini, lanjut dia,
pihaknya sudah mengenalkan inovasi ini ke masyarakat peduli api (MPA) di
wilayah Manggala Agni Kalteng I. MPA di Kota Palangka Raya sudah ada yang
melakukan inovasi ini. Untuk dana yang dibutuhkan dalam pembuatan alat
penyulingan ini sekitar Rp1,5 hingga Rp2 juta.

“Untuk ukuran
menyesuaikan, tidak ada ukuran baku, asal dalam pembakaran bukan kayu basah,”
tegas dia.

Sementara itu,
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Subbagian (Kasubag) TU  Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan
Kebakaran Hutan dan Lahan (BPPIKHL) Nugroho Fajar mengapresiasi inovasi ini.
Lantaran, inovasi ini betul-betul memanfaatkan limbah, baik tong drum hingga
bahan baku yang berasal dari tebasan pembukaan lahan.

“Kami berharap nantinya
jika semakin banyak publikasi, maka masyarakat dapat mengetahui inovasi ini dan
dapat diiplementasikan di tingkat masyarakat,” ucapnya saat diawwancarai di
tempat yang sama.

Dengan inovasi ini,
maka akan membantu mengurangi titik api yang ada di Bumi Tambun Bungai ini.
Untuk masyarakat pun, dapat membantu dalam meningkatkan perekonomian dengan
memproduski dan memperjual belikan produknya.

“Memang, tantangan ke depan tentunya dalam hal
pemasaran, karena masyarakat juga masih perlu dilakukan pelatihan dan lainnya,
seperti membuka jairngan pasar dan lainnya,” pungkasnya.

Terpopuler

Artikel Terbaru