25.8 C
Jakarta
Thursday, March 28, 2024

Kaki Mengakar Kuat di Rumah, tapi Tangan Menggenggam Dunia

Produktivitasnya
justru melesat selama pandemi. Hanya dalam waktu enam bulan, dia membuahkan 61
buku dan 100 e-book. Lewat jejaring Ibu-Ibu Doyan Nulis, seluruhnya laris
terjual.

 

 

SAHRUL
YUNIZAR, Jakarta

 

 

IZINKAN Aku
Mencinta. Itulah judul buku pertama karya Indari. Meluncur 24 tahun lalu
melalui penerbit Pustaka Malka. Sejak duduk di bangku sekolah, perempuan
bernama lengkap Indari Mastuti Rezki Resmiyati Soleh Addy tersebut memang
senang menulis. Perjalanan hidupnya selalu dekat dengan dunia tulis-menulis.
Sampai sekarang. Ketika ribuan ibu rumah tangga bergabung dalam komunitas yang
dia buat.

Ibu-Ibu Doyan Nulis
nama komunitas tersebut. Berdiri sejak 2010, komunitas itu berkembang cukup
pesat. Banyak sekali jumlah anggotanya. Saat ini sudah 22 ribu ibu yang ambil
bagian di komunitas tersebut. Kepada Jawa Pos, Indari membagi kisahnya.

Ibu tiga anak itu
tergerak membentuk Ibu-Ibu Doyan Nulis supaya para ibu rumah tangga bisa
berkarya. Khususnya yang ingin menjadi penulis. Bermodal pengalaman yang
dimiliki sejak menerbitkan buku pada 2004, Indari memberanikan diri untuk
melangkah. ’’Harapannya, tambah banyak penulis yang direkrut penerbit,’’
imbuhnya.

Ibu-Ibu Doyan Nulis
tidak ubahnya jembatan bagi kaum ibu. Terutama ibu rumah tangga atau IRT.
’’Saya tahu ibu rumah tangga masih kurang perhatian,’’ kata dia. Mereka sering
kali terpaksa menghentikan impian menjadi penulis. Padahal, tidak sedikit yang
berbakat. Banyak pula yang punya bahan tulisan luar biasa hebat. Indari tidak
ingin potensi itu terkubur begitu saja. Lewat komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis,
Indari membangun ekosistem baru. Yang memberikan lebih banyak ruang kepada para
IRT. Hasilnya tidak terduga. Banyak buku berkualitas yang lahir dari
tangan-tangan terampil anggota komunitasnya. Total sudah lebih dari lima ribu
buku yang mereka ciptakan.

Dari puluhan ribu
penulis yang berhasil menerbitkan buku melalui Ibu-Ibu Doyan Nulis, Indari
menyebut nama Nurul Asmayani. Penulis buku berjudul Perempuan Bertanya, Fikih
Menjawab. Diterbitkan Gramedia Pustaka Utama. ’’Selalu cetak ulang,’’ imbuhnya.
Ada juga nama Arini Tathagati yang membikin penerbit buku Penebar Swadaya. Buku-bukunya,
kata Indari, laris terjual.

Tentu, capaian tersebut
membuat perempuan yang juga pebisnis itu bahagia. Namun, dia tidak lantas besar
kepala. Sepuluh tahun berdiri, kiprah Ibu-Ibu Doyan Nulis semakin terang.
’’Sampai muncul satu per satu penulis ibu-ibu di Ibu-Ibu Doyan Nulis,’’
ungkapnya. Indari kian senang lantaran tidak sedikit buku mereka yang dilirik
penerbit besar sekaliber Gramedia dan Elex Media. Dia pun semakin yakin
komunitasnya terus eksis.

Baca Juga :  Penerima Vaksin Gratis Belum Fix, Prioritas Utama Tenaga Medis

Untuk menambah
kemampuan para ibu yang sudah bergabung di komunitasnya, sembilan tahun lalu
dia mendirikan Ibu-Ibu Doyan Bisnis. Bagi Indari, menulis dan berbisnis
sama-sama penting. Penulis tanpa menguasai bisnis akan sulit memasarkan buku
mereka. Demikian juga pebisnis. Jika tidak mampu menulis dengan baik, mereka
akan sulit menjual produk.

Ibu-Ibu Doyan Nulis dan
Ibu-Ibu Doyan Bisnis sering berkolaborasi. Anggota Ibu-Ibu Doyan Bisnis yang
mencapai 108 ribu orang tidak jarang membantu memasarkan buku-buku yang
dihasilkan Ibu-Ibu Doyan Nulis. Termasuk buku yang diterbitkan Indari.

Sejak kali pertama
menerbitkan buku pada 2004, kesibukan membangun komunitas-komunitas baru tidak
menghentikan Indari untuk berkarya. Justru dia semakin produktif. Namun, Indari
mengakui sejak 2007 dirinya lebih sering menulis buku bisnis. Jauh berbeda
dengan genre buku pertama yang dia tulis. Yakni, novel-novel chicklit.
Perubahan itu dipengaruhi pilihan Indari untuk turut menekuni dunia bisnis.
Siapa sangka, pilihan itu turut memudahkan jalan Indari. Saat pandemi terjadi,
Indari dengan fondasi komunitas yang kuat semakin eksis.

Medio 2004 sampai 2019,
istri Deky Tasdikin tersebut menerbitkan 150 buku. Jumlah yang tidak sedikit
memang. Boleh jadi itu rekor tersendiri bagi Indari. Namun, rekor itu
terpecahkan tahun ini. Hanya selama pandemi. Dia menulis 161 karya. Sebanyak 61
buku dan 100 e-book. Mulai buku bisnis, antologi, sampai biografi. Yang
terbanyak buku bisnis. ’’Yang tidak bikin mengerut dahi dan siap distribusi,’’
imbuh Indari.

Pilihannya jatuh ke
guidance book. Buku tipis-tipis. Tebalnya tidak lebih dari 90 halaman. ’’Yang
fokus sama hal-hal yang siap dipraktikkan langsung,’’ imbuhnya. Misalnya, buku
berjudul Sekali Posting Langsung Closing. Kemudian, buku Facebookan Jadi Banjir
Orderan. Atau, Omzet 100 Juta Cuma dari WA. Buku-buku itu dihargai murah.
Paling mahal Rp 79 ribu. Bahkan ada yang Rp 39 ribu dan Rp 49 ribu.

Bagaimana bisa menjadi
161 karya hanya dalam tempo enam bulan? Perempuan 40 tahun itu menyebut pandemi
tidak menggoyahkan tangannya untuk terus bergerak. ’’Produktif adalah
keharusan,’’ ungkapnya. Malahan, lanjut Indari, dirinya bersama ribuan ibu yang
sudah biasa kerja dari rumah tidak kaget saat pandemi ’’menyandera’’ banyak
orang di dalam rumah.

Baca Juga :  Kodim 1014 Merajut Asa Masyarakat Untuk Kehidupan Lebih Baik Melalui T

Mereka justru semakin
asyik berkreasi. ’’Kaki mereka mengakar dengan kuat di rumah. Tapi, tangan
mereka itu menggenggam dunia,’’ kata Indari bangga. Dia mengakui, mentok atau
bertemu jalan buntu selama menulis guidance book sering muncul. ’’Itu manusiawi
sekali,’’ ujarnya. Namun, tidak lantas gerak jari Indari terhenti. Dia tetap
menulis. Jejaring yang dimiliki membuat Indari tidak pernah kehabisan ide.

Interaksi Indari dengan
anggota komunitasnya memang tidak pernah berhenti. Setiap hari selalu ada yang
mereka bahas, selalu ada yang mereka kerjakan, dan selalu ada yang menghasilkan
pundi-pundi uang. Hanya lewat media sosial, semua itu mereka lakukan bersama.
Khusus 61 buku yang diterbitkan selama pandemi, Indari menerbitkannya lewat
publisher miliknya sendiri. Yang baru seumur jagung. Namanya: BUKUIN Aja! Baru
berdiri Januari tahun ini.

Kali pertama
menerbitkan buku pada Februari. Kini sudah ribuan buku yang dicetak dan
disebarluaskan penerbit tersebut. Tujuannya membuat penerbit indie tidak lain
adalah menguatkan ekosistem yang sudah dia bangun. Ketika para ibu sulit
mendapat penerbit, Indari bisa membantu mereka. Yang penting bagi dia, mimpi
para ibu itu tidak terhenti.

Indari tidak ingin,
karena menikah dan berumah tangga, para ibu yang punya cita-cita menjadi
penulis berhenti bermimpi. Bagi Indari, mereka adalah kotak harta karun yang
bisa menghasilkan karya-karya menarik. Bahkan di saat-saat genting seperti
pandemi saat ini. Bersama Indari, mereka bisa menulis apa saja. Misalnya, Roza
Rianita Nursetia. Dia masuk Ibu-Ibu Doyan Nulis sejak pertama berdiri. Ocha,
begitu dia biasa dipanggil, tidak menyangka impiannya menulis buku keterampilan
berkreasi terwujud. Ragam Kreasi Seserahan Pengantin adalah buku pertama Ocha.
’’Bertahan lama di toko buku,’’ imbuhnya.

Ocha mengaku sangat
senang karena bisa menerbitkan buku tersebut. Terlebih, respons pembaca juga
memuaskan. Dari sana, karyanya bertambah. Total sudah 16 buku yang dia tulis.

Menurut Ocha, Ibu-Ibu
Doyan Nulis benar-benar membantu para ibu rumah tangga yang bermimpi menjadi
penulis. Tidak perlu khawatir kekurangan biaya. Sebab, komunitas itu tidak
dibuat untuk mencari untung. Tidak pula harus takut kepada penulis-penulis
lama. Setiap hari ada diskusi. Yang membuat pengetahuan anggotanya bertambah.
Sehingga bisa terus berkarya.

Produktivitasnya
justru melesat selama pandemi. Hanya dalam waktu enam bulan, dia membuahkan 61
buku dan 100 e-book. Lewat jejaring Ibu-Ibu Doyan Nulis, seluruhnya laris
terjual.

 

 

SAHRUL
YUNIZAR, Jakarta

 

 

IZINKAN Aku
Mencinta. Itulah judul buku pertama karya Indari. Meluncur 24 tahun lalu
melalui penerbit Pustaka Malka. Sejak duduk di bangku sekolah, perempuan
bernama lengkap Indari Mastuti Rezki Resmiyati Soleh Addy tersebut memang
senang menulis. Perjalanan hidupnya selalu dekat dengan dunia tulis-menulis.
Sampai sekarang. Ketika ribuan ibu rumah tangga bergabung dalam komunitas yang
dia buat.

Ibu-Ibu Doyan Nulis
nama komunitas tersebut. Berdiri sejak 2010, komunitas itu berkembang cukup
pesat. Banyak sekali jumlah anggotanya. Saat ini sudah 22 ribu ibu yang ambil
bagian di komunitas tersebut. Kepada Jawa Pos, Indari membagi kisahnya.

Ibu tiga anak itu
tergerak membentuk Ibu-Ibu Doyan Nulis supaya para ibu rumah tangga bisa
berkarya. Khususnya yang ingin menjadi penulis. Bermodal pengalaman yang
dimiliki sejak menerbitkan buku pada 2004, Indari memberanikan diri untuk
melangkah. ’’Harapannya, tambah banyak penulis yang direkrut penerbit,’’
imbuhnya.

Ibu-Ibu Doyan Nulis
tidak ubahnya jembatan bagi kaum ibu. Terutama ibu rumah tangga atau IRT.
’’Saya tahu ibu rumah tangga masih kurang perhatian,’’ kata dia. Mereka sering
kali terpaksa menghentikan impian menjadi penulis. Padahal, tidak sedikit yang
berbakat. Banyak pula yang punya bahan tulisan luar biasa hebat. Indari tidak
ingin potensi itu terkubur begitu saja. Lewat komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis,
Indari membangun ekosistem baru. Yang memberikan lebih banyak ruang kepada para
IRT. Hasilnya tidak terduga. Banyak buku berkualitas yang lahir dari
tangan-tangan terampil anggota komunitasnya. Total sudah lebih dari lima ribu
buku yang mereka ciptakan.

Dari puluhan ribu
penulis yang berhasil menerbitkan buku melalui Ibu-Ibu Doyan Nulis, Indari
menyebut nama Nurul Asmayani. Penulis buku berjudul Perempuan Bertanya, Fikih
Menjawab. Diterbitkan Gramedia Pustaka Utama. ’’Selalu cetak ulang,’’ imbuhnya.
Ada juga nama Arini Tathagati yang membikin penerbit buku Penebar Swadaya. Buku-bukunya,
kata Indari, laris terjual.

Tentu, capaian tersebut
membuat perempuan yang juga pebisnis itu bahagia. Namun, dia tidak lantas besar
kepala. Sepuluh tahun berdiri, kiprah Ibu-Ibu Doyan Nulis semakin terang.
’’Sampai muncul satu per satu penulis ibu-ibu di Ibu-Ibu Doyan Nulis,’’
ungkapnya. Indari kian senang lantaran tidak sedikit buku mereka yang dilirik
penerbit besar sekaliber Gramedia dan Elex Media. Dia pun semakin yakin
komunitasnya terus eksis.

Baca Juga :  Penerima Vaksin Gratis Belum Fix, Prioritas Utama Tenaga Medis

Untuk menambah
kemampuan para ibu yang sudah bergabung di komunitasnya, sembilan tahun lalu
dia mendirikan Ibu-Ibu Doyan Bisnis. Bagi Indari, menulis dan berbisnis
sama-sama penting. Penulis tanpa menguasai bisnis akan sulit memasarkan buku
mereka. Demikian juga pebisnis. Jika tidak mampu menulis dengan baik, mereka
akan sulit menjual produk.

Ibu-Ibu Doyan Nulis dan
Ibu-Ibu Doyan Bisnis sering berkolaborasi. Anggota Ibu-Ibu Doyan Bisnis yang
mencapai 108 ribu orang tidak jarang membantu memasarkan buku-buku yang
dihasilkan Ibu-Ibu Doyan Nulis. Termasuk buku yang diterbitkan Indari.

Sejak kali pertama
menerbitkan buku pada 2004, kesibukan membangun komunitas-komunitas baru tidak
menghentikan Indari untuk berkarya. Justru dia semakin produktif. Namun, Indari
mengakui sejak 2007 dirinya lebih sering menulis buku bisnis. Jauh berbeda
dengan genre buku pertama yang dia tulis. Yakni, novel-novel chicklit.
Perubahan itu dipengaruhi pilihan Indari untuk turut menekuni dunia bisnis.
Siapa sangka, pilihan itu turut memudahkan jalan Indari. Saat pandemi terjadi,
Indari dengan fondasi komunitas yang kuat semakin eksis.

Medio 2004 sampai 2019,
istri Deky Tasdikin tersebut menerbitkan 150 buku. Jumlah yang tidak sedikit
memang. Boleh jadi itu rekor tersendiri bagi Indari. Namun, rekor itu
terpecahkan tahun ini. Hanya selama pandemi. Dia menulis 161 karya. Sebanyak 61
buku dan 100 e-book. Mulai buku bisnis, antologi, sampai biografi. Yang
terbanyak buku bisnis. ’’Yang tidak bikin mengerut dahi dan siap distribusi,’’
imbuh Indari.

Pilihannya jatuh ke
guidance book. Buku tipis-tipis. Tebalnya tidak lebih dari 90 halaman. ’’Yang
fokus sama hal-hal yang siap dipraktikkan langsung,’’ imbuhnya. Misalnya, buku
berjudul Sekali Posting Langsung Closing. Kemudian, buku Facebookan Jadi Banjir
Orderan. Atau, Omzet 100 Juta Cuma dari WA. Buku-buku itu dihargai murah.
Paling mahal Rp 79 ribu. Bahkan ada yang Rp 39 ribu dan Rp 49 ribu.

Bagaimana bisa menjadi
161 karya hanya dalam tempo enam bulan? Perempuan 40 tahun itu menyebut pandemi
tidak menggoyahkan tangannya untuk terus bergerak. ’’Produktif adalah
keharusan,’’ ungkapnya. Malahan, lanjut Indari, dirinya bersama ribuan ibu yang
sudah biasa kerja dari rumah tidak kaget saat pandemi ’’menyandera’’ banyak
orang di dalam rumah.

Baca Juga :  Kodim 1014 Merajut Asa Masyarakat Untuk Kehidupan Lebih Baik Melalui T

Mereka justru semakin
asyik berkreasi. ’’Kaki mereka mengakar dengan kuat di rumah. Tapi, tangan
mereka itu menggenggam dunia,’’ kata Indari bangga. Dia mengakui, mentok atau
bertemu jalan buntu selama menulis guidance book sering muncul. ’’Itu manusiawi
sekali,’’ ujarnya. Namun, tidak lantas gerak jari Indari terhenti. Dia tetap
menulis. Jejaring yang dimiliki membuat Indari tidak pernah kehabisan ide.

Interaksi Indari dengan
anggota komunitasnya memang tidak pernah berhenti. Setiap hari selalu ada yang
mereka bahas, selalu ada yang mereka kerjakan, dan selalu ada yang menghasilkan
pundi-pundi uang. Hanya lewat media sosial, semua itu mereka lakukan bersama.
Khusus 61 buku yang diterbitkan selama pandemi, Indari menerbitkannya lewat
publisher miliknya sendiri. Yang baru seumur jagung. Namanya: BUKUIN Aja! Baru
berdiri Januari tahun ini.

Kali pertama
menerbitkan buku pada Februari. Kini sudah ribuan buku yang dicetak dan
disebarluaskan penerbit tersebut. Tujuannya membuat penerbit indie tidak lain
adalah menguatkan ekosistem yang sudah dia bangun. Ketika para ibu sulit
mendapat penerbit, Indari bisa membantu mereka. Yang penting bagi dia, mimpi
para ibu itu tidak terhenti.

Indari tidak ingin,
karena menikah dan berumah tangga, para ibu yang punya cita-cita menjadi
penulis berhenti bermimpi. Bagi Indari, mereka adalah kotak harta karun yang
bisa menghasilkan karya-karya menarik. Bahkan di saat-saat genting seperti
pandemi saat ini. Bersama Indari, mereka bisa menulis apa saja. Misalnya, Roza
Rianita Nursetia. Dia masuk Ibu-Ibu Doyan Nulis sejak pertama berdiri. Ocha,
begitu dia biasa dipanggil, tidak menyangka impiannya menulis buku keterampilan
berkreasi terwujud. Ragam Kreasi Seserahan Pengantin adalah buku pertama Ocha.
’’Bertahan lama di toko buku,’’ imbuhnya.

Ocha mengaku sangat
senang karena bisa menerbitkan buku tersebut. Terlebih, respons pembaca juga
memuaskan. Dari sana, karyanya bertambah. Total sudah 16 buku yang dia tulis.

Menurut Ocha, Ibu-Ibu
Doyan Nulis benar-benar membantu para ibu rumah tangga yang bermimpi menjadi
penulis. Tidak perlu khawatir kekurangan biaya. Sebab, komunitas itu tidak
dibuat untuk mencari untung. Tidak pula harus takut kepada penulis-penulis
lama. Setiap hari ada diskusi. Yang membuat pengetahuan anggotanya bertambah.
Sehingga bisa terus berkarya.

Terpopuler

Artikel Terbaru