25.2 C
Jakarta
Friday, November 22, 2024

Karya Anak Bangsa Warnai Kunjungan Paus: Maung Jadi SCV 1, Kursi Paus dari Semarang

Maung MV3 tampak gagah mengawal Paus Fransiskus. Pun halnya dengan kursi sederhana nan elegan yang digunakan Paus di Gereja Katedral. Perjalanan apostolik pemimpin Vatikan itu di Indonesia menjadi momentum dipamerkannya karya-karya asli Indonesia.

Viva Il Papa
Viva Papa Franscesco
Welcome to Indonesia Papa Francesco
Bienvenindo
Papa Francesco

GEMURUH sorak 90 ribu lebih umat Katolik menggema di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, saat Paus Fransiskus tiba. Paus berganti mobil, dari Innova Zenix menuju Maung MV3. Mobil karya PT Pindad tersebut sudah dimodifikasi menjadi Pope Mobile.

Paus berkeliling satu putaran, menyapa umat di Stadion Madya dan Stadion Utama GBK. Sambil mengibarkan bendera Merah Putih, peserta misa antusias menyambut Paus

Pope Mobile sesekali berhenti. Sejumlah anak berkesempatan naik ke mobil dan bercengkerama dengan Paus. Meskipun hanya sejenak, momen tersebut terasa spesial.

Suasana yang riuh menggema lantas mendadak hening. Tepatnya saat prosesi misa masuk agenda silentium. Semua umat peserta misa duduk sambil tertunduk. Diiringi lantunan musik. Begitu sakral. Beberapa saat kemudian, Paus memasuki altar untuk memimpin misa.

Maung MV3 merupakan kendaraan taktis kebanggaan PT Pindad. Kelahirannya diinisiasi Menteri Pertahanan sekaligus presiden terpilih Prabowo Subianto.

Direktur Utama PT Pindad Abraham Mose menuturkan sebuah kehormatan bagi mereka karena kendaraannya dipercaya untuk mendukung kegiatan Misa Agung. “Terima kasih kepada Vatikan beserta panitia kunjungan keagamaan beliau di Indonesia yang telah memercayai Maung MV3 produksi PT Pindad untuk disesuaikan menjadi Pope Mobile yang digunakan Paus,” jelasnya.

Maung MV3 aslinya berwarna hijau khas TNI. Karena berubah fungsi sebagai Pope Mobile, Maung MV3 kemudian dicat putih lengkap dengan logo Maung Pindad di grill depan. Tak lupa, disematkan bendera dan segel Vatikan serta pelat nomor SCV1 yang merupakan singkatan dari Status Latin Civitatis Vaticanae (negara Kota Vatikan).

Baca Juga :  Kedatangan Paus Fransiskus, Indonesia-Vatikan Komitmen Pupuk Perdamaian

Adapun modifikasi dan fitur yang ditambahkan pada Maung MV3 Pope Mobile adalah fitur tangga lipat untuk mengakses panggung yang dilengkapi kursi utama di bagian belakang kendaraan.

Modifikasi berikutnya adalah sunroof pada kabin pengemudi, rear step untuk penjaga Paus, roof protector untuk antisipasi hujan, dan kursi belakang yang dapat dilipat untuk asisten Paus.

Bukan hanya Maung MV3, karya anak bangsa lain yang menonjol adalah kursi yang digunakan Paus saat memimpin ibadat di Gereja Katedral Jakarta, Rabu (5/9). Kursi tersebut tampak mencolok karena diletakkan di bagian depan mimbar.

Paus Fransiskus duduk di kursi karya siswa SMK PIKA Semarang saat bertemu para anggota komunitas Katolik di Katedral Jakarta, Rabu (4/9). (AFP)

Kursi itu merupakan garapan siswa-siswi dan guru SMK Pendidikan Industri Kayu Atas (PIKA) Semarang, Jawa Tengah. Sekitar awal Februari 2024, SMK PIKA dihubungi langsung oleh paroki Gereja Katedral Jakarta untuk membuatkan dua jenis kursi yang akan digunakan Paus.

Kepala SMK PIKA Marsono mengaku kaget ketika dipercaya untuk menyiapkan dua kursi istimewa tersebut. Sebagai sebuah sekolah yang kecil dengan murid-murid yang sederhana, mereka justru yang dipilih untuk terlibat dalam proyek yang sangat besar. ”Tentu itu sebuah kehormatan bagi SMK PIKA Semarang yang membuat kursi khusus bagi Paus Fransiskus,’’ tuturnya.

Dia pun bergegas mengumumkan kabar gembira itu kepada satuan pendidikan yang dipimpinnya. Para instruktur kemudian mulai memilih 8 anak sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan dalam pembuatan kursi istimewa tersebut.

Baca Juga :  Ketua TP PKK Dampingi Pj Bupati Kunjungi Teluk Mampun

Ternyata, setelah diseleksi, mereka berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda. Baik jenis kelamin maupun asal daerah. Mulai dari Mentawai, Jawa, Papua, dan Kupang, hingga agama, yakni Islam, Katolik, dan Kristen. Para siswa dan guru SMK PIKA langsung mengeksekusi tugas suci tersebut dengan mendesain kursi sebagus-bagusnya. Tak lupa, unsur Nusantara turut disisipkan.

Awalnya, kursi tersebut didesain dengan berbagai ornamen mewah. Akan tetapi, panitia menghendaki desain yang simpel, menyesuaikan dengan karakter Paus yang terkenal dengan kesederhanaannya.

Akhirnya, desain kursi pun dirombak kembali hingga menghasilkan desain yang disetujui oleh panitia. Yakni, satu kursi berbentuk gunungan yang dibuat dari kayu jati dan rotan. Desain itu terinspirasi dari pintu masuk Gereja Katedral dan model gunungan wayang. Satu lagi, kursi sofa dari kayu beech yang dihias bordir dengan logo kepausan, logo keuskupan, dan tulisan Katedral.

“Salah satu makna mendalam dari kursi tersebut ialah berada pada prosesnya. Proses pembuatan kursi ini melibatkan delapan siswa dari beragam suku dan agama sehingga kursi ini memiliki makna keberagaman,” jelasnya. Pengerjaannya memakan waktu 3,5 bulan.

Andrew Yulius Purnomo, siswa kelas XII SMK PIKA Semarang, yang terlibat dalam pembuatan kursi tersebut mengungkapkan kegembiraannya. Bahkan, hingga kini dia masih tak percaya sudah ikut berkontribusi membuat kursi istimewa itu.

“Terlepas dari tantangan dan kesulitan yang dihadapi, tentunya kami mendapatkan banyak pengalaman baru yang bermakna sekali,” ungkapnya. (*/c6/bay)

 

Maung MV3 tampak gagah mengawal Paus Fransiskus. Pun halnya dengan kursi sederhana nan elegan yang digunakan Paus di Gereja Katedral. Perjalanan apostolik pemimpin Vatikan itu di Indonesia menjadi momentum dipamerkannya karya-karya asli Indonesia.

Viva Il Papa
Viva Papa Franscesco
Welcome to Indonesia Papa Francesco
Bienvenindo
Papa Francesco

GEMURUH sorak 90 ribu lebih umat Katolik menggema di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, saat Paus Fransiskus tiba. Paus berganti mobil, dari Innova Zenix menuju Maung MV3. Mobil karya PT Pindad tersebut sudah dimodifikasi menjadi Pope Mobile.

Paus berkeliling satu putaran, menyapa umat di Stadion Madya dan Stadion Utama GBK. Sambil mengibarkan bendera Merah Putih, peserta misa antusias menyambut Paus

Pope Mobile sesekali berhenti. Sejumlah anak berkesempatan naik ke mobil dan bercengkerama dengan Paus. Meskipun hanya sejenak, momen tersebut terasa spesial.

Suasana yang riuh menggema lantas mendadak hening. Tepatnya saat prosesi misa masuk agenda silentium. Semua umat peserta misa duduk sambil tertunduk. Diiringi lantunan musik. Begitu sakral. Beberapa saat kemudian, Paus memasuki altar untuk memimpin misa.

Maung MV3 merupakan kendaraan taktis kebanggaan PT Pindad. Kelahirannya diinisiasi Menteri Pertahanan sekaligus presiden terpilih Prabowo Subianto.

Direktur Utama PT Pindad Abraham Mose menuturkan sebuah kehormatan bagi mereka karena kendaraannya dipercaya untuk mendukung kegiatan Misa Agung. “Terima kasih kepada Vatikan beserta panitia kunjungan keagamaan beliau di Indonesia yang telah memercayai Maung MV3 produksi PT Pindad untuk disesuaikan menjadi Pope Mobile yang digunakan Paus,” jelasnya.

Maung MV3 aslinya berwarna hijau khas TNI. Karena berubah fungsi sebagai Pope Mobile, Maung MV3 kemudian dicat putih lengkap dengan logo Maung Pindad di grill depan. Tak lupa, disematkan bendera dan segel Vatikan serta pelat nomor SCV1 yang merupakan singkatan dari Status Latin Civitatis Vaticanae (negara Kota Vatikan).

Baca Juga :  Kedatangan Paus Fransiskus, Indonesia-Vatikan Komitmen Pupuk Perdamaian

Adapun modifikasi dan fitur yang ditambahkan pada Maung MV3 Pope Mobile adalah fitur tangga lipat untuk mengakses panggung yang dilengkapi kursi utama di bagian belakang kendaraan.

Modifikasi berikutnya adalah sunroof pada kabin pengemudi, rear step untuk penjaga Paus, roof protector untuk antisipasi hujan, dan kursi belakang yang dapat dilipat untuk asisten Paus.

Bukan hanya Maung MV3, karya anak bangsa lain yang menonjol adalah kursi yang digunakan Paus saat memimpin ibadat di Gereja Katedral Jakarta, Rabu (5/9). Kursi tersebut tampak mencolok karena diletakkan di bagian depan mimbar.

Paus Fransiskus duduk di kursi karya siswa SMK PIKA Semarang saat bertemu para anggota komunitas Katolik di Katedral Jakarta, Rabu (4/9). (AFP)

Kursi itu merupakan garapan siswa-siswi dan guru SMK Pendidikan Industri Kayu Atas (PIKA) Semarang, Jawa Tengah. Sekitar awal Februari 2024, SMK PIKA dihubungi langsung oleh paroki Gereja Katedral Jakarta untuk membuatkan dua jenis kursi yang akan digunakan Paus.

Kepala SMK PIKA Marsono mengaku kaget ketika dipercaya untuk menyiapkan dua kursi istimewa tersebut. Sebagai sebuah sekolah yang kecil dengan murid-murid yang sederhana, mereka justru yang dipilih untuk terlibat dalam proyek yang sangat besar. ”Tentu itu sebuah kehormatan bagi SMK PIKA Semarang yang membuat kursi khusus bagi Paus Fransiskus,’’ tuturnya.

Dia pun bergegas mengumumkan kabar gembira itu kepada satuan pendidikan yang dipimpinnya. Para instruktur kemudian mulai memilih 8 anak sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan dalam pembuatan kursi istimewa tersebut.

Baca Juga :  Ketua TP PKK Dampingi Pj Bupati Kunjungi Teluk Mampun

Ternyata, setelah diseleksi, mereka berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda. Baik jenis kelamin maupun asal daerah. Mulai dari Mentawai, Jawa, Papua, dan Kupang, hingga agama, yakni Islam, Katolik, dan Kristen. Para siswa dan guru SMK PIKA langsung mengeksekusi tugas suci tersebut dengan mendesain kursi sebagus-bagusnya. Tak lupa, unsur Nusantara turut disisipkan.

Awalnya, kursi tersebut didesain dengan berbagai ornamen mewah. Akan tetapi, panitia menghendaki desain yang simpel, menyesuaikan dengan karakter Paus yang terkenal dengan kesederhanaannya.

Akhirnya, desain kursi pun dirombak kembali hingga menghasilkan desain yang disetujui oleh panitia. Yakni, satu kursi berbentuk gunungan yang dibuat dari kayu jati dan rotan. Desain itu terinspirasi dari pintu masuk Gereja Katedral dan model gunungan wayang. Satu lagi, kursi sofa dari kayu beech yang dihias bordir dengan logo kepausan, logo keuskupan, dan tulisan Katedral.

“Salah satu makna mendalam dari kursi tersebut ialah berada pada prosesnya. Proses pembuatan kursi ini melibatkan delapan siswa dari beragam suku dan agama sehingga kursi ini memiliki makna keberagaman,” jelasnya. Pengerjaannya memakan waktu 3,5 bulan.

Andrew Yulius Purnomo, siswa kelas XII SMK PIKA Semarang, yang terlibat dalam pembuatan kursi tersebut mengungkapkan kegembiraannya. Bahkan, hingga kini dia masih tak percaya sudah ikut berkontribusi membuat kursi istimewa itu.

“Terlepas dari tantangan dan kesulitan yang dihadapi, tentunya kami mendapatkan banyak pengalaman baru yang bermakna sekali,” ungkapnya. (*/c6/bay)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru