Site icon Prokalteng

Kisah Sedih Salma, Anak 4 Tahun di Palangka Raya Penderita Kanker Tula

kisah-sedih-salma-anak-4-tahun-di-palangka-raya-penderita-kanker-tula

Salma Almahyra Ramadhani, anak yang baru usia 4 tahun itu, harus
berjuang melawan kanker tulang yang dideritanya sejak 2020 lalu. Warga Kota
Palangka Raya itu memerlukan dana setidaknya Rp100 juta untuk kembalikan
keceriaannya seperti layaknya anak-anak lain.

ARJONI, Palangka Raya

SALMA semestinya tengah asik bermain bersama teman sebayanya.
Tetapi hal itu tidak bisa dilakukannya. Dia hanya bisa terbaring lemah di rumah
sakit.

Di usia belia, warga jalan
Kecipir Perumahan Borneo Sejahtera Blok A ujung itu harus berjuang melawan kanker
tulang yang dideritanya sejak 2020 lalu.

Usaha pengobatan telah maksimal
dilakukan oleh Teguh Subandi, ayah Salma. Bahkan Salma telah pernah dibawa berobat
hingga ke Jakarta. Namun kondisi keuangan keluarga yang kian menipis, terlebih
di masa Pandemi Covid-19 saat ini, membuat pengobatan tidak bisa sesuai yang
diharapkan. 

Orangtua Salma yang bekerja
dengan gaji tidak seberapa, berharap ada dermawan bersedia membantu Salma untuk
berobat, sehingga kanker tulang yang dideritanya dapat ditangani.

Teguh Subandi ayah Salma sangat
berharap Gubernur Kalteng Sugianto Sabran dan Wali Kota Palangka Raya Fairid
Naparin serta para dermawan dapat membantu Salma untuk berobat menyembuhkan
kankernya.

“Saat ini hal terberat yang
saya rasakan adalah  biaya, baik itu biaya pengobatan dan biaya hidup
selama pengobatan Salma di RS Dharmais Jakarta. Biaya kemoterapi yang
besar, dan harus segera dilakukan agar penyakit ini tidak semakin parah. Jika
tidak mendapatkan tindakan tersebut dalam waktu dekat akan memperburuk keadaan
Salma,” tutur Teguh Subandi kepada prokalteng.co dengan nada sedih kepada prokalteng.co, Senin (1/2) pagi.

Teguh mengutarakan, saat ini dia
dan keluarga memerlukan dana Rp 100 juta untuk pengobatan Salma di RS Dharmais
Jakarta. Dia sangat berharap ada dermawan yang membantunya untuk pengobatan
Salma. 

“Saat ini total biaya yang
dibutuhkan sebesar Rp 100 juta. Dana itu untuk biaya kemoterapi, biaya obat-obatan
yang tidak ditanggung KIS. Selama ini, untuk berobat saya hanya mengandalkan
biaya gaji yang tak seberapa,” ungkapnya.

Pada Juni – Nopember 2020, Salma
mengeluhkan nyeri di paha sebelah kirinya. Kemudian pada Oktober terjadi pembengkakan.
Melihat kondisi anaknya demikian, kedua orangtua Salma memeriksakan ke rumah
sakit Doris Palangka Raya. 

Saat itu dokter mendiagnosa
kanker tulang. Setidaknya dokter menyimpulkan ada tiga kemungkinan jenis kanker
tulang yaitu osteosarcoma, PNET, Ewing sarcoma dan Rhabdomyosarcoma. “Kemudian dari pihak RS memberi kami Rujukan
ke RS Dharmais Jakarta untuk kepastian jenis kanker tulang yang diterita Salma,”
ujar Teguh menceritakan.

Sekitar satu bulan di Jakarta
untuk pemeriksaan Salma, hasil rongent serta core biopsi yang dilanjutkan
dengan pemeriksaan imunohistokimia
osteonectin
, CD 99 NSE synaptophysin,
Desmon, Myogenin
menunjukan tulang paha patah dan rusak /tampak destruksi
dan hasilnya terkesan lesi maligna femur kiri atau jenis kanker yang mengarah
ganas.

“Dan hasil core biopsi serta
ditunjang dengan hasil IHK jenis penyakitnya mengarah ke Ewing sarcoma yaitu jenis kanker tulang yang termasuk ganas dari
hasil tersebut dokter memberi petunjuk harus di amputasi untuk mencegah
penyebaran ke organ lain,” kata Teguh.

Untuk mengumpulkan biaya, Teguh
juga mencoba menggalang donasi melalui kita bisa.com. Selain berdoa, Teguh
memastikan akan melalukan berbagai upaya agar anaknya dapat berobat dan sembuh dari
penyakit yang dideritanya. (*)

Exit mobile version