AWALNYA Arief Nurrohman (Disway: Arif Kabel) ingin jadi youtuber. Idenya cukup maju –untuk ukuran Desa Grujugan, 7 km dari kota kecil Bondowoso.
Arief awalnya memproduksi film seri: Teka-teki Hikmah.
Saya sempatkan menonton salah satu serinya: Dua Nama Satu Cinta. Dibintangi Adellia Yanuar, Rovi Ahmad, Karel Zmetanfanuan, Danes Sofia, Malinda Vanny Fadilla, Mohamad Haris, Ela Elisa, dan Dyah Arum Puspita.
Semua itu remaja Bondowoso sendiri. Nama-nama mereka harus saya sebut satu per satu. Agar sesekali mereka mengalahkan bintang besar –yang belum tentu namanya bisa masuk Disway.
Film pendek itu hanya 20 menit. Penulis naskahnya Mia Mutiara –juga remaja Bondowoso. Saya kenal mereka semua –suatu saat nanti.
Saya lihat pula angka capaian penontonnya: lebih dari 40.000 views. Hebat. Adellia memang cantik dengan 5 ”i”. Mungkin juga karena kalimat promosi yang menyertainya: diusir karena selingkuhi istri bos.
Seri yang lain ada yang ditonton 7.000 views.
Seri Teka-teki Hikmah sangat banyak: lebih dari 20 seri.
Lokasi syuting outdoor film T2H kelihatannya juga di Bondowoso. Terlihat dari suasana jalan dan rumah-rumahnya. Sedangkan untuk lokasi indoor kelihatannya di kantor BSTV –terlihat di pintunya ada tulisan BSTV.
Salah satu adegan tayangan T2H di BSTV.
Dari youtuber, Arief masuk ke dunia TV lokal: BSTV –Bondowoso Salam TV. Ia mendirikan perusahaan media untuk mengurus izinnya: PT Bondowoso Salam Visual Nusantara Satu.
Izin itu pun didapat dari Kementerian Komunikasi dan Informatika. Masa berlakunya 10 tahun: dari 3 Maret 2020 sampai 2030. Kategorinya: Lembaga Penyiaran Berlangganan. Karena itu, nama BSTV tidak ada di daftar anggota asosiasi TV lokal.
Yang jelas, Arief punya nama harum di Bondowoso –sebelum ditangkap dalam kaitan dengan video-video akun Aktual TV di Youtube.
Sebagai kota kecil di pelosok Jatim, berkat Arief-lah orang Bondowoso bisa menikmati puluhan channel TV seperti orang Jakarta. Dengan cara yang murah pula: Rp 15.000/bulan.
”Masak Rp 15.000 itu murah?” ujar seorang warga Bondowoso setengah protes ke Disway. ”Bagi kami, cukup mahal,” katanya.
Sebagai bukti, ia menunjukkan kenyataan ini: banyak pelanggan yang menunggak. Perusahaan Arief harus mengerahkan juru tagih. Padahal, Arief harus membiayai penarikan kabel dari rumah ke rumah.
Termasuk kabel dari kantor pusatnya di Desa Grujukan –ini ejaan nama desa itu yang insya Allah benar– ke Kota Bondowoso. Sejauh 7 sampai 9 km. Bahkan, BSTV mempunyai pelanggan di Desa Prajekan –mengarah ke Situbondo. Yang jauhnya sekitar 25 km dari Desa Grujukan.
Sudah pun begitu murah, masyarakat masih banyak menuntut. Misalnya, soal Liga Inggris. Pernah beberapa kali ditayangkan –entah dengan teknik apa– tapi belakangan hilang lagi.
Ketika masih belum mendapat izin sebagai TV kabel, BSTV merintis usaha TV dari bawah. Acara-acara awalnya, sekitar 10 tahun lalu, hanya berupa pengajian di kampung-kampung. Misalnya, acara maulud nabi. Lalu, meningkat ke serial film pendek Teka-teki Hikmah.
Hanya Arief –dan polisi– yang tahu: bagaimana ia bisa pindah ke video-video politik di sekitar Habib Rizieq, Letjen Dudung, Xi Jinping, dan Irjen Pol Fadil Imran.
Yakni, video-video yang membuat Arief ditangkap itu.
Yang jelas, video di Aktual TV tidak pernah disiarkan di BSTV. Rupanya, Arief bisa memisahkan antara BSTV dan Aktual TV. Itulah yang membuat karyawan BSTV tenang. BSTV tidak terkait langsung dengan Aktual TV.
Aktual TV sendiri hanyalah sebuah akun di Youtube. Akun itu awalnya bukan milik Arief. Itu akun orang lain yang dibeli lewat online. Itulah sebabnya, pemilik akun dibebaskan polisi.
BSTV sendiri masih tetap berjalan normal. Padahal, sudah sejak dua bulan lalu Arief ditangkap polisi –saya salah, saya kira baru minggu lalu.
Sebagai TV kabel, BSTV tidak punya pemancar. Program news lokalnya dititipkan di kabel itu. Sehari sekali. Tiap pukul 12 siang. Itu pun tidak ada alokasi waktu yang khusus. Kadang hanya tiga berita. Kadang lebih. Bergantung berapa berita yang disetorkan wartawannya.
BSTV punya tiga wartawan full timer. Satu wartawan wajib menyetorkan satu berita tiap hari. Selebihnya menggunakan tenaga magang dari SMK jurusan audio visual.
Tiga wartawan itu digaji penuh –yang besarnya bergantung dari seberapa banyak iklan yang mereka dapatkan. Mereka mendapat gaji 15 persen dari nilai iklan yang didapat. ”Kami belum pernah mendapat iklan dari Pemda Bondowoso. Apalagi sampai 200 juta/tahun seperti ditulis Disway,” ujar salah seorang karyawan di sana.
Arief segera diadili. Saya ingin tahu pembelaan Arief di pengadilan. Saya belum tahu siapa pengacara yang ditunjuknya.
Sudah dua bulan Arief tidak terlihat di Bondowoso. Istrinyalah yang mengasuh dua anak mereka: laki-laki dan perempuan. SD dan belum lagi TK.
Bagian paling menarik di pengadilan nanti adalah motif: bisnis atau politik. (Dahlan Iskan)