29.8 C
Jakarta
Thursday, July 17, 2025

Bisikan Prabowo

Hanya dua hari kemudian muncul kekagetan ini: “Amerika telah mencapai kesepakatan dengan Indonesia”.

Begitu sekonyong-konyongnya. Seperti tiba-tiba saja jari-jari Presiden Donald Trump menari di akun medsos miliknya, Truth Social: mengumumkan kesepakatan itu ¬¬–awalnya tanpa sedikit pun menyertakan rincian. Pasti ada hubungannya dengan ini: dua hari sebelum itu presiden Indonesia melontarkan pernyataan yang sangat menohok Amerika.

“Di zaman multipolar ini, Eropa harus jadi pemimpin dunia,” ujar Presiden Prabowo Subianto. Prabowo memilih panggung khusus untuk mengucapkan itu: di Brussel, ”ibu kota” Eropa.

Anda sudah tahu apa itu multipolar: tidak hanya satu atau dua kutub. Begitu Uni Soviet runtuh (1989), dunia hanya single polar: Amerika Serikat. Eropa terpecah-pecah ke 27 negara. Rusia hanya seperti reruntuhan Soviet. Tiongkok masih miskin. Amerika jaya seorang diri.

Tapi dunia terus berputar dengan dua kutub aslinya: kutub utara dan kutub selatan. Lalu Eropa bersatu ke Uni Eropa. Mata uang Euro diberlakukan. Cacing Tiongkok menjelma menjadi naga besar. Vladimir Putin menjadi pemimpin kuat Russia.

Dunia pun berubah. Dari single polar ke multipolar: Eropa, Tiongkok, Russia, dan Amerika yang gelisah.

Maka ketika dunia marah ke yang baru saja kehilangan jabatan single polar, –marahnya bisa sambil berpikir: bagaimana bisa hidup tanpa si mantan. Brasil-Tiongkok kian mesra –kekuatan ekonomi terbesar di Latin dan terbesar di Asia.

Luasnya lautan yang memisahkan mereka diseberangi dengan cara baru: pakai kapal-kapal Valemax. Yakni jenis ultralarge tapi untuk angkutan curah. Maka kirim kedelai dari Brasil tidak lagi lebih mahal daripada dari Amerika. Jalan tol antara Peru-Brasil dibangun Tiongkok –agar tidak perlu lagi lewat terusan Panama.

Baca Juga :  260 Disway

Presiden Prabowo ke Eropa: membangkitkan semangat Eropa untuk kembali meraih mahkota lama. Beberapa negara Eropa memang pernah jadi kiblat dunia: Belanda, Inggris, Jerman dan Prancis.

Maka misi Prabowo ke Eropa pekan lalu bisa dibilamg sukses luar biasa. Bersejarah. Presiden bertemu dua tokoh utama Eropa: Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dan Presiden Dewan Eropa António Costa.

Kesepakatan bersejarah pun diraih: perdagangan bebas antara Indonesia-Eropa. Kita bisa ekspor ke Eropa dengan tarif 0 persen.

Selama ini ekspor kita ke Eropa memang nomor tiga –setelah ke Tiongkok dan Amerika. Anda sudah tahu ekspor kita ke Amerika sekitar USD 28 miliar. Ke Eropa USD 21 miliar.

Di saat Amerika menaikkan tarif impornya menjadi 32 persen (dari 10 persen), maka tarif 0 persen di Eropa ibarat udara sejuk di musim panas. Prabowo telah jadi presiden yang seperti merangkap menko ekonomi dan menteri perdagangan sekaligus.

Belakangan orientasi kita ke Amerika dan kemudian ke Tiongkok memang menguat. Tapi romantisme lama dengan Eropa belum terlalu lupa.

Kita masih perlu mesin-mesin Eropa –antara lain karena standar ukuran yang cocok dengan Indonesia. Ukuran cut off mesin, frekuensi hz listriknya, dan cm vs inci-nya lebih akrab dengan kita.

Saya pernah beli mesin-mesin Amerika. Tidak cocok. Satuan ukurannya inci. Mau beli mesin Eropa mahal. Mau beli mesin dari Tiongkok masih belum percaya kualitasnya (waktu itu).

Akhirnya saya putuskan: beli mesin Eropa tapi dari Italia. Harganya tidak semahal mesin buatan Jerman. Kalau ada teman bertanya ”mesinnya buatan mana”, masih bisa bilang ”buatan Eropa”.

Baca Juga :  Tunggu 14 Hari

Eropa tentu lebih cerewet dalam masalah lingkungan dan hak-hak asasi manusia. Mereka sering mempersoalkan kaitan antara produk dan proses produksinya. Eropa tidak akan melunak. Tapi itu justru baik untuk meningkatkan standar kualitas Indonesia.

Kita juga masih bisa dapat gandum dari Eropa. Utamanya dari Ukraina dan sekitarnya. Pokoknya salut: Prabowo bisa mengambil hati Eropa dengan baiknya.

Bagaimana setelah Trump tiba-tiba bertitah lewat medsosnya?

Trump akhirnya menyebut agak rincian: Indonesia dikenakan tarif 19 persen. Ini luar biasa. Bahkan satu persen lebih rendah dari yang diberikan kepada Vietnam.

Trump juga memuji Prabowo sebagai presiden yang hebat, kuat, dan populer sekaligus. Untuk tarif 19 persen tersebut, kata Trump, Amerika bisa bebas akses ke Indonesia. Juga akan memperoleh tarif 0 persen dari Indonesia.

Tentu itu juga masih agak abstrak. Apakah 19 persen itu masih akan ditambah 10 persen tarif dasar. Lalu apakah 0 persen yang akan diberikan ke Indonesia itu untuk semua barang Amerika.

Kebetulan kita butuh gandum. Pesawat. Kedelai. Rasanya tarif 0 persen untuk Amerika tidak ada yang keberatan. Pokoknya Prabowo berkibar di dunia perdagangan internasional.

Prabowo juga sudah ke Tiongkok dan Brasil –dua korban terbesar tarifnya Trump. Di Brasil, Prabowo justru meneguhkan eksistensi Indonesia dalam BRICS –yang dibenci Amerika.

Di Brasil itu pula harusnya Prabowo juga dapat bisikan pribadi dari Presiden Lula da Silva: “usia saya sekarang 79 tahun. Lima tahun lagi Anda masih lebih muda dari saya saat ini”.(Dahlan Iskan)

Hanya dua hari kemudian muncul kekagetan ini: “Amerika telah mencapai kesepakatan dengan Indonesia”.

Begitu sekonyong-konyongnya. Seperti tiba-tiba saja jari-jari Presiden Donald Trump menari di akun medsos miliknya, Truth Social: mengumumkan kesepakatan itu ¬¬–awalnya tanpa sedikit pun menyertakan rincian. Pasti ada hubungannya dengan ini: dua hari sebelum itu presiden Indonesia melontarkan pernyataan yang sangat menohok Amerika.

“Di zaman multipolar ini, Eropa harus jadi pemimpin dunia,” ujar Presiden Prabowo Subianto. Prabowo memilih panggung khusus untuk mengucapkan itu: di Brussel, ”ibu kota” Eropa.

Anda sudah tahu apa itu multipolar: tidak hanya satu atau dua kutub. Begitu Uni Soviet runtuh (1989), dunia hanya single polar: Amerika Serikat. Eropa terpecah-pecah ke 27 negara. Rusia hanya seperti reruntuhan Soviet. Tiongkok masih miskin. Amerika jaya seorang diri.

Tapi dunia terus berputar dengan dua kutub aslinya: kutub utara dan kutub selatan. Lalu Eropa bersatu ke Uni Eropa. Mata uang Euro diberlakukan. Cacing Tiongkok menjelma menjadi naga besar. Vladimir Putin menjadi pemimpin kuat Russia.

Dunia pun berubah. Dari single polar ke multipolar: Eropa, Tiongkok, Russia, dan Amerika yang gelisah.

Maka ketika dunia marah ke yang baru saja kehilangan jabatan single polar, –marahnya bisa sambil berpikir: bagaimana bisa hidup tanpa si mantan. Brasil-Tiongkok kian mesra –kekuatan ekonomi terbesar di Latin dan terbesar di Asia.

Luasnya lautan yang memisahkan mereka diseberangi dengan cara baru: pakai kapal-kapal Valemax. Yakni jenis ultralarge tapi untuk angkutan curah. Maka kirim kedelai dari Brasil tidak lagi lebih mahal daripada dari Amerika. Jalan tol antara Peru-Brasil dibangun Tiongkok –agar tidak perlu lagi lewat terusan Panama.

Baca Juga :  260 Disway

Presiden Prabowo ke Eropa: membangkitkan semangat Eropa untuk kembali meraih mahkota lama. Beberapa negara Eropa memang pernah jadi kiblat dunia: Belanda, Inggris, Jerman dan Prancis.

Maka misi Prabowo ke Eropa pekan lalu bisa dibilamg sukses luar biasa. Bersejarah. Presiden bertemu dua tokoh utama Eropa: Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dan Presiden Dewan Eropa António Costa.

Kesepakatan bersejarah pun diraih: perdagangan bebas antara Indonesia-Eropa. Kita bisa ekspor ke Eropa dengan tarif 0 persen.

Selama ini ekspor kita ke Eropa memang nomor tiga –setelah ke Tiongkok dan Amerika. Anda sudah tahu ekspor kita ke Amerika sekitar USD 28 miliar. Ke Eropa USD 21 miliar.

Di saat Amerika menaikkan tarif impornya menjadi 32 persen (dari 10 persen), maka tarif 0 persen di Eropa ibarat udara sejuk di musim panas. Prabowo telah jadi presiden yang seperti merangkap menko ekonomi dan menteri perdagangan sekaligus.

Belakangan orientasi kita ke Amerika dan kemudian ke Tiongkok memang menguat. Tapi romantisme lama dengan Eropa belum terlalu lupa.

Kita masih perlu mesin-mesin Eropa –antara lain karena standar ukuran yang cocok dengan Indonesia. Ukuran cut off mesin, frekuensi hz listriknya, dan cm vs inci-nya lebih akrab dengan kita.

Saya pernah beli mesin-mesin Amerika. Tidak cocok. Satuan ukurannya inci. Mau beli mesin Eropa mahal. Mau beli mesin dari Tiongkok masih belum percaya kualitasnya (waktu itu).

Akhirnya saya putuskan: beli mesin Eropa tapi dari Italia. Harganya tidak semahal mesin buatan Jerman. Kalau ada teman bertanya ”mesinnya buatan mana”, masih bisa bilang ”buatan Eropa”.

Baca Juga :  Tunggu 14 Hari

Eropa tentu lebih cerewet dalam masalah lingkungan dan hak-hak asasi manusia. Mereka sering mempersoalkan kaitan antara produk dan proses produksinya. Eropa tidak akan melunak. Tapi itu justru baik untuk meningkatkan standar kualitas Indonesia.

Kita juga masih bisa dapat gandum dari Eropa. Utamanya dari Ukraina dan sekitarnya. Pokoknya salut: Prabowo bisa mengambil hati Eropa dengan baiknya.

Bagaimana setelah Trump tiba-tiba bertitah lewat medsosnya?

Trump akhirnya menyebut agak rincian: Indonesia dikenakan tarif 19 persen. Ini luar biasa. Bahkan satu persen lebih rendah dari yang diberikan kepada Vietnam.

Trump juga memuji Prabowo sebagai presiden yang hebat, kuat, dan populer sekaligus. Untuk tarif 19 persen tersebut, kata Trump, Amerika bisa bebas akses ke Indonesia. Juga akan memperoleh tarif 0 persen dari Indonesia.

Tentu itu juga masih agak abstrak. Apakah 19 persen itu masih akan ditambah 10 persen tarif dasar. Lalu apakah 0 persen yang akan diberikan ke Indonesia itu untuk semua barang Amerika.

Kebetulan kita butuh gandum. Pesawat. Kedelai. Rasanya tarif 0 persen untuk Amerika tidak ada yang keberatan. Pokoknya Prabowo berkibar di dunia perdagangan internasional.

Prabowo juga sudah ke Tiongkok dan Brasil –dua korban terbesar tarifnya Trump. Di Brasil, Prabowo justru meneguhkan eksistensi Indonesia dalam BRICS –yang dibenci Amerika.

Di Brasil itu pula harusnya Prabowo juga dapat bisikan pribadi dari Presiden Lula da Silva: “usia saya sekarang 79 tahun. Lima tahun lagi Anda masih lebih muda dari saya saat ini”.(Dahlan Iskan)

Terpopuler

Artikel Terbaru

/