29.1 C
Jakarta
Tuesday, November 5, 2024

Babak Penyisihan

APAKAH peluang Erick Thohir jadi calon pasangan Capres Ganjar Pranowo sudah habis? Terutama oleh munculnya nama Sandiaga Uno?

Anda sudah tahu: Erick sangat diinginkan Presiden Jokowi untuk berpasangan dengan Ganjar. Tapi Sandi juga.

Kalau Erick diharapkan bisa meraup suara dari kalangan NU, Sandi diinginkan agar bisa menggerogoti basis suara Capres Anies Baswedan. Karena itu Sandi harus berhenti dari Gerindra dan mendekat ke partai Islam: PPP.

Siapa yang akhirnya direstui belum ada pertanda-pertanda. Terutama menunggu apakah ketua umum PDI-Perjuangan tidak punya calon sendiri. Rasanya punya. Masak ketua umum partai tidak punya calon.

Lalu nama-nama itu dilempar ke lembaga survei: mana yang paling bisa memenangkan Pilpres. Misalnya mulai muncul nama Kepala BIN Budi Gunawan, Jenderal Polisi. Setidaknya sudah ada 8 link berita yang mendorong agar Jenderal BG dipilih sebagai pasangan Ganjar.

Begitu pentingnya cawapres kali ini.

Capres di Pilpres 2024 memang memerlukan peran cawapres sebagai penambah suara. Itu berbeda dengan Pilpres 2019. Waktu itu posisi suara Pak Jokowi sudah sangat tinggi. Ia incumbent. Dipasangkan dengan siapa saja pasti menang. Pun bila hanya dipasangkan dengan sandal jepit.

Itu juga terjadi di zaman Pilpres jabatan kedua Presiden SBY. Tidak perlu mengharap tambahan suara dari cawapres. Cawapres lemah tidak masalah. Yang penting tidak negatif. Tidak menyumbang suara tidak apa-apa, asal jangan mengurangi suara.

Maka wapres Pak SBY, di periode kedua, adalah tokoh yang sangat tidak disangka: orang baik Boediono. Dan Wapres periode kedua Pak Jokowi juga amat tidak diduga: orang baik Pak Ma’ruf Amin.

Baca Juga :  Batas Umur

Ganjar, Prabowo, Anies bukan incumbent. Boleh dikata ketiganya saling lirik: siapa berpasangan dengan siapa. Maka jangan harap dalam waktu dekat sudah akan ada putusan soal cawapres.

Penentuan itu masih akan lama: bisa enam bulan lagi. Bisa di hari terakhir pendaftaran. Di menit terakhir pun masih bisa berubah. Tahap sekarang barulah “babak penyisihan”. Belum perempat final, semifinal, apalagi final.

Justru di babak penyisihan ini keriuhan lebih gempita. Calonnya masih bisa banyak. Simulasinya masih bisa beragam.

 

Maka peluang Erick Thohir belum habis. Detik terakhirnya masih jutaan detik lagi. Apalagi ia bisa diandalkan dalam hal dana.

Apa saja bisa dibeli dengan uang. Apalagi suara. Ia juga bisa diharapkan menutupi kelemahan Ganjar di Jatim. Erick adalah anggota Banser besertifikat. Punya basis yang kuat di Jatim. Apalagi sikap partai PAN sudah kian jelas: menghendaki pasangan Ganjar dan Erick.

Tapi kantong Sandi juga tebal. Sandi punya pendukung besar di Jawa Barat. Itu bisa menutup kelemahan Ganjar di Jabar –kekuatan utama Anies dan Prabowo.

Kalau saja cawapres boleh dua maka Ganjar akan pilih dua-duanya. Dapat Jatim dan Jateng. Juga dapat logistik. Apalagi dua pengusaha muda ini bersahabat sejak muda. Sejak sama-sama di Amerika. Sama-sama menggemari olahraga. Selalu seiring sejalan dalam bisnis dan pergaulan.

Baca Juga :  Transformasi BUMN Bawa Holding Ultra Mikro BRI-Pegadaian-PNM Kian Berkembang

Maka saya bisa membayangkan bagaimana persaingan dua sahabat ini di babak penyisihan. Tapi tidak usah khawatir. Keduanya juga sudah biasa bersaing. Pun di Pilpres 2019. Erick adalah tim pemenangan Jokowi. Sandi adalah cawapres pesaing Jokowi. Toh dua-duanya bisa bersatu di kabinet.

Atau, jangan-jangan dua-duanya ternyata tersisihkan oleh tokoh seperti Jenderal BG. Yang kemampuan intelijennya bisa diandalkan. Pun punya jaringan yang sangat kuat di lingkungan Polri. Peranan aparat masih begitu penting dalam proses pemungutan dan penghitungan suara. Toh setebal-tebal kantong Sandi tidak bisa membeli suara kemenangan di Pilpres lalu.

Kerumitan yang mirip-mirip juga dihadapi Prabowo dan Anies Baswedan: cari pasangan yang bisa menambah suara. Baik lewat ketokohannya, dompetnya, maupun kekuasaannya.

Khusus untuk dua capres ini masih ditambah kerumitan lain: mengamankan kendaraan yang akan dipakai maju Pilpres. Partai PKB bisa ”mengunci” Prabowo. Kalau PKB ngambek Prabowo kehilangan kendaraan.

Pun Anies Baswedan. Begitu salah satu dari Nasdem, Demokrat, dan PKS ngambek kendaraan itu mogok.

Maka Anda-Anda lebih baik tetap saja bekerja seperti biasa. Tidak usah terlalu memikirkan capres-cawapres. Jangan sampai sudah mulai berkelahi karena beda dukungan. Akhirnya rezeki menjauh.

Amankanlah rezeki sendiri lebih dulu. Rezeki begitu sulit dicari hari-hari ini. Kecuali lewat korupsi dan peti mati. (Dahlan Iskan)

APAKAH peluang Erick Thohir jadi calon pasangan Capres Ganjar Pranowo sudah habis? Terutama oleh munculnya nama Sandiaga Uno?

Anda sudah tahu: Erick sangat diinginkan Presiden Jokowi untuk berpasangan dengan Ganjar. Tapi Sandi juga.

Kalau Erick diharapkan bisa meraup suara dari kalangan NU, Sandi diinginkan agar bisa menggerogoti basis suara Capres Anies Baswedan. Karena itu Sandi harus berhenti dari Gerindra dan mendekat ke partai Islam: PPP.

Siapa yang akhirnya direstui belum ada pertanda-pertanda. Terutama menunggu apakah ketua umum PDI-Perjuangan tidak punya calon sendiri. Rasanya punya. Masak ketua umum partai tidak punya calon.

Lalu nama-nama itu dilempar ke lembaga survei: mana yang paling bisa memenangkan Pilpres. Misalnya mulai muncul nama Kepala BIN Budi Gunawan, Jenderal Polisi. Setidaknya sudah ada 8 link berita yang mendorong agar Jenderal BG dipilih sebagai pasangan Ganjar.

Begitu pentingnya cawapres kali ini.

Capres di Pilpres 2024 memang memerlukan peran cawapres sebagai penambah suara. Itu berbeda dengan Pilpres 2019. Waktu itu posisi suara Pak Jokowi sudah sangat tinggi. Ia incumbent. Dipasangkan dengan siapa saja pasti menang. Pun bila hanya dipasangkan dengan sandal jepit.

Itu juga terjadi di zaman Pilpres jabatan kedua Presiden SBY. Tidak perlu mengharap tambahan suara dari cawapres. Cawapres lemah tidak masalah. Yang penting tidak negatif. Tidak menyumbang suara tidak apa-apa, asal jangan mengurangi suara.

Maka wapres Pak SBY, di periode kedua, adalah tokoh yang sangat tidak disangka: orang baik Boediono. Dan Wapres periode kedua Pak Jokowi juga amat tidak diduga: orang baik Pak Ma’ruf Amin.

Baca Juga :  Batas Umur

Ganjar, Prabowo, Anies bukan incumbent. Boleh dikata ketiganya saling lirik: siapa berpasangan dengan siapa. Maka jangan harap dalam waktu dekat sudah akan ada putusan soal cawapres.

Penentuan itu masih akan lama: bisa enam bulan lagi. Bisa di hari terakhir pendaftaran. Di menit terakhir pun masih bisa berubah. Tahap sekarang barulah “babak penyisihan”. Belum perempat final, semifinal, apalagi final.

Justru di babak penyisihan ini keriuhan lebih gempita. Calonnya masih bisa banyak. Simulasinya masih bisa beragam.

 

Maka peluang Erick Thohir belum habis. Detik terakhirnya masih jutaan detik lagi. Apalagi ia bisa diandalkan dalam hal dana.

Apa saja bisa dibeli dengan uang. Apalagi suara. Ia juga bisa diharapkan menutupi kelemahan Ganjar di Jatim. Erick adalah anggota Banser besertifikat. Punya basis yang kuat di Jatim. Apalagi sikap partai PAN sudah kian jelas: menghendaki pasangan Ganjar dan Erick.

Tapi kantong Sandi juga tebal. Sandi punya pendukung besar di Jawa Barat. Itu bisa menutup kelemahan Ganjar di Jabar –kekuatan utama Anies dan Prabowo.

Kalau saja cawapres boleh dua maka Ganjar akan pilih dua-duanya. Dapat Jatim dan Jateng. Juga dapat logistik. Apalagi dua pengusaha muda ini bersahabat sejak muda. Sejak sama-sama di Amerika. Sama-sama menggemari olahraga. Selalu seiring sejalan dalam bisnis dan pergaulan.

Baca Juga :  Transformasi BUMN Bawa Holding Ultra Mikro BRI-Pegadaian-PNM Kian Berkembang

Maka saya bisa membayangkan bagaimana persaingan dua sahabat ini di babak penyisihan. Tapi tidak usah khawatir. Keduanya juga sudah biasa bersaing. Pun di Pilpres 2019. Erick adalah tim pemenangan Jokowi. Sandi adalah cawapres pesaing Jokowi. Toh dua-duanya bisa bersatu di kabinet.

Atau, jangan-jangan dua-duanya ternyata tersisihkan oleh tokoh seperti Jenderal BG. Yang kemampuan intelijennya bisa diandalkan. Pun punya jaringan yang sangat kuat di lingkungan Polri. Peranan aparat masih begitu penting dalam proses pemungutan dan penghitungan suara. Toh setebal-tebal kantong Sandi tidak bisa membeli suara kemenangan di Pilpres lalu.

Kerumitan yang mirip-mirip juga dihadapi Prabowo dan Anies Baswedan: cari pasangan yang bisa menambah suara. Baik lewat ketokohannya, dompetnya, maupun kekuasaannya.

Khusus untuk dua capres ini masih ditambah kerumitan lain: mengamankan kendaraan yang akan dipakai maju Pilpres. Partai PKB bisa ”mengunci” Prabowo. Kalau PKB ngambek Prabowo kehilangan kendaraan.

Pun Anies Baswedan. Begitu salah satu dari Nasdem, Demokrat, dan PKS ngambek kendaraan itu mogok.

Maka Anda-Anda lebih baik tetap saja bekerja seperti biasa. Tidak usah terlalu memikirkan capres-cawapres. Jangan sampai sudah mulai berkelahi karena beda dukungan. Akhirnya rezeki menjauh.

Amankanlah rezeki sendiri lebih dulu. Rezeki begitu sulit dicari hari-hari ini. Kecuali lewat korupsi dan peti mati. (Dahlan Iskan)

Terpopuler

Artikel Terbaru